part 35

1.9K 74 1
                                    

Dengan seluruh tenaga ia mengangkat tubuh Ana dan berjalan ke mobilnya .diikuti Christian dan Caty yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Jika sesuatu terjadi padanya, ataupun kembali seperti dulu, aku tak segan-segan membunuh kalian berdua" ucapnya dengan kejam lalu masuk kedalam mobilnya dengan Ana masih di pangkuannya. Ia meninggalkan Caty bersama Chris yang syok. Sungguh Sean sangat takut sekarang, membayangkan bagaimana jika Ana kembali seperti dulu.
" kerumah sakit terdekat" ucapnya, tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Ana yang semakin dewasa, wajah itu tirus , mata yang sembab dan kantung mata yang menghitam.
"Mom, aku tak akan memaafkan diriku sendiri, jika kembali terjadi sesuatu padamu. " ucap Sean dengan air mata yang mengucur di pipinya. Ketakutan sangat mendominasi dirinya.
***
Dikoridor rumah sakit Sean tak hentinya berjalan kerencana kemari berharap kecemasannya dapat reda walau hanya sedikit tapi tetap tak bisa, kecemasan remaja itu tak kunjung reda terkadang sesekali ia berbalik meninju dinding meluapkan ke kesalannya karena tak mampu menjaga ibunya.
"Ini Salahku, salahku,salahku....Arrrrrggggh" rancaunya lagi seraya membogem dinding didepannya hingga Tangannya memerah.
"Jika terjadi sesuatu padanya, aku tak segan-segan.." ucapan Sean yang penuh amarah terpotong.
"Kak.." suara lembut itu tak membuat Sean menatap pemiliknya.
"Kak... Kak Sean aku minta maaf telah membuat Mommy seperti ini" ucap Caty menunduk tak berani menatap Kakaknya, ia sadar ini Salahnya.
" Minta Maaf ?" tanya Sean penuh ledekan. Ia mencengkram dagu mungil adik kesayangannya , dari dulu ia tak pernah melakukan hal kasar pada adiknya, tapi sekarang ? Ia bisa melakukan apapun jika itu menyangkut keselamatan orang yang paling ia cintai.
" Maaf ? Setelah apa yang kau lakukan pada mommy ? Mommy mungkin bisa memaafkan mu Tapi aku TI.DAK" ucap Sean tak iba menatap wajah adiknya.
"Lepaskan tanganmu dari Putriku!" suara itu menghentikan Sean Menyiksa Caty.  Setelah melihat pemilik suara itu kemarahannya malah semakin memuncak.
" Anak?.. Hahaha, Anak apa Tuan? Anak yang bahkan diawal kehadirannya kau Tolak dan hampir kau renggut nyawanya?" tanya Sean dengan langkah menghampiri Christian.
" Kau tau, semenjak Kehadiranmu dalam Hidup kami Pasti menyakitinya dan akan selalu merenggut apa yang menjadi haknya. Kebahagiaan, Keceriaan, Tawanya , Jiwanya, Bahkan ANAKNYA" ucap Sean Menunjuk Wajah Christian, tak ada rasa gentarpun dalam dirinya.
"Kau tak tahu Apapun" ucap Christian Singkat.
"Benarkah? Aku bahkan mengetahui yang tak kau ketahui. Dan Setelah kau menyakitinya Kau  ingin Kembali?" tanya Sean tapi tak ditanggapi oleh Christ.
"Tak Mungkin Lelaki Kotor Sepertimu Memiliki Wanita Sesuci Mommyku" setelah mengucapkan itu Bogem mentah telak mengenai wajah rupawan Sean. Ternyata ucapannya melukai ego Christian
"Jaga Ucapanmu. Aku tak akan membiarkan Bocah sepertimu menghalangi niatku" kini Christian yang berbicara membuat kedua telinga Sean panas.
Ketika bogem mentah ingin ia layangkan pada wajah Christian, suara caty Mencegahnya.
"Jangan. Kak"
"Kau membelanya?" saat Sean ingin menghampiri Caty , suara dokter menginstrupsi.
" Keluarga pasien?"
" Saya Anaknya, dok" ucap Sean sigap menghampiri dokter berkacamata tersebut.
" Begini Nak. Ibumu mengalami Syok berat, itu yang membuatnya pingsan.  Dan setelah aku periksa . Apa benar Ibumu pernah mengalami Depresi Sebelumnya?" tanya sang dokter diangguki Sean.
"Benar dok, beberapa tahun lalu. Bahkan dokter terbaikpun menyerah mengobatinya, Mereka bahkan hampir memasukkannya kerumah sakit Jiwa" ucap Sean sendu mengingat Kejadian tersebut. Kejadian dimana sisi Ibunya benar-benar hancur.
Sedangkan Christian dan Caty yang berada dibelakang ternyata mencuri dengar dan membuat mereka Syok. Benarakah karena perbuatan bodohnya membuat Ana semenderita itu?
" Aku sarankan , jauhkan ia dari segala yang membuatnya tertekan atau keadaan yang kita takutkan akan terjadi dan bahkan ibumu tak mungkin kita sembuhkan lagi" ucap dokter tersebut lalu menepuk tubuh gagah remaja didepannya seraya berlalu.
" Dengar...  Sudah Puas Kalian menyakitinya? . ini yang kalian inginkan? Jika ia selamat kalian hampir berhasil"  ucap Sean sinis dan berbalik memasuki ruangan Ana meninggalkan mereka berdua dengan fikiran mereka.
Sean menghembuskan nafas lega melihat Ana terduduk menatapnya dengan Senyum tipis tapi bukan malah menenangkannya , senyuman itu seakan mengiris Hatinya, ia bisa melihat senyuman itu penuh dengan duka dan kepalsuan bahkan mata indah yang selalu ia kagumi kini seakan tidak benyawa lagi, binarnya telah hilang diselimuti duka.
" Mom" ucap Sean dengan Langkah gemetar dengan air mata sudah melewati matanya. Hanya didepan Ana ia selalu memperlihatkan dirinya yang selemah ini.
"Mommy , apa kau baik- baik saja? Apa ada yang sakit" tanya setelah duduk dikursi didekat brangkar Ana.
"Tenang sayang. Tak ada yang perlu kau Khawatirkan, aku tak selemah Dulu." ucap Ana mengelus wajah tampan milik putranya.
" Aku tak bisa memaafkan diriku jika kembali terjadi sesuatu. Mom"   ucap Sean menunduk. Membuat Ana tersenyum . Tidak ada rasa sayang yang melebihi rasa sayang Putranya ini padanya. Ia bergerak dan memeluk Sean menenggelamkan wajah putranya itu sebatas dadanya.
" It's Ok, son" ucap Ana mengelus kepalanya dengan lembut.
" Mom, terkadang Aku hanya ingin kita hidup berdua tanpa siapapun mengganggu tanpa apapun yang membuat mommy Bersedih dan tak ada yang membuat aku Khawatir. Aku lelah Mom, Tak ada yang tahu betapa Lelahnya aku Mom. Terkadang aku ingin Menghilangkan Nyawaku ketika melihat dan mendengarmu menangis , Tapi aku tak bisa , Siapa yang akan melindungi Mom nantinya" ucap Sean dengan tangis yang teredam pelukan Ibunya
" Sssshhhtt,,, kau tak boleh mengatakan itu, siapa yang akan menghapus Air mata Mom jika kau tidak ada, bukannya Mom akan lega jika kamu pergi ,tapi itu akan semakin membuat mom bersedih." ucap Ana menenangkan putranya ini .  ia tersenyum dengan air mata yang tak hentinya melewati matanya.
" Mommy, ayo kita pergi ketempat dimana hanya Ada kita berdua, tanpa siapapun yang membuat menitihkan air mata." ucap Sean seraya menatap Ana meminta.
" Sean... Sean.. Dimana kau ingin menaruh adikmu?" ucap Ana seraya menggeleng menatap Sean.
"  biarkan ia pergi bersama Ayahnya, bukankah ia telah memilih"  Sean mengucapkannya dengan pedih. Membuat Ana tersenyum pahit.
Ana telah memikirnya sedari tadi sejak ia tersadar dari pingsannya, Ia tidak bisa melawan takdir jika takdir menginginkan Caty bersama Ayahnya ,ia harus menerimanya dengan lapang dada sudah cukup ia menangis sepanjang hidupnya, biarkan orang mengatakan bahwa ia tidak bisa memperjuangkan putrinya, tapi cukup tuhan dan ia yang tau seberapa besar perjuangannya selama ini dan ia sudah lelah berjuang tanpa diperjuangkan.
Ia hanya ingin mencoba tersenyum bebas sepanjang sisa hidupnya.
Karena terkadang seseorang yang berpura-pura akan ada waktunya ia ingin melepas topengnya tanpa beban yang menekan punggungnya..

The Secret Of MillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang