part 32

1.7K 29 1
                                    

Dengan langkah lunglai Ana masuk kemansion yang cukup mewah, ia lelah seharian setelah mengunjungi perusahaan cabang yang sedang mengalami sedikit masalah dan pertemuan dengan Chris siang tadi.
Ana menghempaskan dirinya pada sofa yang berada diruang tamu mansion tersebut, dia menghembuskan nafasnya kasar.
"Something happend?" ucap Sean yang berjalan menuruni  tangga.
"Yes, I think that's a big problem'' ucap Ana gusar
" apa yang terjadi?" ucap Sean sambil mendudukkan bokongnya disamping Ana.
"Mom, bertemu dengan Chris" ucap Ana , lalu mengusap wajahnya kasar.
"And what the problem?" ucap Sean mengernyit bingung
"Dia memaksaku untuk kembali padanya, jelas mom menolak, tapi dia mengancam akan membuat mom kembali padanya dalam tiga hari" Ana mulai menangis. Ia takut.
Sean terdiam sejenak.
"Kita akan kembali besok pagi" ucap Sean final, ia tidak ingin melihat Ana mencemaskan hal yang tidak penting.
"Tapi kita tahu bagaiman Chris. Dia akan membuktikan ucapannya tak perduli aku akan lari kemana, dia akan tahu apalagi setelah kemunculan kita" ucap Ana lemas.
"Mom. Listen , itu tak akan terjadi. Asalkan mom , tidak menghiraukan dia. Atau jangan-jangan mom masih menyimpan rasa untuknya?" ucap Sean dan menatap Ana yang kini balik menatapnya sayu.
Pertanyaan itu membuat Ana membatu sejenak, haruskah ia katakan. Katakan ia wanita bodoh bahkan sangat bodoh setelah kurang lebih enam tahun menangisi pria itu, mengumpatinya, menAnamkan kebencian pada dirinya sendiri. Tapi hasilnya masih ada sebagian hatinya yang masih mencintai lelaki brengsek itu.
"Aku memang bodoh" ucap Ana yang mulai terisak , membuat Sean tahu jawabannya. Ia menghela nafas dengan kasar.
"Mom, jangan salahkan dirimu. Meskipun aku mungkin tak memiliki hati tapi aku percaya pada Tuhan , dia yang menentukan takdir kita sekuat apapun kita berusaha jika Tuhan sudah berencana kita tidak bisa melakukan apa-apa. Bukankah engkau yang mengajari itu padaku" ucap Sean lalu menghela Ana ke pelukannya. Ia tahu ia tak bisa egois memaksakan yang harus terjadi, ia tahu ada Tuhan , seburuk-buruknya Sean ia masih memiliki kepercayaan pada Tuhan atas didikan Ana.
" entahlah, aku sedikit takut" ucap Ana.
"Mom, aku mungkin sedikit lelah menghadapi ini. Tapi, aku tak bisa melarang mom untuk kembali pada pria itu, kini aku sudah sadar dan sangat menyadari bahwa aku tak bisa melarang atau menghentikan mom untuk kembali pada pria itu, meskipun ada BAGIAN diriku yang masih membenci pria itu bahkan sangat membencinya. Aku tau aku tak bisa egois apalagi ada caty. kita tak bisa egois mom, ingat. Mungkin caty mengatakan membenci pria itu tapi, kita tahu mom dia pasti merindukan ayahnya, pasti ada rasa iri dalam hatinya melihat teman seusianya memiliki keluarga yang lengkap, pasti mom" ucap Sean ,
kepalanya tertunduk , ia tahu dengan persis bagaimana sakitnya merindukan seseorang yang sangat kita sayangi , ia sangat tahu karena dia mengalami itu terkadang ia menangis ketika merindukan kedua orangtuanya yang telah tiada.
Ana menatap Sean yang tengah tertunduk , ia tahu pasti perasaan seorang remaja yang memanggilnya mom itu, meskipun ia terlihat tegar dibalik sikap dinginnya Ana tahu tersimpan jutaan luka yang menganga dalam diri seorang Sean.ia mengusap kepala Sean dan membawanya kepelukan.
" kau benar, sayang. Kita telah menjadi orang yang egois, tapi bagaimanapun setiap melihat pria itu , bayangan kesakitan dan penghiatannya muncul didepan ku, seakan mengejekku , mengejek ketidak berdayakan dan kebodohan ku" ucap Ana sesekali terisak.
Malam itu dilalui dengan cerita mereka berdua yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang ditengah masalah yang mereka hadapi.
***
"Mom, apa kita akan pulang hari ini?" tanya caty dengan polosnya sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya
"Iya sayang.urusan kita sudah selesai kemarin " ucap Ana sambil membenahi rambut caty yang sedikit berantakan akibat hembusan angin yang cukup kencang.
"Tapi, bukannya kita akan disini tiga sampai empat hari mom, Sean berjanji akan mengajakku ke Disney hari ini" ucap caty merajuk membuat Ana menggeleng dengan gemas, terkadang ia bingung dengan sikap kedua Anaknya yang bisa berubah menjadi dewasa dan kembali ke umur mereka yang sebenarnya.
"Sweety, aku berjanji akan membelikanmu apa saja jika kita sudah sampai dirumah, tapi kita harus pulang hari ini . pekerjaan mom sangat menumpuk dikantor, apa kau mau melihat mom sakit?" ucap Sean yang kini tengah menunduk mensejajarkan tinggi badannya dengan caty
Dengan polos Caty menggeleng.
"Bagus, aku tahu kau Anak pintar caty, jadi bersikap manislah" ucap Sean lalu mengecup pipi bulat adiknya.
"Oke, ayo kita naik ke mobil, ini sudah siang" lanjut Sean lalu menghela kedua perempuan sepesial di hidupnya kedalam mobil.
"Sean, kau berjanjikan akan membelikan apapun" ucap Ana menatapku Sean dengan polos seraya memainkan telinga bonekanya.
Yang dibalas Sean dengan deheman saja.
"Gantikan ponselku , yang kamu lempar kemarin" ucap caty .
Sedangkan Ana hanya tersenyum menatap Sean dengan geli.
"Siapa suruh melempar ponsel adikmu kejalan" ucap Ana geli.
Sedangkan Sean mendengus kesal.
"Iya sayang." ucap Sean akhirnya.
"Lebih bagus dari yang kemarin" ucap caty disertai senyum manis kearah Sean
"Jangan ngelunjak" ancap Sean.
" mommy"  kini caty berbalik pada Ana dengan pandangan sedih.
Sedangkan Ana hanya tertawa melihat kelakuan mereka berdua ,ada saja yang membuat mereka bertengkar.
Kemudian , perjalanan dilanjutkan dengan ocehan Caty yang semangat menanyakan gedung-gedung menarik yang dilewatinya dan sekali menyanyi riang serta sekali kali menepuk-nepuk pipi Sean usil yang akan dibalas pelototan tajam dari Sean.
Tapi tak lama dering ponsel Ana menghentikan canda gurau mereka.
"Ya?" tanya Ana
"Aku sudah sampai di bandara,saya-" ucap pria diseberang yang tak lain adalah Frans.
"Wait, bandara ? London? Oh my God. I'm sorry Frans aku lupa mengabarimu , seharusnya kau tidak usah kesini Aku akan pulang hari ini , aku sedang dalam perjalanan menuju bandara " ucap Ana menyesal. Ia sungguh lupa mengabari Frans .
"A-APA? Aku baru saja menempuh perjalanan yang sangat lama menempuh berbelas-belas bahkan puluhan jam untuk kesini dan kau baru bilang " omel Frans diseberang rencana , bahkan sedang menggunakan aku kamu itu tandanya ia sedang dipuncak kekesalannya, Ana hanya tertawa , ia tebak lelaki berkacamata itu pasti sedang sangat kesal.
"Maafkan aku,ada sedikit masalah disini jadi kami memutuskan pulang hari ini" ucap Ana mencoba memberi pengertian pada sekretarisnya itu.
"Tapi... Aku.baru.sampai. apa kau mau membunuhku dengan perjalanan dari London ke Australia . lagi?" tanya kesal frans yang sesekali menekan kata-katanya.
Ana terkekeh kecil, ia melirik kearah Sean dan Caty yang tengah menatapnya bingung.
"Frans baru sampai di London aku lupa mengabarinya" bisik Ana pada Anaknya yang membuat Sean terkekeh seraya menggeleng , melihat kecerobohan ibunya. Sedangkan Caty tersenyum geli.
"Aku memberimu tiket liburan kemana saja yang kau inginkan, dan aku yang membayar semua belanjamu direncana" ucap Ana final. Bukankah itu harga yang setimpal? Anggap saja sebagai permintaan maaf.
"Serius? Aku maafkan." ucap frans dengan girang diseberang.
"Tapi tidak untuk waktu dekat ini, kita memiliki banyak pekerjaan" ucap Ana menghembuskan nafas kasar. Termasuk urusan Christian, batinnya
"Sangat mengerti. Aku akan menagihnya " ucap Frans direncana.

The Secret Of MillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang