Mobil putih itu menyusuri jalanan yang di penuhi oleh pepohonan yang begitu rindang, dengan daunnya yang berjatuhan mengenai aspal atau dibawa oleh angin entah kemana, menyusuri langit, terjatuh, lalu menghilang begitu saja lalu di lupakan. Udara begitu dingin diakhir tahun, namun di dalam mobil itu terasa begitu hangat dengan sosok pemuda yang berkendara sambil memakan cookies dengan ukuran kecilnya.
"Ah—Aku tidak mengerti kenapa Nenek membuat rumah begitu jauh seperti ini"
Ia menggerutu singkat dengan matanya yang tampak sedikit mengantuk hanya untuk sampai dirumah Nenek nya yang dapat di katakan berada ditengah hutan, disebuah bukit yang cukup besar dan Jungkook tidak mengerti bagaimana Nenek nya mampu membeli bukit itu seorang diri dan melarang keturunannya untuk menjual—Mungkin, ia akan kaya raya tanpa harus bekerja keras.
"Sangat jauh—" gumam nya lagi yang kini melewati jembatan yang cukup besar dengan gerbang besar diujung nya, membuat Jungkook membunyikan klakson dengan mobilnya yang berhenti, menunggu agar pintu gerbang di buka oleh orang yang berjaga.
Iris hitamnya kini menatap kearah sungai yang cukup besar membuatnya terdiam, sedikit melamun dan menyusuri sungai hingga irisnya mampu menemukan mentari yang akan terbenam disana—Sangat indah dan Jungkook baru menyadarinya. Hanya saja, ia kembali merasa de javu membuatnya tertawa kecil dengan mobilnya yang kembali melaju ketika mendengar gerbang yang terbuka.
Klakson ia bunyikan sebagai tanda terima kasih pada penjaga rumah dengan mobilnya yang terus melaju melewati pepohonan rindang dengan daunnya yang berjatuhan mengenai tanah serta lentera di sisinya.
Tak ada yang berubah, sejak dirinya masih kecil hingga saat ini—Bahkan, lentera itu begitu terang membuat laju mobilnya begitu pelan sebelum Jungkook membulatkan matanya dan mendengar suara klakson.
Hal itu membuat Jungkook melirik kearah spion dan menemukan mobil Hoseok membuatnya menghentikan mobil, melajukannya lagi begitu pelan, kembali berhenti dan sepertu itu hingga Jungkook mendengar suara klakson yang cukup kencang membuatnya tertawa dan membawa mobil nya untuk sampai dirumah utama—Dan Jungkook berharap jika Hoseok tidak mengadu pada orang tua nya mengenai ia menghilang di Afrika.
Mobil putih itu berhenti di pekarangan dengan dedaunan yang begitu luas menemukan rumah yang begitu besar dengan pilar-pilar nya yang begitu kokoh—Kaki jenjangnya melangkah keluar bersamaan dengan Hoseok yang kini tampak menggelengkan kepalanya pelan dan Jungkook hanya tertawa.
"Jangan lah marah—" ucap Jungkook yang kini melangkahkan kakinya kearah bagasi untuk mengambil sesuatu "Hyung datang karena tidak memiliki kekasih? Seperti itu kah?" goda Jungkook membuat Hoseok yang juga membuka bagasi belakangnya tampak tersenyum walaupun dalam hatinya ia menggeram dan ingin memukul kepala kecil itu.
"Cepatlah menikah hyung—Kau sudah tua" ucap Jungkook yang kini duduk di bagasi dan menyusun bingkisannya serta mengikat satu kantong jaring di pergelangan tangannya—Hal itu membuat Hoseok melirik, memiringkan kepalanya dengan kening yang berkerut melihat apa yang sepupunya bawa.
"Musim dingin seperti ini, kau membawa semangka?" Tanya Hoseok dengan tatapan bertanya- tanya membuat Jungkook membulatkan matanya pada Hoseok seolah bertanya 'memangnya kenapa?' sambil menutup bagasi dengan kakinya yang kini melangkah.
"Apa ada larangan memakan semangka ketika musim dingin?" ucap Jungkook yang kemudian melangkahkan kakinya lebih dulu, meninggalkan Hoseok yang hanya membulatkan matanya dan mencoba untuk menenangkan hati dan menerima perlakuan sepupunya itu.
"Kau adalah sepupuku yang sangat hebat membuat sindiran halus—" ucap Hoseok yang kini membawa bingkisan yang ia bawa dan menutup bagasi sebelum ia melirik pada Jungkook yang tengah terdiam, menatapnya dengan tatapan kosong membuat Hoseok melangkah dan menjentikkan jari dihadapan wajah sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]
Romance"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana hanya ada gelap dan dingin yang begitu menakutkan-begitu sepi sebelum mata kegelapan itu menyapa, menarik ku penuh penuh amarah. Namun, ketika...