10

5.2K 490 31
                                    

Drrt...Drrt...

Getar ponselnya sedikit membuat fokus Jimin terganggu saat itu. Beruntung karena ponselnya tak berbunyi karena dirinya sudah memasang mode silent sebelumnya.

Pria itu memilih untuk mengabaikan pesan itu, melanjutkan kembali untuk mengajar di hari pertamanya menggantikan Ayahnya untuk menjadi dosen.

Drrt...Drrt...

Kali ini, bukan hanya satu pesan saja yang mendatangi ponselnya. Dan itu benar-benar merusak fokusnya saat ini. Maka dengan sedikit melirik pada mahasiswa dan mahasiswi yang diajarnya, tangan pria itu dengan cekatan mulai membuka beberapa pesan itu. Tentunya dengan dirinya yang mencoba untuk kembali fokus dengan mengajarnya.

Dan Jimin berusaha untuk tak tersenyum saat ini, mendapati jika seseorang yang sedari tadi mengiriminya pesan adalah Rose.

"Selamat pagi, pak dosen. Berharap semuanya berjalan lancar di hari pertamamu mengajar. Oppa fighting!!"

"Tunggu dulu. Kenapa Oppa memakai kacamata sekarang, huh? Kau harus bertanggung jawab karena membuatku semakin terpesona padamu ketika kau memakai kacamata, Oppa."

"Oppa, aku serius. Apa kau tak bisa melihat mata para gadis di kelasmu? Tatapan mereka semua benar-benar membuatku terganggu."

Dan pesan terakhir dari Rose, membuat Jimin mau tak mau kini kembali mendongak. Sedangkan pandangannya mulai mengelilingi dengan masih terfokus dengan mengajarnya. Sepertinya, Jimin bisa merasakan apa maksud dari Rose. Biarlah saja dirinya menyombongkan dirinya, karena Jimin benar-benar merasakan bagaimana tatapan para mahasiswi perempuan di kelasnya saat ini. Dan itu akhirnya menghasilkan sebuah senyuman di wajahnya.

Drrt...Drrt...

Pesan lain datang, dan Jimin dengan cepat membukanya. Sudah mengetahui siapa yang mengirim pesan itu.

"Oh, apa Oppa sedang tersenyum sekarang? Kau hanya akan semakin membunuh gadis-gadis itu dengan senyumanmu."

Jimin tak tahu, mengapa ia harus mengalihkan pandangannya pada jendela kelas. Dan hampir saja dibuat tertawa ketika melihat Rose di sana yang dengan cepat menyembunyikan tubuhnya. Dalam hati mengutuk kebodohannya karena ketahuan oleh pria itu.

Gadis itu sedikit terkejut, ketika dering dari ponselnya kini berbunyi. Dengan cepat membuka sebuah pesan di sana bahkan tanpa membaca nama pengirimnya.

"Sejak kapan kau menjadi seorang penguntit, huh?"

Rose menutup kedua matanya, ingin sekali rasanya membenturkan kepalanya pada dinding di sampingnya saat ini karena kebodohannya.

Hingga Rose menyadari, jika kelas sudah selesai, melihat dari beberapa mahasiswa dan mahasiswi di kelas itu yang keluar dari sana. Gadis itu masih diam di sana, seolah menunggu seseorang. Karena memang itulah tujuan Rose kemari.

Tatapan keduanya bertemu setelah Jimin keluar dari kelas. Memasang senyumnya di sana ketika menatap pada Rose.

Tuhan, apa pria itu sedang mengujinya saat ini? Dengan penampilannya seperti itu, hanya membuat Rose jatuh untuk ke sekian kalinya pada seorang Park Jimin.

Gadis itu berlalu lebih dulu, dan Jimin tak tahu, mengapa ia harus mengikuti langkah Rose di belakang gadis itu. Tentu saja, mereka tak bisa berjalan beriringan seperti yang pria itu inginkan, mengingat pula dimana mereka berdua saat ini.

lil touch ❌ jiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang