Iris madu itu menatap kearah luasnya Alathana yang begitu cerah malam ini tanpa salju yang turun rintik- rintik seperti hari biasa—Pemandangan itu terlihat hingga lingkaran sungai kedua yang begitu luas membuat iris madu itu tak ingin melewatkan kesempatannya untuk menatap apa yang dimilikinya saat ini. Lengan yang terlipat di dada itu menguat seiring dengan helaan nafas yang kini terdengar begitu berat.
Entahlah—Ia merasa lelah, sangat lelah sejak para Heolo mulai menyerangnya karena mengetahui kebenaran jika dirinya adalah seorang Lanaorda, keturunan antara Bangsawan dan juga Lanarta mengingat bagaimana Heolo yang begitu membenci Lanarta hanya karena Lanarta memiliki kekuatan magis dan tak perlu lelah untuk melakukan peperangan ketika Alathana hancur beberapa ratusan tahun lalu.
Heolo masih tetap melakukannya—ketika ia melakukan perjalanan jauh ataupun menyerang dengan mengajak seorang Maganis yang kemudian menjadi salah satu pekerjaan di kerajaan.
Para Heolo itu, menghindar dari pemerintah dan memilih untuk menyerang dan itu sangat tidak masuk akal. Alathana menjadi lebih baik, tetapi para Heolo tetap menginginkannya turun tahta.
Hal itu membuat Taehyung kembali memejamkan matanya—Sangat tidak masuk akal ketika Jinalarta mengatakan untuk membawa manusia lemah itu bersamanya.
Itu merepotkan, manusia itu akan mati atau membuatnya kesulitan jika para Heolo menyerangnya di perjalanan membuat Taehyung menghembuskan nafasnya begitu kasar.
Lamunannya hancur ketika ia mendengar suara ketukan pintu ruang kerjanya, membuatnya melirik hingga pintu itu terbuka memperlihatkan seorang Maganis yang membawa satu satunya manusia di Negeri nya itu—Lagi- lagi dengan pandangan yang menunduk dan meremas ujung pakaiannya, membungkuk ketakutan membuat Taehyung meminta Maganis itu untuk pergi.
Bibir delima itu terus menghela nafasnya dengan jemari yang kini sedikit berkeringat setelah Jinalarta mengatakan jika Raja ingin bertemu dengannya. Itu—sedikit menyeramkan setelah Raja hanya menghela nafas dan meninggalkannya begitu saja walaupun Jinalarta mengatakan jika Raja menyetujui solusi untuk membawanya ke acara pertemuan itu.
"Aku mencoba untuk bersikap baik saat ini—"
Taehyung berucap dengan lengan yang masih terlipat—jemarinya mengarah pada salah satu jar dan mengusapnya ke atas hingga cahaya itu memenuhi ruangan membuat Jungkook mengangkat pandangannya sedikit berjengit sebelum ia menatap kearah Raja yang tengah menatapnya, hingga Jungkook segera menundukan pandangannya kembali.
"Perjalanan ku tidak seperti cerita cerita yang mungkin kau baca—Ini sedikit berbahaya dan cukup jauh" ucap Taehyung yang kini melangkahkan kakinya sedikit mendekat pada manusia yang tampaknya menurut untuk tidak menatapnya. Hal itu membuat Jungkook merasa jantungnya berdetak begitu cepat.
"Aku memberi pilihan karena aku tidak ingin meminta bantuan mu—Kau tetap ingin ikut atau tidak?" tanya Taehyung tanpa basa basi membuat Jungkook terdiam, meremas pakaiannya lebih kuat dengan helaan nafas yang kembali terlihat dari bibir tipis itu membuat Taehyung menunggu, memainkan bibirnya dengan iris berwarna madu yang memantulkan bayangan manusia dihadapannya.
"Saya akan tetap ikut, Yang Mulia—Saya berhutang budi mengenai nyawa Saya—"
Jungkook berucap dengan pandangan yang terangkat menatap iris berwarna madu itu, membuat Jungkook kembali menundukan pandangannya hingga ia kembali mendengar suara langkah kaki yang mendekat, cukup dekat hingga Jungkook mampu mencium aroma rose yang begitu lembut. Benar—Ini seperti rose, sangat lembut.
"Kita akan berangkat lusa—Mereka menggunakan bahasa yang sama seperti ini, tapi ku harap kau tidak menjawab apapun tanpa seizinku" ucap Taehyung yang kini berucap dengan kakinya yang kembali melangkah mendekat membuat Jungkook tersentak dan memundurkan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romansa"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...