Once - 6

1.2K 129 1
                                    

Pagi yang cerah mengawali hari Seolhyun, bangun tidur karena terusik garis sinar yang langsung menyapa wajahnya dari balik jendela kaca tepat diatasnya terbaring. Seolhyun ketiduran diloteng semalaman setelah meminum habis jus yang dibawakan kakaknya itu.

Seolhyun bangkit untuk duduk, menggeliat merentangkan kedua tangannya ke udara. Sedikit melakukan peregangan untuk otot-ototnya yang kaku karena tidak pernah berolahraga.

Lengannya terulur menggapai jam beker disampingnya. Masih jam 6. Rasanya masih terlalu malas untuk turun kebawah, tapi sudah dipastikan bahwa Yoongi pasti sudah menunggunya untuk joging keliling rumah atau untuk nge-gym di ruang fitness nya.

Selhyun berdecak sepanjang dia menuruni tangga gantung itu, mengingat ia masih sangat nengantuk walau tidurnya sudah lebih dari cukup.

Seolhyun selalu merasa tidak ada yang istimewa hari ini dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

"Oppa?" celetuk Seolhyun sesaat setelah melihat Yoongi ketiduran di sofa dengan televisi yang masih menyala. Kali ini nampaknya Yoongi tidak menonton DVD nya, terbukti televisinya menyala bukan dalam mode DVD.

Yoongi masih tidak bergeming, suara Seolhyun terlampau lembut hingga tidak mampu membangunkannya.

"Oppaa!!" teriak Seolhyun akhirnya membuat sepasang jelaga Yoongi terbuka dengan kasar. Terkejut oleh teriakan adiknya yang seperti toa menara Namsan.

"Aiiisshhhh!!!" desah kesal Yoongi sambil masih terkantuk-kantuk ditempatnya. Adiknya memang kurang ajar!

"Enyahlah!!" usir Yoongi. Sedangkan jemarinya berusaha mengais bantal yang terjatuh dengan malas. Menatanya kembali di sofa dan meringkuk kembali disana. Tidak berniat pindah kekamar atau setidaknya mengucapkan selamat pagi untuk adiknya.

"Menyebalkan!" decak Seolhyun sembari berlalu. Ia sudah sangat terpaksa sekali bangun pagi hanya karena takut Yoongi terlalu lama menunggunya, malah yang terjadi adalah pria itu sedang malas-malasan dengan dunia mimpinya.

Tidak ada hal lain yang dilakukan Seolhyun selain merutuki kakaknya sepanjang dirinya berjalan kekamar mandi. Pasti pria itu begadang lagi, entah untuk film apa, tapi yang jelas ia sedang mengistirahatkan matanya dari blue film koleksinya, katanya, dia sedang malas datang ke kelab.

"Enak sekali menjadi jurnalis, bisa bekerja dari rumah. Tahu begini, pasti dulu aku mengambil jurusan yang sama dengan Yoongi." Seolhyun mendengus, menutup pintu kamar mandi dan menyalakan showernya.

***

Mandi dan sarapan. Itulah kegiatan gadis Choi itu sebelum pergi ketempat kerjanya, Rumah sakit jiwa "Dokyoung". Rumah sakit tempat semua orang yang telah kehilangan kewarasannya. Yang ada disana adalah orang gila yang berjumlah puluhan bahkan lebih dari seratus.

Kecuali Taehyung. Selama ini Seolhyun tidak pernah menganggap pasiennya itu gila seperti pasien-pasien lain. Seolhyun menganggap pria itu masih waras, tapi nyatanya tidak ada yang membenarkan pernyataan Seolhyun karena memang Taehyung itu depresi. Taraf setingkat lebih ringan sebelum 'gila'.

Disanalah Seolhyun sekarang berada. Ditempat yang sama seperti kemarin-kemarin. Tempatnya bekerja untuk profesinya.

"Kasian dia, semuda itu sudah mengalami hal semengerikan itu," ucap seorang perawat saat berjalan melewati bilik Taehyung bersisihan dengan Seolhyun yang membawa nampan berisi sarapan, dan obat, serta air putih seperti biasa.

Kepala perawat, Kang Sulli, wanita yang tegas dan berwibawa. Pantas saja rumah sakit itu mengangkatnya menjadi kepala perawat.

Seolhyun melirik sesekali pada perawat Sulli itu, mencoba memahami apa yang dikatakan oleh wanita disampingnya itu.

"Berhati-hatilah, pria itu sedikit mengalami trauma tentang air," akhir perawat Sulli mengakhiri percakapannya dengan Seolhyun yang nyatanya meninggalkan tanda tanya besar dalam benak Seolhyun.

Air? Air? Air?
Isi kepalanya hampir meledak hanya karena kata itu. Air.

Seolhyun sangat bersikeras pada dirinya sendiri untuk bisa memecahkan semua teka-teki yang membuatnya penasaran. Ditambah lagi ucapan perawat Sulli yang semakin membuat keingin tahuan Seolhyun berada di taraf teratas. Belum lagi saat ia teringat ucapan kakaknya kemarin malam, tentang 'benteng pertahanan Taehyung'.

Mungkin Seolhyun terlalu bodoh baru menyadari ada yang janggal dari kata-kata kakaknya. Benteng? Pertahanan? Kim Taehyung? Seolhyun menjadi lebih penasaran, sebenarnya seberapa dekat Yoongi mengenal pasiennya itu, karena seingatnya, Yoongi tidak pernah terlihat bersama dengan Taehyung dulu sewaktu masih menjadi teman. Atau Seolhyun yang selalu tidak tahu.

Ah! Bukankah Seolhyun menghabiskan sekolah menengahnya di asrama? Iya. Seolhyun jadi tidak pernah tahu menahu tentang lingkup pertemanan kakaknya itu, yang ia hanya tahu bahwa Yoongi dulu berteman dengan putra pemilik MK group yang sedang berjaya itu. Itupun ia ketahui saat melihat Yoongi berbincang di telepon dan sesekali menyebut nama 'Taehyung-ah'.

"Benarkah begitu?" gumam Seolhyun mengambang. Sebelum akhirnya ia menekan kenop pintu bilik pasiennya untuk memberinya makan dan obat seperti biasa.

.
.
.
.
.
.
[ ]

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang