Benarkah?

26 6 20
                                    

"Arrgghhhh.."

Farel melempar fotonya, foto aku dan dia saat di taman, ya sama seperti foto yang Farel berikan saat kado ultahku. menyebabkan suara yang sedikit keras.

Preeng....

Kini Farel tengah mondar-mandir sendiri sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
Ia membalikan badannya ke arah foto yang pecah, kemudian mendongkokan tubuhnya dan mengambil fotoku dengannya. Namun..

"Arghh." Tangannya berdarah, ya karena terkena oleh serpihan kaca tadi. Mungkin sekarang ia sangat sedih karena melihat Lia bersama Vino tadi.

Namun luka yang ada di tangan Farel tak dihiraukan, ia beranjak menuju kasurnya duduk disana.

"Ok aku pastiin Lia, aku pilih aku akan move on! Dan jadi seorang yang cuek! Aku benci Lia! Aku benciiiiiiiiii!!!!" teriakan itu membuat tante Luna yang sedang memainkan ponselnya di ruang tv tersontak kaget dan segera menuju kamar Farel.

Tok..took....

Tante Luna mengetuk pintu kamar Farel menyebabkan Farel yang sedang duduk di kasur segera menatap ke pintu kamarnya.

"Farel." ucap Tante Luna, ia segera membuka pintu kamar Farel yang tidak terkunci.

Perempuan itu tersontak kaget saat melihat ruangan yang cukup besar itu berantakan, kemudian ia menatap keponakannya yang sedang duduk di kasur dengan... Jari telunjuknya berdarah! Ia langsung berlari ke arah Farel dan segera duduk di samping Farel.

"Kenapa? Tangan kamu berdarah loh!" ucap tante Luna sambil memegang jari telunjuk Farel yang berdarah.

Farel melepaskan genggaman dari tantenya kemudian menatap tantenya.

"Rel kamu kenapa? Cerita sama tante." ucap tante Luna.

Farel mengalihkan pandangannya dari tantenya kemudian ia beranjak dan berjalan menuju arah jendela.

"Kenapa sih tante peduli sama aku!"

"Kenapa tante nggak ninggalin aku kayak mamah sama papah! Kenapa!!!" sambung Farel, suaranya sedikit ditinggikan.

Tante Luna sedikit tersontak kaget, kemudian ia berdiri dan segera mendekati Farel.

"Kenapa? Kamu kok bilang gitu? Emangnya kamu mau tante ninggalin kamu? Kamu mauu!!" kali ini tante Luna terbawa emosi.

Farel segera membalikan badannya ke arah tantenya dengan mata yang sedikit merah.

"Aku ini anak dari seorang koruptor tante!" ucap Farel dengan menunjuk ke arahnya.

Kini mereka sama-sama terbawa suasana, matanya pun memerah seperti akan terjun kristal bening.

"Farel!"

Farel segera duduk di kasur ia menatap ke arah tantenya yang kini sedang menatapmya juga.

"Farel mau istirahat." ucapan Farel sedikit serak, mungkin karena air matanya sebentar lagi akan turun. Tante Luna mengangguk kemudian melangkah keluar kamar dan menutup pintu kamar Farel.

****

"Makasih Vin." ucapku.

"Iya Lia, besok gue jemput ya!" ajak Vino.

Aku mematap Vino lekat tersenyum tipis dan mengangguk pelan, kemudian beranjak  manuju rumah, namun langkahku terhenti saat Vino memegang tanganku.

"Lo jangan sedih terus." ucap Vino sambil memamerkan senyumnya kemudian beranjak pulang.

Aku berjalan dengan lesu, tak memikirkan apa-apa. Hanya ada tanda tanya dalam hatiku sekarang. Kenapa Farel gak datang?

Aku membuka pintu depan dengan mengucap salam.

ESTRELLA ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang