29. perjodohan

999 217 16
                                    

Sudah satu minggu sejak kejadian Mashiho meninggalkan apartemen Nako

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu minggu sejak kejadian Mashiho meninggalkan apartemen Nako. Jujur, Nako kesepian. Ia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya saat ia membaca sticky notes yang menempel di kulkasnya. Mashiho harus pergi untuk mempertahankan hubungan mereka. Mashiho mengambil keputusan itu sendiri yang tentu saja membuat Nako merasa sangat terluka.

Sejak kepergian Mashiho, Nako berada di apartemennya sendirian. Ia tidak pernah pulang kerumah orang tuanya. Ia takut akan menceritakan hubungannya dengan Mashiho kepada orang tuanya. Mana ada bukan orang tua yang menyetujui anaknya jatuh cinta dengan saudaranya sendiri? Pasti tidak ada.

Sesekali Hitomi dan Asahi menemani Nako, tetapi tetap saja Nako merasa kesepian. Rasanya seperti seseorang yang sangat berharga bagi Nako hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Bahkan ponsel Mashiho ada di apartemen Nako. Mashiho benar benar meninggalkan seluruh barangnya tanpa membawa apapun. Nako kehilangan Mashiho.

Asahi yang melihat kesedihan sahabat Hitomi itu hanya dapat memandang pacarnya dengan Nako berpelukan. Hitomi menepuk kepala Nako yang menangis sesenggukan. Asahi menghela napasnya. Ia mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak sampai sepuluh menit, Asahi memberikan ponselnya kepada Nako. Nako menatap Asahi bingung sambil menghapus air matanya.

"Kenapa Hi?"

"Telpon Cio sana. Pasti lo kangen kan?"

Nako dengan ragu mengambil ponsel Asahi. Terlihat nama Mashiho dengan nomor dua disana. Nako tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Ia hendak menangis, tetapi disisi lain ia juga sangat senang. Dengan antusias ia menghubungi Mashiho. Berdering. Artinya Mashiho aktif. Tak lama suara manis yang selama ini Nako rindukan terdengar.

"Selamat malam sayangnya Mashi." sapa Mashiho dengan senyumnya.

"Ma-Mashi?! Kamu kemana aja sih?! Kapan pulang? Nako kangen. Nako gabisa sendirian terus kayak gini. Nako kesepian." ucap Nako yang diselingi isak tangis.

"Nako yang tenang ya? Mashi juga lagi usaha nih buat pulang. Nako yang sabar. Ngeyakinin orang tua itu perlu waktu yang lama. Nako cukup percaya sama Mashi aja buat sekarang ok?"

"Tapi Nako kangen."

"Mashi juga kok. Mashi malah kangen banget sama Nako."

"Nako lebih kangen dari Mashi."

"Mashi kangennya banget nget nget sama Nako. Pokoknya kangennya Mashi melebihi kasih ibu yang sepanjang masa buat Nako."

Nako yang mendengar itu tertawa. Hitomi dan Asahi yang melihat Nako tersenyum setelah satu minggu selalu cemberut dan menangis akhirnya dapat bernapas dengan lega. Terkadang melihat seseorang menderita membuat kita ikut sedih dan ingin membantu mereka.

Hitomi mengajak Asahi ke dapur untuk membuat makanan. Hitomi melakukan itu dengan maksud memberikan waktu kepada Mashiho dan Nako untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka hanya bisa berharap sahabat mereka itu dapat bertahan. Cinta memang rumit bukan?






















































𝐆𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐧𝐞, 𝐒𝐮𝐤𝐢 𝐧𝐢 𝐧𝐚𝐜𝐜𝐡𝐚𝐭𝐭𝐞 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang