Once - 23

779 97 0
                                    

Bulir tak terlihat di pelipis merupakan hal yang biasa bagi seorang perawat. Nyatanya, tenaga medis bukanlah seorang malaikat yang tidak memiliki lelah kendati selalu saja dijuluki sang penyelamat. Meraka sama saja, mereka manusia yang juga memerlukan perhatian dan memiliki rasa muak terhadap pekerjaannya. Ada kalanya mereka tidak sedang ingin bekerja, atau malah lagi sedang malas mengurusi semua manusia sakit itu. Sebenarnya mereka ingin sekali egois, namun sekali lagi mereka harus berjalan dengan sumpah yang mereka ikrarkan, tentang; keselamatan manusia lain adalah tanggung jawabnya.

Seolhyun tahu dan juga paham sekali bahwa keselamatan tentu bukan berada diranah nya, apalagi kuasanya. Tidak sama sekali. Seolhyun hanya bertugas merawat, membantu, dan berusaha untuk sesekali menjadi terbuka melayani cerita absurd para pasiennya dengan wajah bening bersinar. Tidak peduli pun ada redup yang sedang ia sembunyikan dibalik binar hazelnya yang sama sekali tidak ingin menunjukkannya pada dunia luar.

Sudah setengah hari lebih Seolhyun menjalankan pekerjaannya dengan sepenuh hati, kendati niatnya sedari dari rumah adalah ia hanya ingin menemui Kim Taehyung saja. Namun, tidak ada yang berubah sepanjang satu hari ini dalam kehidupan Choi Seolhyun. Hanya ada sedikit perubahan pada pasiennya itu, yaitu Kim Taehyung yang mulai bisa berkomunikasi dengannya.

Jam 12 adalah jam istirahat untuk Seolhyun. Gadis itu masih penasaran tentang apa yang belum ia tahu dari pasien nya. Ia merasa ada masih banyak hal yang abu-abu kendati ia tidak seharusnya mengetahuinya. Ia cukup tertarik meskipun ia terkadang berakhir iba dengan masa lalu pasiennya yang ia ketahui dari setiap pasiennya. Begitupun juga ia yang penasaran setengah mampus terhadap masa lalu Kim Taehyung. Ia bahkan tidak mengerti saat Taehyung sungguhan mengatakan hal itu padanya. Hal yang seharusnya dikatakan oleh orang normal yang tidak berada di rumah sakit jiwa.

"Jangan terlalu perhatian padaku, atau kau akan menyesal."

Seolah kaset rusak yang terputar tanpa mau berhenti. Isi kepalanya seperti penuh oleh satu kalimat yang ia bahkan tidak mengerti maksudnya. Penyesalan? Perhatian? Seolhyun bahkan tidak mengerti penyesalan apa yang dimaksudkan oleh pasiennya itu. Semuanya terlalu abu-abu. Bahkan hanya untuk memahami apa yang Taehyung ingin sampaikan lewat torehan kanvas yang selalu berakhir gelap itu saja, Seolhyun sampai kewalahan sendiri. Ia seperti diajak tenggelam bersama, menelan kelam bersamanya, kendati Taehyung tidak sama sekalu berniat untuk membawanya mati bersama. Tapi meskipun begitu, rasa penasarannya saja sudah seperti membunuhnya perlahan. Sangat menyesakkan kala ia kembali menyadari bahwa dirinya dan Taehyung hanyalah perawat dan pasien.

Seolhyun telah mengambil jam istirahatnya, lalu penjagaan Taehyung telah digantikan sementara oleh petugas piketnya sampai jam istirahat Seolhyun habis nantinya. Ia melangkah melewati lorong yang lumayan ramai, banyak yang berseliweran untuk urusan mereka yang ia juga tidak berminat untuk tahu. Karena tujuannya jelas untuk sekarang adalah menemui kepala perawat bermarga Kang itu. Tentu saja bukan untuk menagih gaji bulanan, tetapi masih tentang cerita menggantung yang kemarin kepala perawat Kang sampaikan padanya.

"Kang Sulli-ssi?" teriak Seolhyun memanggil seorang wanita yang berada lebih kurang 10 meter dihadapannya. Ia tidak menyangka akan menemukan orang yang dicari bahkan sebelum sampai di ruangannya. Biasanya perawat Kang suka sekali menghabiskan jam istirahatnya didalam ruangannya, namun sekarang entah untuk urusan pasien yang mana, Seolhyun akhirnya bisa menemukan perawat Kang itu diluar ruangan. Tebakan, untuk pasien yang membutuhkan perawatan khusus. Kadang bukan hanya ada pasien depresi saja dirumah sakit jiwa ini, melainkan ada banyak sebagian yang sungguhan menjadikan rumah sakit ini adalah tempat penampungan para autisme. Ia juga kadang tidak mengerti, kenapa tega sekali orang tua mereka yang membuang anaknya disini. Ia tahu mungkin mereka malu, tapi kan bisa saja diserahkan pada panti asuhan saja, bukan di rumah sakit jiwa yang mungkin perlakuan perawatnya tidak semuanya selembut Choi Seolhyun.

Dunia kadang seperti itu, mempermainkan mata dengan begitu sempurna. Kehidupan layaknya cermin refleksi, dimana pintu utama bukan pada mata, tapi pada hati yang tidak terlihat.

Maya, terbalik, diperjelas. Seperti itulah kehidupan bermain. Selalu saja terbalik namun tidak ingin disalahkan. Namun tidak bisa dibenarkan.

Tidak berselang lama, wanita pemilik nama itu pun langsung menengok ke belakang, menghentikan langkahnya untuk menoleh pada gadis yang memanggilnya, menghampirinya.

"Ku tebak, kau akan menagih cerita kemarin." ucap kepala perawat Kang mencoba menebak keperluan  Seolhyun sehingga membawa gadis itu sampai menemuinya. Memangnya apalagi? Perawat Kang sudah sedikit memahami perihal Choi Seolhyun, gadis muda yang tidak akan menyerah dengan rasa penasarannya.

"Boleh aku penasaran?" tanya Seolhyun setelah ia berhasil mensejajarkan jalannya disamping perawat Kang.

"Tentu saja." ujar perawat Kang sambil tersenyum. Kembali berjalan berdampingan. Pelan sambil mulai bercerita tentang apa yang Seolhyun ingin tahu lebih jauh.

"Pantai Haeundae. Satu tahun yang lalu. Peristiwa besar yang tidak akan pernah terlupakan oleh masyarakat Busan. Laut tenang yang tiba-tiba saja mengamuk dan menyeret hampir ratusan orang."

Ujar kepala perawat Kang itu menceritakan sebuah kisah dengan serius. Sedangkan gadis didepannya masih setia mendengarkan ceritanya tanpa berniat menyela. Ia ulung dalam menyimak, maka dari itu ia mulai menyusun beberapa puzzle yang sama sekali belum ia temukan titik temunya. Tentang Kim Taehyung dan pantai itu. Apa hubungannya?

"Lalu. Apa hubungannya dengan Taehyung?" tanya Seolhyun semakin antusias dengan cerita yang dibawakan oleh wanita yang 10 tahun lebih tua darinya.

Menghela napasnya sebelum akhirnya kembali membuka kisah. Meneruskan kalimat lamanya yang ia tahu bahwa perawat Choi sedang sangat menunggunya.

"Pria itu. Kim Taehyung. Diantara keempat orang yang datang bersamanya dan bermalam disana. Hanya dia. Hanya dia yang kembali."

Seolhyun semakin mengerutkan keningnya. Semakin pening namun satu persatu hal mulai ia pahami. Mulai ia temukan, bahwa mungkin apa yang tidak bisa Kim Taehyung atasi adalah perihal rasa kehilangannya. Rasa kehilangan yang jelas saja menghantam batin dengan gila-gilaan.

Jadi yang mana? Ia harus memaklumi? Tentu saja! Apa yang bisa dikatakan? Apa yang bisa dilakukan? Ia pernah merasakannya, kendati bukan untuk kehilangan dalam artian mati, tapi ia cukup kehilangan sosok itu hingga sempat membuatnya hilang arah. Orang tuanya. Kasih sayangnya hilang, hanya uang sebagai pengganti, namun Seolhyun tidak pernah merasa cukup untuk uang sebanyak apapun. Ia menginginkan kasih sayang, bukan hanya materi. Meski tidak bohong ia juga butuh materi sebagai penunjang hidup.

Namun meskipun begitu, ia masih memiliki Choi Yoongi. Si es balok beku itu adalah penyemangatnya selama ini. Iya, itulah sedikit kisah dari perawat yang selalu terlihat baik-baik saja tanpa kelam.

"Tapi bagaimana bisa? Bukannya mereka berada di satu tempat?" tanya Seolhyun lagi, gadis itu merasa titik temunya bukanlah hanya sampai disitu, masih ada yang perlu ia ketahui.

"Bisa, karena--" ucapan kepala perawat Kang terhenti sesaat setelah menyadari seorang perawat pria meneriakkan nama perawat Seolhyun dengan tergesa-gesa.

"Perawat Choi. Pasienmu!" ucap perawat pria itu terbata-bata. Suara patahan yang menandakan bahwa ia habis berlari marathon dan wajahnya yang terlihat sangat khawatir.

Bohong jika Seolhyun merasa biasa saja, maka ia segera berlari menuju ketempat dimana Kim Taehyung berada, bahkan tanpa mengindahkan lagi eksistensi perawat Kang yang juga mulai bergumam sendiri ditengah kepanikannya.

"Pasti dia melakukannya--lagi" gumam lirih kepala perawat Kang yang mampu didengar dengan jelas oleh kedua telinga Seolhyun.

Ketiganya pun berlari secepat yang mereka bisa, menghampiri pasien yang entah sudah berapa kali mencoba melakukan 'itu'.

Percobaan pelepasan jiwanya secara paksa.

.
.
.
.
.
.
.
[ ]

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang