Aku masih menatap Farel yang terus tersenyum menatapku, awan yang berwarna biru kini berubah menjadi berwarna jingga.
"Lia, yaudah yuk kita ke tenda, udah mau malem." ajak Farel yang berdiri terlebih dahulu.
"Yuk." ucapku lalu berdiri dan mengikuti Farel.
Aku tersenyum, mendengar apa yang dikatakan Farel tadi, ternyata memang Farel itu sangat baik, Farel yang melihatku tersenyum dari tadi, membuka pembicaraannya ;
"Kenapa Lia?"
"Ng.. nggak kok nggak papa." aku menggeleng cepat.
"Yaudah aku ke tenda ya, dah Estrella." ucap Farel mengeluarkan kata-kata bijaknya.
"Dah." balasku.
Aku masih melihat Farel yang semakin menjauh dengan tersenyum senang.
"Lia."
mendengar itu aku langsung terkejut dan membalikkan badanku ke arah suara.
"Ninda?"
"Abis ngapain kamu sama tuh anak dari koruptor?" ucap Ninda seenaknya.
Aku tak mempedulikannya, aku langsung masuk k tenda, namun Ninda malah menarik tanganku.
"Lia jawab dulu kek." protes Ninda.
"Nggak, aku capek." jawabku lalu langsung menuju tenda.
Aku melihat kanan kiri tenda hanya ada aku seorang, lalu kembali ke luar.
"Salsa mana?" tanyaku yang masih melihat Ninda sedang komat-kamit tak jelas.
"Mana gue tahu, ke air kali." jawabnya namun tak melihat ke arahku.
"Owh." ucapku langsung menuju ke toilet, berharap Salsa ada disana.
"Lo mau kemana?" tanya Ninda membuat langkahku terhenti.
"Mau nyamper Salsa, bosen nggak ada temen." ucapku tanpa membalikkan badan dan melanjutkan berjalan setelah terhenti.
"Sa? Salsa?." ucapku yang berdiri di depan wc.
"Lho kok Salsa nggak ada sih."
"Nyari siapa Lia?" tanya Fahri tiba-tiba, ya Fahri adalah teman sebelahku.
"Nyari Salsa."
"Owh, tuh Salsa." ucapnya sambil menunjuk ke arah dekat tenda Adit.
"Makasih." ucapku segera berjalan, namun Fahri tiba-tiba menghentikan langkahku.
"Lia."
"Apa?" tanyaku.
"Ini cokelat buat kamu." ucap Fahri yanb menyodorkan cokelat itu di tangan kanannya.
Aku hanya menatapnya heran, tak biasanya Fahri sebaik ini.
Aku tersenyum.
"Makasih." ucapku tanpa basa-basi dan langsung menerima cokelat silverqueen darinya.
"Sa." ucapku sambil menepuk bahu Salsa yang sedari tadi sedang mengobrol dengan Adit.
"Eh Lia." ucap Adit tersenyum, aku membalas senyumnya.
Lalu aku menarik tangan Salsa dan membuat jarak antara aku dan Adit agak jauh.
"Kenapa Lia?" tanya Salsa.
"Ayo kita ke tenda, aku bosen kalau sama Ninda." ucapku.
"Iya bentar." ucap Salsa sambil kembali ke Adit, entah apa yang mereka bicarakan.
"Yuk!" ajak Salsa.
Aku hanya mengangguk pelan.
"Anak-anak sekarang saatnya kalian shalat dan makan malam." ucap Pak Panji di tengah lapangan.
"Iya pak." jawab serempak siswa siswi Gradula.
Ya, hari sudah larut menyisakan suasana ricuh lebih lagi dari siswa yang terus membicarakan siswi.
"Lia udah shalat maghrib?" tanya Salsa yang sepertinya telah lebih awal sampai di tenda.
"Udah Sa." jawabku kemudian duduk disamping Salsa.
"Lia." ucap Salsa membuka pembicaraan terlebih dulu.
"Iya Sa?" tanyaku mengkerutkan dahi.
"Aku ditembak sama Adit."
Duaaaaaar....
Rasanya ini adalah sebuah lelucon, sejak kapan Salsa menyukai Adit? Lagi pula Adit kan laki-laki yang bukan -tipe Salsa.
"Beneran?" tanyaku tambah penasaran.
Salsa mengangguk sambil tersenyum.
"Hay Gais." ucap Ninda yang tiba-tiba datang.
Aku dan Salsa melirik Ninda kemudian tak mempedulikannya.
Ninda hanya menaikkan sudut bibirnya.
"Gue ada kabar terbaru." ucapnya kembali tersenyum sumringah.
Aku dan Salsa kemudian menatap Ninda yang duduk di depan sambil meminum air putih.
"Katanya papahnya Farel sekarang dipenjara!"
"Apa?gak mungkin."
"Gak mungkin Ninda." ucapku.
"Lho kok gak mungkin sih? bukannya gue udah bilang kalo papahnya Farel itu korupsi, ya panteslah papahnya dipenjara!" ucap Ninda sambil terus memandangku dan Salsa bergantian.
Aku hanya menggelengkan kepala dan memilih untuk keluar tenda dan mencari angin segar.
Namun langkahku terhenti saat membuka tenda, ternyata ada sesosok pria tampan yang tengah duduk di luar tenda aku, Salsa, dan Ninda. Farel.
"Fa..farel." ucapku tiba-tiba gugup.
Farel menatapku dan tersenyum.
"Kamu udah lama di depan tenda aku?" tanyaku sedikit takut.
"Barusan." ucap Farel singkat.
"Farel denger gak yah pembicaraan aku sama Ninda? Aduh gawat kalo Farel ngedenger semuanya, kasihan Farel."
Jantungku terus bergetar dengan cepat, takut akan Farel yang mungkin marah.
"Kenapa Lia?" tanya Farel kembali menatapku.
Aku menelan ludah, dan berusaha untuk tidak gugup.
"Nggak papa kok Rel."
"Mmm... Kamu ngapain disini?" sambungku.
"Aku cuma butuh temen Lia, aku bosen." ucap Farel.
"Mmm... Iya, kamu mau gak cokelat ini? Kita makan bareng yuk!" ucapku sembari mengeluarkan cokelat silverqueen pemberian Fahri tadi yang ada di saku rok ku.
Farel mengangguk.
Aku baru saja akan memakan cokelat itu, namun Farel mendekatkan kepalanya dan segera memakan cokelat yang baru aku buka.
"Ihh." decakku sebal.
"Haha, sini biar aku suapin." ucap Farel yang langsung mengambil cokelat itu dariku.
"Nih." ucap Farel yang memotongkan sedikit cokelat dan akan me.asukannya ke mulutku, namun Farel malah memakannya lagi.
"Ih Fareeeeeeel." teriaku kesal dan menggelitik badan Farel, membuat Farel ketawa geli, begitupun aku.
Aku merasakan kebahagiaan saat dekat dengannya, Farel adalah laki-laki yang bisa membuatku selalu tersenyum.
"Farel aku tahu kamu adalah laki-laki yang kuat."
TBC
Assalamualaikum readers
Maaf ya, part ini cuma sedikit, semoga suka sama part yang ini.
Mohon vote and comentnya ya!!
Author butuh penyemangat!
Wassalamualaikum wr.wb.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESTRELLA ( ON GOING )
Teen Fiction( TIDAK ADA JALAN YANG LURUS TANPA ADANYA TIKUNGAN ) Rank: #Estrella 1 "kamu janji kan akan selalu ada di samping aku?"~ Farel "Iya aku janji."~Lia "Kamu janji ya Lia selalu suka sama aku."~Vino "?" ~Lia Sebuah kisah Angelia Fredela Audrey yang bers...