Tandai bila ada kesalahan dalam penulisan, akan Author perbaiki nanti
Budidayakan untuk coment~
Naya menutup mulutnya, cairan bening mulai mengalir di pipinya. Tepat dihadapannya saat ini Elang terkapar bersimbah darah. Beberapa orang pun mulai menyingkirkan lampunya lalu mengangkat tubuh Elang.
Audrey cepat-cepat menghampiri Naya yang menangis histeris. Bahkan Naya menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada Elang. Audrey, Devan dan juga Devin mulai menenangkan Naya.
Ambulance datang, buru-buru Elang dimasukkan ke dalam ambulance. Naya dan Audrey pun ikut masuk menemani Elang, sedangkan Alvaro, Devan dan Devin masuk ke dalam mobil Alvaro.
"Hiks... Hikss... Bertahan Elang" Naya menangis sesenggukan, digenggamnya erat tangan Elang lalu diletakkan di pipinya.
Sedari tadi Naya tidak henti-hentinya memanjatkan doa agar Elang selamat.
Setelah sampai di rumah sakit, para suster membawa Elang masuk ke dalam rumah sakit. Karena luka Elang yang sangat parah, Dokter memutuskan Elang untuk di operasi.
Audrey dan Naya duduk di kursi yang telah disediakan didekat ruang operasi. Naya tidak henti-hentinya menangis. Audrey memeluk anaknya, mencoba membuat Naya tenang.
Alvaro pergi ke resepsionis. Ia harus mengurus biaya operasi Elang, sedangkan Devan dan Devin duduk tidak jauh dari tempat Audrey dan Naya. Mereka menatap sendu ke arah Naya, hati mereka ikut sakit melihat adik kesayangan mereka menangis.
Setelah selesai membayar administrasi rumah sakit, Alvaro kembali ke ruang operasi Elang dimana istri dan anak-anaknya berada.
Setelah 3 jam lamanya menunggu, pintu ruang operasi dibuka. Sontak Naya, kedua orang tua dan kedua kakaknya pun berdiri.
"Bagaimana operasinya?" tanya Alvaro kepada Dokter yang memimpin operasi Elang.
"Operasi berjalan dengan lancar, tapi pasien dinyatakan koma karena benturan di kepalanya yang cukup kuat. Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU. Kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan sadar, berdoalah kepada yang Maha Kuasa agar pasien dapat sadar kembali" jelas sang Dokter yang lagi-lagi membuat hati Naya teriris.
Elang pun di pindahkan ke ruang ICU. Beberapa alat medis pun terpasang di tubuh Elang. Mereka sekarang hanya dapat menatap Elang dari jendela ruang ICU karena Dokter mengatakan bila pasien tidak bisa dijenguk.
Sedari tadi Bella tidak henti-hentinya menangisi Elang. Bima pun memeluk Bella, mencoba menenangkan istrinya. Mereka begitu kaget saat Alvaro mengatakan bila Elang di operasi. Mereka pun terbang dari Thailand ke Indonesia.
***
2 Minggu telah berlalu. Elang pun belum sadar dari koma-nya. Selama 2 Minggu ini pun Naya terlihat sering melamun dan menjadi pendiam.
Bahkan teman-teman Naya pun merasa kehilangan sosok Naya yang dulu.
"Nay ke kantin yuk" ajak Vania, Naya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Dara menghembuskan nafasnya kasar, "Lo harus makan Nay, kalo ga makan nanti lo sakit. Gue yakin Elang bakalan sedih kalo lo kayak begini"
"Gue paham apa yang lo rasain saat ini, tapi harusnya lo bangkit. Jangan terus-menerus terpuruk, Elang butuh dukungan lo" lanjut Dara.
Naya berfikir sejenak, apa yang dikatakan Dara benar. Tidak seharusnya ia terus terpuruk.
Naya tersenyum, "ayo ke kantin"
Naya dan Dara pun ikut mengembangkan senyumnya. Tidak sia-sia Dara membujuk Naya.
"Lo berdua mau pesen apa?" tanya Dara kepada Naya dan Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANNOYING HUSBAND [TAMAT]
Ficção Adolescente[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] 'Sequel MY POSSESSIVE HUSBAND' #Gen2 Bagi Kanaya Grethania Wijaya, bertemu kembali dengan Elang Darmawangsa adalah musibah bagi dirinya. Sifatnya yang nakal membuat semua Guru banyak istighfar. Menurut...