PART 34

4.4K 715 63
                                    

'Aku seorang Lanarta penghuni desa Lanarta di Alathana yang begitu indah. Aku mempercayai adanya dunia yang membutuhkan Alathana untuk perkembangannya, atau Alathana membutuhkan mereka untuk perkembangannya—'

Suara tapal kuda memecah keheningan, menginjak dedaunan kering dan menembus salju yang turun begitu lebat malam ini—Ia bergegas setelah mendapatkan sebuah pesan dan hologram yang di kirimkan oleh Jinalarta mengenai sejarah yang disembunyikan di tengah hutan dengan pepohonan tinggi nya, terkunci dan hanya seorang Tetua Lanarta yang membukanya.

'Hanya saja mereka tidak percaya sebelum Sang Raja datang dan turut mempercayai apa yang aku percayai. Kami mencarinya bersama hingga kami menemukan sebuah Kitab Lagaos yang disembunyikan di dalam goa di tebing berangin—'

Bangsawan itu tersadar akan seorang manusia yang tengah duduk dihadapannya, dengan wajah yang sedikit pucat dan iris hitam yang begitu indah menatapnya, membuat lengannya terulur hingga manusia itu melangkahkan kearahnya, naik keatas pangkuannya seperti anak koala yang meminta pangkuan pada induknya. Dan—bangsawan itu merengkuhnya erat.

'Kitab Lagaos yang ditinggalkan oleh Nenek moyang Alathana begitu berbahaya, dan kami menemukannya sebuah sihir yang mengatakan mampu membuka sebuah gerbang ke dunia yang begitu berbunga—Kami penasaran, bunga itu apa—Seperti apa, dan untuk apa membuat kami bertekad membuka gerbangnya'

Manusia itu menyandarkan kepalanya pada pundak yang begitu nyaman dengan rasa hangat yang menjalar keseluruh tubuhnya. Udara ini, suasana ini begitu dingin membuat matanya memilih terpejam dengan lingkaran pada leher bangsawan yang semakin erat, meminta pelukan dan kehangatan lebih untuknya—Ia sedikit khawatir mengenai sejarah yang mereka sembunyikan.

'Dan kami akan melakukannya, dengan membuat gerhana buatan menggunakan Sihir di buku ke 5 milik bangsawan untuk mengatur satelit copanus dan Sihir buku ke 3 oleh Lanarta untuk mengatur Copanus—Dimana para Lanarta menjadi cahaya.—'

Kereta kencana itu terhenti diikuti dengan ingatan mengenai lembaran buku kasar yang juga berhenti disana—Tak ada lanjutannya seolah memberitahu jika mereka menghilang. Hal itu, membuat Sang Raja melonggarkan pelukannya dan menatap manusia yang kini terdiam, dengan tatapan sayu diikuti jemari yang menggenggam erat jemarinya.

"Apa sesuatu terjadi, Taehyungie?" ucap Jungkook dengan Taehyung yang memberikan tanda agar pintu kencana tidak di buka lebih dulu. Tubuh nya ia sandarkan pada sandaran dan menatap pada manusia yang selalu ketakutan dan mengkhawatirkan segala hal, membuatnya tersenyum dan menggelengka kepalanya pelan.

"Tidak terjadi apapun—Dan, mungkin— aku harus berterima kasih padamu, Raciru" ucap Taehyung yang mendominasi genggaman tangannya pada Jungkook, mengecupnya cukup lama membuat Jungkook terdiam—Ia tidak mengerti dan hanya mengetahui jika gerbang di buka secara paksa membuat dimensi Alathana menjadi rusak.

"Karena kau datang—Aku tahu mengetahui mengenai sejarah yang di sembunyikan oleh negeri ku. Aku hanya sedikit marah karena aku seorang Raja tidak mengetahuinya" ucap Taehyung sambil mengusap helaian rambut Jungkook begitu lembut, menyusuri pipi nya yang halus layaknya seorang bangsawan di Alathana membuat Taehyung memberikan kecupan pada bibir merah mudah itu.

"Tapi—Amarahku berkurang. Aku merasa, jika aku memiliki harapan—" ucap Taehyung membuat Jungkook memiringkan kepalanya, mempertanyakan apa harapan yang dimiliki oleh Raja dihadapannya ini—Raja yang begitu keras namun lembut secara bersamaan.

"Harapan jika kau bagian dari Alathana, Jungkookie—Karena lukisan di rumah mu itu"

Jungkook terdiam dengan tubuhnya yang mundur beberapa jengkal hingga Taehyung merangkulnya begitu erat. Manusia itu masih mencoba mencerna, membuat Taehyung kembali mengecup bibir Jungkook, sedikit melumatnya hingga Jungkook memejamkan mata—membiarkan Sang Raja bermain di bibirnya, rongga mulutnya menunjukkan kebahagiaan disana.

The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang