28. jangan terlalu dekat

941 220 35
                                        

Keesokan harinya, Mashiho mendapat telpon dari orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Mashiho mendapat telpon dari orang tuanya. Atau lebih tepatnya dari sang ibu. Mashiho yang melihat siapa penelepon itu dengan tidak ikhlas melepas pelukannya dari Nako. Ia berjalan keluar kamar Nako dan duduk di sofa ruang tengah.

"Pagi nak."

"Pagi ma. Kenapa? Perlu apa?"

"Gapapa nak. Mama cuma kangen."

"Cih. Bullshit." batin Mashiho.

"Mama mau apa?"

"Kabar kamu gimana selama tinggal disana? Sekolah di tempat Nako kayak gimana? Kamu betah?"

"Tumben peduli. Biasanya cuma ngirim uang doang. Kan kemarin mama udah tanya itu, ngapain tanya lagi?" jawab Mashiho judes.

"Jangan terlalu dekat dengan Nako nak. Kalian itu saudara, tidak pantas memiliki hubungan seperti itu."

"Nah kan. Ada buntutnya." batin Mashiho kesal.

"Ma, biarin Mashi hidup satu kali aja sesuai sama yang Mashi mau. Please. Satu kali aja."

"Nak, setelah kamu pulang kemarin, Yiren dan keluarganya sudah datang kerumah. Mereka pengen kalian cepat cepat tunangan."

"Aku gamau ma. Lagian kak Yiren cuma cantik doang. Mashi gamau."

"Nak-"

"Sekali ga ya enggak mama." kekeh Mashiho.

"Kamu mau jadi anak durhaka!?" bentak sang mama.

"Nah kan. Selalu aja gini. Setiap Mashi ga nurut selalu aja diancem dengan kata kata kayak gini. Mashi bosen ma dengernya. Ga ada kata kata lain?" tantang Mashiho.

"Mashiho!"

"Kenapa? Mama juga capek?"

"Kamu ini jangan ngelawan orang tua ya!"

"Masih ga lawan mama kok. Mashi cuma memperjuangkan kehidupan yang Mashi mau. Lagipula semua yang Mashi jalanin selama ini kan kemauannya mama. Mulai dari basket sampe setiap perempuan yang deket sama Mashi. Itu kan mama yang atur. Kenapa Mashi ga boleh cari perempuan sendiri?"

"Nako itu saudara kamu nak. Kamu boleh sama perempuan yang kamu mau asal bukan Nako."

"Bye."

Mashiho memutus telponnya. Bahkan Mashiho mematikan ponselnya agar tidak mendapat panggilan dari orang tuanya lagi. Dengan helaan napasnya, Mashiho kembali masuk ke kamar Nako dan memeluk pacarnya itu. Nako masih tertidur. Tentu saja itu melegakan bagi Mashiho. Artinya gadis itu tidak mendengarnya bertelepon dengan sang mama.

"Emm." dehem Nako sambil mendorong tubuh Mashiho.

"Jangan bangun dulu. Mashi masih mau peluk Nako." lirih Mashiho sambil menelusupkan wajahnya ke leher Nako.

𝐆𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐧𝐞, 𝐒𝐮𝐤𝐢 𝐧𝐢 𝐧𝐚𝐜𝐜𝐡𝐚𝐭𝐭𝐞 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang