Once - 19

856 103 0
                                    

Senja kembali berlalu. Pekatnya malam mulai menyelimuti sebagian bumi bagian selatan Korea ini. Tidak ada yang istimewa bagi seorang Choi Yoongi selain melihat gemintang diantara gulita yang memberi celah. Menampakkan beberapa formasi indah yang memanjakan netra kala memandang.

Yoongi selalu menyukai balkon sebagai tempat bersantainya kala pening mulai menggerogoti isi kepalanya. Ia pria yang tenang, namun terkadang ketenangan itu pulalah yang membuat dirinya menjadi seorang pemikir ulung yang tak jarang malah membuat dirinya sendiri pusing dengan segala pemikirannya.

Duduk dengan posisi kaki terbuka lebar adalah yang terbaik. Tidak sedikit pria yang menyukai posisi duduk seperti itu. Sungguhan seperti filosofinya tentang pembawaan tenang namun ketegasan tetap jadi yang utama. Pemdominasian pada hal yang harusnya ditonjolkan di bagian paling depan; tanggung jawab dan ketegasan. Memilih untuk duduk seorang diri saja, ditemani bayangan sendiri diujung sofa. Yoongi tidak benar-benar sendiri. Dirinya dan gelas tinggi yang dicekik yang sudah beberapa kali ia tuang ulang. Pahit, panas, getir, namun nikmat.

Tak jarang alkohol adalah pelarian terbaik. Kontrol diri yang kadang mulai kehilangan kendalinya adalah alasan utamanya. Namun bagi Yoongi, alkohol bukanlah mutlak pelampiasan. Alkohol adalah teman, yang selalu ada tanpa bicara dan selalu menemani tanpa menghakimi. Lihatlah kan, sekarang ia bisa menebar senyum kecut lalu kemudian tangannya meremas gelas tanpa sadar, lalu melemas kembali dan meneguk isinya hingga tandas.

Toleransi alkohol Yoongi sangatlah baik. Bahkan untuk kadar 50 persen keatas saja Yoongi masih bisa tersenyum sadar. Terkadang menerbitkan smirk lalu seketika berubah menjadi geram namun tak sampai pada tahap mengamuk. Yoongi mumpuni dalam hal kontrol diri. Jadi, semabuk apapun Yoongi,pria itu tetaplah akan menjadi Yoongi. Hanya saja, ia jadi akan lebih banyak mengoceh, atau sesekali menghampiri kotak obat, atau kotak P3K dimanapun ia mabuk, ia hanya akan mencari itu. Entah apa motivasinya, ia hanya ingin saja.

Berdoalah agar semua itu tidak terjadi karena apa yang sedari tadi dia minum adalah cairan merah yang berasal dari sebotol wine dengan kadar alkohol 57 persen. Sungguhan, ini bukan kali pertama bagi Yoongi menyesap minuman panas dengan kadar tinggi itu, tapi itu adalah bentuk pengalihannya ketika dirinya kembali teringat masa lalu yang kembali mencuat.

Segelas lagi, setelah itu ia janji berhenti meminum itu malam ini. Setidaknya setelah kupingnya serasa panas sekali dan hampir meledak karena suara-suara yang sudah 15 menit menggema di ruangan kamar seorang gadis yang tak jauh dari ruangannya. Bahkan dari balkon sekalipun, Yoongi masih bisa mendengarnya dengan kelewat jelas.

"Sialan!" pekik Yoongi sebelum akhirnya mengangkat bokongnya dari sofa empuknya. Beranjak berdiri kemudian melangkah menuju pintu kamarnya untuk keluar.

Disisi lain jelas saja terdapat pemandangan dan suasana yang berbanding terbalik dengan ketenangan yang sedang sengaja sekali Yoongi ciptakan. Disebuah ruangan yang bahkan lebih luas dari milik Yoongi. Nuansa elegan tergambar jelas diruangan yang sudah penuh oleh dentuman musik r&b yang memekakkan telinga.

Tidak ada hal lain yang membuat gadis itu hanya duduk diam saja didalam kamarnya yang bising. Melainkan hanya mencoba menjadi setenang danau ditengah hiruk pikuk Seoul yang kadang ia bosan menikmatinya. Nyatanya menjadi kepura-puraan yang nyata adalah sebuah beban untuknya. Ia benci dibohongi, walau tanpa sadar apa yang sedang dia lakukan sekarang juga adalah tindak pembohongan untuk dirinya sendiri. Mencipta sedikitnya kebahagiaan semu diatas segala kelam yang ia rasakan semenjak menjadi seorang perawat.

Selama ini terlampau banyak persepsi yang Seolhyun dengar tentang perawat adalah seseorang yang selalu ceria dan memiliki sisi positif yang seolah bisa menular pada pasiennya. Iya benar, Seolhyun tidak pernah menyangkal itu. Namun jauh didalam benak, ia juga memiliki sisi yang sama. Dirinya juga manusia, membutuhkan setidaknya beberapa waktu ketika ia merasa hancur dari dalam namun ia sendiri bahkan tak tahu entah karena apa dirinya merasa begitu sesak. Rasanya beberapa hari ini memang dirinya seperti tidak pernah bisa bernapas dengan baik. Tidak pernah merasa lega, sekalipun selalu senyuman yang ia tunjukkan didepan kakaknya dan semua orang itu.

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang