1. karena ikan

1.9K 411 110
                                    

Karena Mashiho sampai sore hari di rumah Nako sore hari, setelah beberapa jam mengurung diri di kamar yang nyaman itu akhirnya Mashiho keluar dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena Mashiho sampai sore hari di rumah Nako sore hari, setelah beberapa jam mengurung diri di kamar yang nyaman itu akhirnya Mashiho keluar dari sana. Ia mencium bau gosong dari dapur membuatnya bergegas mengecek dapur itu. Siapa tahu Nako lupa mematikan kompor?

Namun, hal pertama yang Mashiho lihat adalah Nako yang sedang berusaha membalik ikan gorengnya sambil menutup wajah. Otomatis Mashiho langsung tertawa dan mengambil alih spatula yang Nako bawa.

"Eh? Nako aja!"

"Mana ada Nako aja? Orang Nako gabisa masak. Udah biar gue aja."

Mashiho mengangkat ikan yang sudah berubah warna hitam itu dari wajan. Rasanya Mashiho ingin tertawa sambil guling guling di lantai. Berapa lama gadis mungil itu menggoreng ikan ini? Gosong tak berupa seperti Jeongwoo, tetangga di rumah Mashiho dulu.

"Nako kalo gabisa masak bilang. Nanti gue ajarin. Daripada coba coba kayak gini. Kalo udah kayak gini mana bisa dimakan coba? Dasar bocah." ucap Mashiho sambil menyentil dahi Nako.

"Ih! Nako tuh lagi belajar!"

"Belajar sendiri kayak gini hasilnya bakal kamu makan hm?"

Nako menggeleng. Ia menyuruh Mashiho untuk membuangnya ke tempat sampah. Saat Mashiho membuka tempat sampah, ia terkejut melihat banyak sekali ikan gosong di dalam sana.

"Berapa lama masak gini!? Astaga boros banget! Lo ga boleh masak mulai hari ini! Biar gue aja! Anjir banyak banget." marah Mashiho sambil dalam hati menghitung berapa banyak ikan yang ada di tong sampah itu.

"Ya Tuhan Nako, lo masak sepuluh ikan dan hasilnya gosong gini? Jangan masak lagi."

Nako yang mendengar Mashiho terus saja mengomelinya duduk kesal di kursi meja makan. Ia memasang wajah cemberut dan melirik tajam Mashiho yang baru saja memasukkan ikan baru yang sudah Nako bumbui tadi.

"Sekarang gue paham kenapa lo disuruh tinggal sendiri. Pasti biar bisa masak kan?"

"Ga! Mana ada! Ini tuh kemauan Nako sendiri! Nako mau mandiri biar ga repotin mama terus."

"Gimana mau mandiri masak aja ga becus." gumam Mashiho membuat Nako meleparkan sendok yang ia bawa ke kepala Mashiho.

"Astaga Nako!"

"Cio nakal!"

Setelah mengucapkan itu Nako berjalan masuk ke kamarnya dan membanting pintunya. Mashiho mengelus kepalanya yang terkena lemparan sambil membalik ikan yang ia goreng.

"Kecil kecil beringas. Heran kok ada cowo yang mau ngejar dia." gumam Mashiho sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah dua puluh menit menyiapkan makan malam, Mashiho mengetuk pintu kamar Nako. Berniat mengajak gadis itu makan malam bersama. Namun, sebelum Mashiho mengajaknya, gadis itu sudah menolak terlebih dahulu.

"Gamau! Cio nakal!"

"Ayolah makan bareng. Masa gue abisin semua ntar lo makan apa?"

"Minta maaf dulu!"

"Bocah banget ya Tuhan. Bikin gemes aja." batin Mashiho

Mashiho masih terus membujuk gadis itu tetapi Nako juga terus saja menolak bujukan Mashiho. Sampai akhirnya Mashiho benar benar mengancam akan menghabiskan kedua ikan yang ia masak membuat Nako dengan kesal membuka kamarnya. Mashiho yang melihat wajah cemberut Nako terkekeh. Tanpa ia sadari tangannya bergerak mencubit kedua pipi gadis itu.

"Berasa punya adek gue kalo gini. Cepet makan."

Mashiho mendorong Nako menuju meja makan. Mereka makan bersama tanpa berbicara sedikitpun. Sesekali Nako melirik Mashiho tetapi laki laki itu sibuk dengan ikannya.

"Ikannya enak. Lo aja yang ga jago goreng."

"Ya meledak ledak gitu minyaknya gimana ga takut. Kena kulit sakit tau."

"Ya waspada biar ga kena boleh, tapi gausah lebay pake tutup mata gitu. Udah jelas baunya gosong masih dibiarin."

"Ya orang meledak ledak tadi!" kekeh Nako membuat Mashiho tertawa.

"Yaudah iya. Bocah mah dikasih tau marah."

"Apa sih Cio! Kita seumuran tau!"

"Engga. Lo masih bocah kelas 1 sd."

Nako yang kesal dengan respon Mashiho melempar tulang ikannya ke wajah Mashiho. Laki laki itu menatap Nako tidak percaya. Ayolah, cowo seganteng Mashiho di lempar tulang ikan? Tepat di pipi bersihnya lagi. Nako ini benar benar minta dicubit ya.

"Wah main main ya sama gue. Liat aja tuh pipi bakal gue cubit sampe tirus."

Nako langsung mendelikkan matanya. Dengan cepat ia menghabiskan makannya. Karena tahu Nako ingin kabur, Mashiho juga mempercepat makannya. Bisa dilihat keduanya memakan makan malam itu dengan terburu buru. Siapa sangka keduanya selesai disaat yang bersamaan. Dan sekarang mereka berebut cuci tangan di wastafel.

"Ih Nako dulu!"

"Mana ada, yang sampe disini tangannya gue dulu kok."

"Nako!"

Mashiho tidak mengindahkan ucapan Nako. Begitu berhasil mencuci tangannya, dengan laknat Mashiho menggunakan baju Nako untuk mengeringkan tangannya. Nako yang melihat itu dengan kesal menyipratkan air dari tangannya.

"Cio! Ih bajunya jadi kotor kan!"

Mashiho hanya tertawa melihat betapa terganggunya Nako. Walaupun wajahnya diciprati air, itu tidak akan sebanding dengan rasa puasnya yang berhasil mengganggu Nako. Karena Nako lengah, dengan cepat Mashiho mencubit pipinya keras.

"Aw! Mashi! Cio! Ih! Sakit banget tau! Lepasin ga!?" ucap Nako sambil memukul tangan Mashiho.

Begitulah awal pendekatan mereka. Berawal dari ikan gosong yang Nako buat, hubungan mereka menjadi tidak canggung. Justru mereka menjadi sangat dekat dan selalu pergi kemanapun berdua. Sudah seperti sepasang kekasih yang aslinya hanyalah saudara jauh.

 Sudah seperti sepasang kekasih yang aslinya hanyalah saudara jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐆𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐧𝐞, 𝐒𝐮𝐤𝐢 𝐧𝐢 𝐧𝐚𝐜𝐜𝐡𝐚𝐭𝐭𝐞 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang