33

2.6K 285 27
                                    

"Lisa?"

Panggilan serta tepukan di bahunya saat itu membuat Lisa terkesiap, menatap pada Jennie yang berada di sampingnya--sekaligus seseorang yang menepuk bahunya sebelumnya.

"Kau baik-baik saja?" Kali ini, Jisoo ikut berbicara dan mendekat pada Lisa. "Kau sudah tertangkap basah sebanyak tiga kali karena melamun sedari tadi."

Lisa hanya menggeleng saat itu, membuat Jennie dan Jisoo saling menatap. Namun keduanya memilih untuk tak bertanya kembali, melanjutkan langkah mereka yang saat itu sedang berada di koridor rumah sakit.

Pandangan Lisa sesekali akan kembali pada ponselnya, seolah menunggu seseorang untuk menelponnya atau membalas pesannya yang memang sudah ia kirimkan sejak semalam. Namun hal itu tak kunjung terjadi, terlebih ingatannya kembali pada ucapannya semalam.

"Eomeonim..."

Jennie membuka pintu ruang inap saat itu, membuat wanita yang dipanggil saat itu mengalihkan pandangannya dan tersenyum untuk menyambut ketiganya yang datang saat itu.

"Kalian datang kembali. Maaf karena merepotkan kalian."

"Eomeonim, apa maksudmu? Teman kami sedang berada di rumah sakit. Tentu saja kami semua harus menjenguknya."

Ucapan dari Jisoo saat itu hanya membuat senyuman tipis dari Ny. Park. Sementara ketiganya melihat bagaimana wajah wanita itu yang tampak masih menyiratkan kesedihan walaupun sebelumnya ia memberikan senyumannya. Menatap pada wajah putrinya di sana yang masih menutup kedua matanya.

"Bagaimana keadaan Rose? Dokter mengatakan apa? Apa sudah memiliki kemajuan?"

Ny. Park menggeleng menjawab Lisa, mengusapi kain basah pada wajah Rose saat itu dimana dirinya memang sedang membersihkan tubuh putrinya pagi itu.

"Tidak, Lisa. Dokter bahkan hanya menyuruh kita semua untuk menunggu. Hanya Tuhan saja yang bisa mengabulkan semua doa dan permintaan kita agar Rose bisa membuka kedua matanya kembali."

Ketiganya tak mengatakan apapun saat itu. Tentu saja ikut merasakan kesedihan mereka ketika mendengar jika belum ada kabar baik apapun yang bisa mereka dengar dari Rose.

"Rose kami. Dia menjadi seperti dan mengalami ini semua karena diriku. Jika saja aku tak menempatkannya pada posisi sulit ini, ia pasti akan baik-baik saja. Tidak seharusnya dia di sini, dan itu semua karena diriku."

"Eomeonim, jangan berbicara seperti itu."

Jennie yang memang berada di dekat Ny. Park memilih untik merangkul wanita itu, mengusap bahunya denga lembut seolah menenangkannya.

"Kita tak boleh untuk menyerah lebih dulu. Lagipula, ini semua bukan salah siapapun. Aku dan yang lainnya yakin jika Rose akan sadar dan akan baik-baik saja nanti."

Lisa mengalihkan pandangannya saat itu, menatap kembali pada ponselnya. Mengetikkan sesuatu sebagai pesan yang untuk ke sekian kalinya ia kirimkan pada nomor yang sama.

"Oh ya, Lisa..."

"Ne?" Lisa dengan cepat mengalihkan pandangannya pada Ny. Park yang memanggilnya.

"Apa kau tahu d-dimana pria itu?"

"Ne? Apa maksudnya, eomeonim?"

Ny. Park nampak ragu, namun pandangannya kembali pada Rose di sana. Menyentuh telapak tangan putrinya itu sebelum kembali pada Lisa.

"Pria itu. Kekasih Rose."

Ketiga gadis itu saling berpandangan dalam diam saat itu. Sedikit terkejut ketika Ny. Park bertanya hal itu. Pasalnya, mereka sangat ingat sekali bagaimana Ny. Park yang begitu marah pada Jimin dan selalu menyalahkannya karena apa yang terjadi pada Rose.

lil touch ❌ jiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang