Once - 7

1K 132 1
                                    

Air. Seolhyun masih tidak habis-habisnya rasa penasaran yang semakin membludak dibenaknya. Mungkin benar atau mungkin juga hanya asumsi. Mungkin fakta atau malah hanya opini tak mendasar. Belum sepenuhnya terbukti benar atau tidaknya apa yang dikatakan oleh wanita yang sekarang sudah meninggalkan Seolhyun sendiri didepan pintu bilik Taehyung.

Seolhyun kembali tidak mempedulikan hal itu, ia lebih memilih untuk segera menemui pasiennya. Jemari tangannya menekan kenop pintu itu kebawah hingga sedikit demi sedikit daun pintu itu terbuka. Celah pintu yang kemudian memperlihatkan seorang pria yang bahkan sudah berkutat dengan kuas sepagi ini.

Jemarinya begitu mahir bermain warna. Mencampur dua warna kuat hingga mencipta warna baru.
Peleburan warna dominan hijau ynag dicampur dengan terangnya warna kuning, menghasilkan warna biru tua yang kelam. Seperti warna samudra yang dalam.

Taehyung mengambil kuasnya, mencolek sedikit kemudian menorehkannya diatas kanvas berukuran 1x1 meter. Cukup besar dengan kuas kecil yang Taehyung pegang.

Melihat Taehyung seperti itu, Seolhyun berani jamin tidak akan ada yang mengira bahwa pria itu 'gila', malah semua orang akan merasa kagum dengan perangai senimannya itu.

Seolhyun masih belum ingin mengganggu pasiennya, gadis itu masih dengan setia memperhatikan beberapa goresan yang mulai terlihat 'aneh'. Taehyung tidak menggunakan warna lain, hanya satu warna yang ia ciptakan saja dengan jemarinya.

Birunya cat air yang sering dicolek oleh Taehyung dengan kuasnya, warna kelam yang terkadang warna itulah juga yang membuat pria itu menjerit tidak terkendali.

Kim Taehyung memang gila! Seperti yang sekarang Seolhyun saksikan.

Seolhyun meletakkan nampannya diatas nakas dengan tergesa, berlari kearah pria yang menjerit tidak terkendali adalah tujuan utamanya.

"Hei! Tenanglah!" Seolhyun menggapai Taehyung yang terlihat sangat kacau. Menenggelamkan kepala pria itu didadanya dan memberikan pria itu sedikit ketenangan. Mungkin. Seolhyun pikir itu sedikit banyak bisa membantunya.

Tidak mudah menenangkan Taehyung, Seolhyun mengakui itu. Namun untuk apa ia belajar psikologi serta pendidikan perawat yang ia tempuh 4 tahun jika untuk menenangkan pasien saja ia kewalahan. Tentu itu bukan Seolhyun sama sekali.

3 menit Taehyung berada dalam dekapan Seolhyun. Mengatur nafas tanpa balik memeluk.

"Saatnya untuk menemui dokter Jung," ucap perawat Seolhyun setelah merasakan bahwa Taehyung sudah sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Seolhyun melepas semua lengannya, membiarkan Taehyung kembali duduk tanpa sandaran diatas ranjang besi itu.

Mengalihkan atensi yang semula berada penuh pada sosok Taehyung kearah nampan yang beberapa saat lalu gadis itu campakkan begitu saja.

Seolhyun mengambil alih sendok yang berada ditangan Taehyung. Tidak sabar melihat pasiennya yang hanya memainkan sendoknya tanpa menunjukkan tanda-tanda akan menyendok bubur didalam mangkuk ditangan kirinya.

Seolhyun menyendokkan bubur itu seujung sendok, meniupnya kali saja bubur itu terlalu panas atau malah sudah dingin. Kemudian menyodorkannya kedepan mulut Taaehyung yang masih terkatup rapat. Sedikit kesal karena Seolhyun seperti sedang merawat seorang bayi yang tuli dan buta.

"Kau sudah disini, Hana. Aku tidak butuh semua obat ini dan dokter Jung itu," samar suara bariton menembus gendang telinga gadis yang sedang menunggui Taehyung sampai pria itu mau menenggak dua butir obatnya.

"Harus kukatakan berapa kali kalau aku bukanlah Hana!" ucap Seolhyun naik satu oktaf lebih tinggi dari biasanya.

Seolhyun sudah cukup mendengar pasiennya itu selalu memanggilnya Hana dan bukan namanya.

Hana, Hana, Hana. Siapa Hana? Kenapa selalu hanya nama itu yang selalu diucapkan oleh Taehyung.

Apa orang yang memiliki nama itu sangat berarti baginya? Entahlah hanya Taehyung yang tahu tentang itu.

Seolhyun tersentak kaget setelah dengan kasar Taehyung menarik dirinya untuk lebih dekat dengan tubuh ringkih Taehyung. Menggelatakkan mangkuk yang semula ditangannya dibiarkan tercampakkan disana sampingnya.

Jemarinya tampak mendekat ke wajahnya, Seolhyun mampu melihat itu dengan jelas. Namun sorot mata Taehyung selalu membuatnya mati kutu. Ingin berontak, tapi Seolhyun menyukai manik mata itu, juga bibir Taehyung yang selalu terlihat menggoda dimatanya. Jemari panjang Taehyung serasa mulai menggerayangi leher jenjangnya yang nyatanya mulai meremang karena sentuhan lembut dari pria 'gila' itu.

"Kau Hana!" ucap Taehyung final. Tidak sama sekali  ingin menerima bantahan dari gadis yang sudah terlihat sangat ketakutan disana tapi sedikit menikmatinya. Ia benci mengakui ia menyukai Taehyung, tapi fakta selalu menang melawan apapun, dan sekarang Seolhyun harus tersadar agar tidak terlalu jauh tenggelam bersama didalam fantasi Taehyung.

Taehyung semakin mengikis jarak antara wajahnya dan paras sang gadis, membuat keduanya mampu merasakan deruan nafas masing-masing, hingga sama-sama menghirup karbondioksida yang keluar dari paru masing-masing.

Seolhyun harus sadar! Akhirnya logika Seolhyun kembali dan kemudian tersadar sebelum bibir pria itu menyentuh labium ranumnya.

Mendorong pias kedua bahu Taehyung hingga membuatnya terdorong kasar kebelakang.

Seolhyun menjadi salah tingkah. Membodohi dirinya sendiri adalah hobinya pagi ini. Seolhyun sadar ini semua salah. Salah karena selama ini telah menganggap Taehyung itu waras, yang sudah jelas-jelas pria itu 'gila'.

"Hana..."

.
.
.
.
.
.
.
[ ]

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang