My Beautiful Bride [TAMAT]

[18] •RUSUH DI MALL•

HELLO EVERYONE, ENJOY WITH THIS CHPTER.

Follow barbie on instagram yaa : laurrrnn_

DON'T FORGET COMMENT & VOTE✔

●●●

Setelah makan siang mereka selesai. Tata diajak Pricila untuk berbelanja. Awalnya Tata menolak karna ia tidak mempunyai uang banyak. Apalagi ini bukan di negaranya, pasti semua barang yang ada di negara ini sangatlah mahal. Sayangnya penolakan Tata tak dihiraukan Pricila, gadis itu malah meminta Arvel dan Fredo untuk membayarkan belajaan mereka nanti. Tata yang melihat Arvel tidak keberatan itu akhirnya pasrah saja.

"Kak lihat deh, lucu kan ya?" Tanya Pricila ke Tata.

"Iya lucu. Cocok kok buat kamu." Jawab Tata dengan jujur.

"Aku niatnya mau pilihin buat Fredo juga biar samaan gitu warnanya. Enaknya Fredo yang motif ini apa ini."

"Kalo menurutku sih yang gak ada motifnya, Cila. Soalnya kan punyamu tadi motifnya gak banyak tuh, jadi biar pas si Fredo yang polos aja."

"Iya sih ya. Ini motifnya terlalu ramai banget."

Arvel dan Fredo menunggu di tempat yang tak jauh dari kedua gadis itu. Mereka tidak saling berbicara hanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Menunggu perempuan belanja itu sangatlah lama dan membosankan. Cara ampuh agar tidak bosan itu hanya bermain game online.

"Kak Nath udah punya pacar?"

"Aku udah punya suami, Cila."

"Jadi kakak udah nikah? Udah punya anak dong....,"

"Rumah tanggaku nggak berjalan baik, Cila. Jadi belum sampai punya anak."

"Hah! Maksudnya kak?"

"Aku dulu dijodohkan sama orang yang nggak aku cintai. Setelah resmi menikah kita tidak ada rencana punya anak atau pun menikmati malam pertama. Terus rumah tangga kita hanya diisi pertengkaran aja setiap harinya."

"Kok ada sih cowok kayak gitu. Kalo aku jadi kak Nathasa, udah aku gugat cerai tuh."

"Kita juga udah sepakat cerai tinggal sidang aja."

"Lebih bagus gitu. Lagian kak, pria macam itu mah pikirannya kayak bocah. Bukannya bikin bahagia malah bikin makan hati mulu."

"Iya benar."

"Terus kakak pernah diapain sama dia? Dia pernah main fisik ke kakak gak?"

"Pernah. Hampir sering sih dulu dia main fisik ke aku."

"Cih, banci banget jadi cowok. Mainnya sama perempuan. Terus kakak pernah dipaksa main sex nggak pas dia marah sama kakak?"

"Dulu hampir pernah kebobolan pas dia mabuk berat kalo marah enggak. Tapi untungnya aku masih selamat."

"Baguslah kak. Kalo saja kakak gak selamat pasti beda lagi ceritanya. Mungkin suami kakak bakalan lebih jahat lagi ke kakak."

"Makanya aku sangat bersyukur karna sampai sekarang masih aman. Tapi Cila dia pernah melakukannya dengan dua jari. Menurutmu itu aku masih dikatakan perawan nggak?"

Pricila tersenyum. Gadis itu memang sudah tak tabu lagi mendengarkan kata dua jari itu. Karna hampir semua teman-teman dan sahabatnya sudah sering melakukan cara seperti itu. Hanya dirinya saja yang tak merasakannya karna Fredo sangat tak mau membuatnya sakit sebelum waktunya.

"Kata siapa sih kak, dua jari itu bikin kita nggak perawan? Mungkin kakak berpikir karna sakit di bagian 'itu' jadi langsung bikin persepsi seperti 'aku udah nggak perawan' itu salah kak. Dokter bilang, seorang wanita udah nggak bisa dikatakan perawan lagi itu kalo dia udah pernah melakukan hubungan intim bersama seorang pria layaknya pasutri. Selaput dara hanya bisa sobek kalo alat kelamin pria menerobosnya. Setelahnya pasti ada bercak darah yang menandakan jika wanita sudah tidak perawan lagi. Aku ngertinya seperti itu kak gak tau lagi kalo pendapat orang lain beda sama pendapatku. Dan satu lagi, jari tangan pria itu tidak bisa bikin kita hamil kak ha ha ha."