Once - 30

796 79 0
                                    

Pantai Haeundae
Busan

Malam pekat dengan segala kelam yang tersembunyi dibalik cahaya bulan yang lumayan terang malam ini. Bertemankan kelam atas peristiwa yang menggemparkan seisi Korea Selatan. Busan. Pantai yang tenang dengan segala pemandangan malam yang sangat menawan, sekarang bahkan tidak ada lagi yang tersisa kecuali tangis.

Deruan tangis pedih yang saling bersahutan menjangkau rungu seorang jurnalis yang diundang secara khusus oleh kantor beritanya untuk meliput peristiwa besar itu. Tsunami beserta angin kencang yang telah memporak porandakan pantai Haeundae. Namun bagi seorang Choi Yoongi- jurnalis itu- peristiwa ini bukan hanya memporak porandakan  Busan, melainkan juga lebih kejam memporak porandakan hatinya.

"Aku bahkan telah lupa bagaimana kau dulu yang begitu dekat denganku, Kim Taehyung."

Yoongi berucap saat ia kembali melihat wajah Taehyung. Wajah yang telah pucat pasi namun bersyukurnya masih ada nyawanya didalam sana. Kendati Yoongi tidak menginginkan pria itu hidup lagi, karena semenjak malam dimana Yoongi melepaskan Hana untuk Taehyung, Yoongi telah sepenuhnya menganggap keduanya telah mati- Hana dan Taehyung. Bahkan Yoongi sudah tidak peduli lagi. Ia muak dan ia benci saat ingatan itu kembali menyambanginya.

Bersama teriakan para tim penyelamat yang datang dengan cekatan, Taehyung ditemukan tergeletak tak berdaya dibawah tiang listrik ditepian pantai dengan sampah-sampah yang dibawa badai tadi malam. Setelah hampir beberapa jam tanpa kehangatan. Taehyung masih bisa bertahan.

Temaramnya sang bulan pada dini hari nyatanya tidak mencegah Yoongi mampu mengenali sosok yang dulu sangat dekat dengan dirinya. Yoongi mengenali Taehyung yang berada disebuah tandu.

Tim penyelamat gabungan dari Busan dan Seoul telah menyisir pesisir pantai Haeundae dan sebagian laut sejauh berkisaran satu kilometer terhitung dari daratan. Yoongi hampir saja hilang fokus saat ia mendapati wajah Taehyung dan mengenalinya dengan sangat baik. Bahkan ia langsung berlari saat ia sedang mewawancarai salah satu tim penyelamat yang berperan sebagai narasumbernya.

"Tidak ada." ucap salah seorang narasumber yang sedang Yoongi wawancarai sebagai bahan beritanya. Dan itu adalah kata terakhir yang mampu kameramennya rekam. Karena secepat kilat Yoongi telah berlari dari sana. Bahkan Yoongi sampai melupakan bahwa dirinya adalah jurnalis yang harus membawa barita terbaik nya untuk agensi berita yang sudah membayarnya.

Yoongi mendekat kearah tandu itu, dengan beberapa alat bantu pernafasan dan selang infus yang tertancap dilengan Taehyung. Nyatanya tidak ada yang ditemukan lagi dari 4 orang yang terdaftar datang bersama seorang pria yang tersangkut ditiang listrik itu. Hanya Kim Taehyung yang bisa terselamatkan dan ditemukan dalam keadaan hidup. Hanya Kim Taehyung pula yang dapat dikenali dan mengejutkannya lagi adalah dia masih bernafas setelah beberapa jam hipotermia. Harusnya pria itu sudah mati, namun semesta masih memberikan pria itu kesempatan bernafas. Entah untuk kesempatan kedua, atau kesempatan menderita lagi, yang juga untuk kedua kalinya.

Ratusan korban bergelimpangan didalam tenda beresleting. Tas besar yang berisi mayat-mayat tak bergerak. Semuanya hanya seonggok mayat yang tidak lagi mampu memberontak seperti tadi malam saat berusaha menyelamatkan diri.

Semua sudah tidak bernyawa.

Kecuali Taehyung yang langsung dibawa ke klinik terdekat saat menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Jungkook-ah."

"Hana."

"Sewon."

"Yoongi hyung."

Yoongi memutuskan untuk ikut didalam mobil penyelamat itu. Meninggalkan pekerjaannya dengan ancaman pria itu mungkin akan langsung kehilangan pekerjaan itu esok paginya. Namun bagi Yoongi, Taehyung lebih dari segalanya untuk saat ini. Dan ditambah lagi ucapan pria itu, karena nyatanya perkataan terakhir pria yang jelas-jelas sedang mengingau itu membuat Yoongi terpaku dan membeku.

Yoongi telah berenti mengumpulkan jurnal yang ada dari peristiwa Tsunami yang terjadi di laut Haeundae, Busan. Hatinya masih terasa sangat sakit saat mengingat  dulu Hana lebih memilih untuk bersama Taehyung daripada dirinya.

Yoongi seperti tertampar ribuan kenyataan bahwa ternyata Taehyung masih menyebut namanyan bahkan disaat pria itu sedang tidak sadar sekalipun. Mungkin ia salah. Tidak seharusnya ia membuat Taehyung merasa bersalah atau malah tidak sama sekali. Bagi Yoongi yang telah menganggap Taehyung mati, sekarang ia bahkan harus merasa sesak sekali ketika sungguhan ia menyaksikan Taehyung berada diambang hidup dan mati. Karena pada kenyataannya, Yoongi tidak akan pernah rela Taehyung pergi darinya. Karena sebenci apapun Yoongi, ternyata Yoongi tidak akan pernah bisa sepenuhnya membenci Taehyung. Ia menyayangi Taehyung sudah seperti adiknya sendiri.

Jika kebencian mungkin saja bisa membuat bibirnya mengungkap pernyataan tentang tidak ingin lagi melihat orang itu, bahkan hanya untuk melihat wajahnya saja sebenarnya telah enggan. Namun lain lagi dengan hati, sebuah persahabatan yang Yoongi bina selama ini ternyata masih terlampau kental daripada kebenciannya pada Kim Taehyung.

"Taehyung-ah. Bertahanlah setidaknya untukku," bisik Yoongi ditelinga Taehyung sebelum perawat dan dokter membawanya ke instalasi darurat untuk segera ditangani.

Luka lebam dan memar karena benturan, mungkin. Mungkin tidaklah berarti apapun daripada luka lamanya. Namun Yoongi bahkan tidak setega itu untuk membalaskan sakit hatinya. Ia memilih diam, membiarkan Hana bersama kebahagiaannya meskipun kebahagiaan mereka jelas berdiri kokoh diatas lukanya tanpa ragu. Ia tidak peduli itu lagi. Hana telah bersama semesta sekarang. Meninggalkannya dan Taehyung dengan keadaan yang mengenaskan.

Tidak berbohong apa yang sekarang terjadi sungguh seperti menggores hatinya kelewat dalam. Pantai Haeundae dengan sejuta kenangan kelam sudah dipastikan akan membekas pada ingatannya. Tempat dimana ia kehilangan gadis yang sangat ia cintai kendati gadis itu bukanlah lagi kekasihnya, melainkan hanya mantan kekasihnya. Namun hatinya tidak semudah itu melupakan Hana. Ia terlampau mencintai hingga tak sanggup membela diri hanya demi mencegah gadis itu berpaling darinya. Fase mencintai dimana Yoongi bahkan merelakan sang gadis demi kebahagiaannya, kendati Yoongi juga merasa sesak sekali saat tahu bahwa kebahagiaan gadis yang ia cintai adalah bukan dirinya.

Membersamai air mata yang mendadak merebak memenuhi kelopak mata pria Choi itu, pintu itu tertutup dengan lampu merah yang menyala menandakan bahwa operasi sedang berlangsung.

Dengan gelisah yang mengusai hati. Merusak kinerja otak bahkan sistem tubuhnya bekerja. Semuanya kacau. Pelipisnya berkeringat. Tangannya bergetar hebat. Lalu bibirnya selalu menggumam, merapalkan doa-doa dan harapannya pada semesta bahwa ia hanya menginginkan Taehyung selamat. Ia telah kehilangan tiga orang yang sangat ia sayangi malam ini. Hatinya sesak dan rongga dadanya seperti menyempit. Membuat Yoongi hampir tidak bisa bernafas karena tidak bohong jika sekarang tubuhnya seperti lemah tanpa tulang.

Daripada menjangkau kursi, kaki Yoongi bahkan sudah terlu lemas untuk membawa tubuhnya hingga ke kursi. Kaki Yoongi melemas, ia merosok ke lantai. Bahkan air mata yang mungkin telah kering dan enggan mengaliri pipinya lagi. Yoongi telah kehilangan semuanya.

Berkat dinginnya suhu tubuh Taehyung yang sempat ia rasakan, nyatanya mampu menghangatkan kembali hati Yoongi yang menempatkan dirinya lagi sebagai seorang pria yang dipanggil 'hyung' oleh Taehyung.

Kehilangan yang menyakitkan, dan kehilangan yang seperti membunuh diri secara perlahan. Nyatanya Yoongi merasakan itu untuk pertama kalinya.

"Taehyung... Hyung minta maaf..."

.
.
.
.
.
.
.
[ ]

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang