Once - 17

888 112 1
                                    

Di sebuah rumah yang tentu saja bisa dikatakan sebuah mansion. Seni yang sangat jelas tergambar pada beberapa interior yang terpasang disana. Ruang makan yang masih mengusung tema klasik dengan sebuah gantungan sendok garpu dan gelas yang diletakkan ditengah meja makan yang lebar. Lampu terang yang tidak menyilaukan nyatanya selalu membuat rumah serasa seperti siang.

Mungkin jika orang lain akan memilih untuk makan diluar setelah pulang bekerja dan akan tertidur pulas seketika sampai dirumah tanpa harus berkutat dengan dapur hanya untuk mengisi perut atau makan malam yang membosankan.

Namun tidaklah sama dengan Seolhyun yang lebih memilih untuk makan di rumah, tentu saja bukan hanya karena ia malas makan diluar atau alasan lain yang sangat tidak berguna. Hanya saja dirumah masih ada kakaknya yang menantikan kepulangannya seperti biasa.

Terdengar beberapa kali suara Kluntingan yang berasal dari sendok besi yang bertabrakan dengan piring sederhana terdengar di ruang makan disebuah rumah besar Choi Seolhyun. Suara lirih yang menjelma menjadi nyaring hanya karena suasana hening yang bahkan sudah sangat biasa terjadi diantara dua Choi selisih 5 tahun itu.

Benar. Hanyalah sebuah makan malam sederhana bersama sang kakak adalah rutinitas hariannya setelah pulang bekerja. Ia tak ingin merubah apapun, itu adalah sesuatu yang tak mungkin ia lewatkan setiap harinya. Meskipun sudah lama sekali ia tak menikmati makan bersama dengan ayah dan ibunya, namun ia masih memiliki seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya. Meskipun pria dihadapannya itu terkadang seperti balok es, tapi Seolhyun selalu merasakan kehangatan kasih yang kakaknya itu tawarkan bahkan tanpa satu kata pun terucap.

Tidak mewah, hanya semangkuk sup iga untuk berdua. Dengan dua cup nasi instan dan sekotak kimchi segar yang baru dibeli Seolhyun saat pulang dari rumah sakit.

Tidak ada percakapan meskipun hanya ada dua orang yang saling berhadapan, memandang nasi didepannya disela mulutnya sama-sama mengunyah. Sesekali dua pasang manik itu bersirobok ingin memulai percakapan, namun selalu berakhir tidak mengucapkan apapun.

"Ada masalah?" celetuk Yoongi memecah suasana yang kaku antara ia dan adik perempuannya. Akhirnya ada yang memulai pembicaraan juga.

Tidak biasanya Seolhyun menjadi setenang rawa-rawa. Bukan perkara adik perempuannya yang mendadak diam, hanya karena biasanya Seolhyun adalah gadis cerewet jika sedang dirumah, bahkan terkadang Yoongi memilih untuk menyumpal telinganya dengan headset volume maximum. Peduli setan ia akan tuli, karena yang terpenting adalah ia tak mendengar ocehan adiknya yang selalu saja berbicara tentang pekerjaan dan semua akun game nya yang katanya sudah sampai pada level victory dan sebentar lagi akan mengalahkan levelnya. Iya? Apa? Bahkan Yoongi tidak terlalu mempedulikan itu.

Namun malam ini berbeda. Yoongi sangat tahu, perihal Seolhyun yang akan selalu diam saja ketika mendapati masalah menimpanya.

Ingin pura-pura tuli saja kalau Seolhyun bisa, namun mendengar apa yang diujarkan oleh Yoongi nyatanya tidak membuat Seolhyun buka mulut, ia tetap bungkam meskipun Yoongi menatapnya sambil dengan sabar menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Seolhyun.

Seolhyun menggeleng. Berniat memberikan isyarat kepada Yoongi bahwa ia baik-baik saja tapi nyatanya malah membuat Yoongi semakin yakin bahwa adiknya sedang sangat tidak baik-baik saja.

"Oppa?" celetuk Seolhyun setelah lama sekali terdiam. Yoongi pun langsung merespon antusias panggilan yang ditujukan Seolhyun untuknya. Perlu diingat kesempatan ini adalah langka.

"Em?" sahut Yoongi kemudian meletakkan sendok garpunya ditepi piring. Menyudahi makannya dengan meneguk segelas air putih yang ia sisakan setengah di gelas tinggi itu.

"Pantai Haeundae." Dua kata yang mampu membuat Yoongi tersedak minumannya. Dengan segera Seolhyun pun mengambilkan dua lembar tisu untuk kakaknya itu.

"Hati-hati, Oppa," ucap Seolhyun saat tangannya terulur memberikan tisu yang dimaksudkan untuk mengelap mulut Yoongi yang basah, yang langsung disambut oleh tangan Yoongi kemudian mengucapkan terima kasih.

"Kenapa?" ucap Yoongi yakin setelah mengelap bibirnya dengab tisu yang diberikan oleh adiknya yang sangat pengertian itu.

Yoongi adalah seorang jurnalis lapangan yang ambisius. Ia akan meliput apapun yang membuat chanel tevenya ditonton oleh banyak orang. Termasuk peristiwa 2018, setahun yang lalu. Pantai Haeundae, Busan. Tak menyangka juga bahwa adiknya akan menanyakan perihal pantai itu.

"Kau ingin berlibur kesana?" tanya Yoongi dengan tidak yakin.

Yoongi jelas tahu pasti ada makna dibalik Seolhyun menyebutkan nama pesisir pantai di Busan itu.

Seolhyun menggeleng.

"Tidak," pungkasnya sebelum akhirnya gadis itu beranjak. Menapaki puluhan anak tangga hingga berakhir dipintu kamarnya dan menghilang.

Sikap Seolhyun sungguh tidak biasa oleh Yoongi sebagai kakaknya selama 21 tahun. Tidak kurang waktu untuknya memahami adik perempuannya.

Yoongi hanya memandanginya dari belakang, tanpa berniat sedikitpun untuk kembali menanyai gadis itu lagi. Yoongi lebih memilih untuk membiarkan adiknya hingga mood nya kembali baik dan ia akan mengajaknya berbicara secara mendalam.

Yoongi pikir besok pagi akan lebih menyenangkan karena besok adalah hari minggu dan Seolhyun libur. Ia bisa bebas menanyakan apapun tanpa terburu waktu seperti hari-hari biasa.

Yoongi mengalihkan atensinya, menatap akuarium ditepi tangga dengan begitu intens dan penuh teka-teki.

"2018. Pantai Haeundae. Busan." gumam Yoongi begitu lirih sembari senyum kecil yang tertahan dibibirnya.

.
.
.
.
.
.
.
[ ]

Redemption ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang