Ditengah keasyikannya menelpon dan mengerjai farans sesuatu terjadi .Saat Ana hendak menjawab ia dikejutkan dengan mobil yang mengerem mendadak, membuat ia terjungkal ke depan kepalanya membentur kursi kemudi supir , tidak terlalu sakit tapi lumayan membuatnya syok. Kenapa bisa padahal ia menggunakan selfbelt. Ia menengok kearah samping memastikan keadaan Anak-Anaknya.
Ia melihat Sean yang tengah memeluk caty erat, melindunginya.
"Kalian baik-baik saja . nak?" tanya Ana khawatir.
"Iya. Mom" ucap Sean , untuk ia memiliki refleks cepat untuk melindungi adiknya.
"Mommy" ucap caty dengan suara serak ,diyakini iq tengah menangis. Refleks Sean melepas pelukannya membiarkan Ana membawa caty ke pangkuan dan pelukannya.
"APA KAU TIDAK BISA HATI-HATI. KAU HAMPIR MEMBUAT KITA TERBUNUH" ucap Sean dengan suara yang sangat keras bahkan ia sampai menendang kursi kemudi didepan Ana.
"Sean. Tenanglah. Kami baik baik saja, caty hanya kaget" kata Ana menangkan Sean.
"Ingat aku tak segan-segan untuk melubangi kepalamu dengan pistol" ucap seqn mengancam membuat sang supir semakin gemetar ketakutan, karena ia sangat tahu sepak terjang tuan mudanya.
"Sean.." Ana memperingatkan, ia tak ingin Anaknya menjadi brutal.
"Ma-afkan saya t-tuan , beberapa mobil menghalangi jalan kita dengan tiba-tiba" ucap sang supir dengan gemetar ketakutan.
Sean dan Ana mengarahkan pandangan mereka ke depan , benar beberapa mobil tengah menghalangi mereka membuat jalanan arah masuk bandara menjadi macet.
"Kurang ajar. Mereka ingin mati rupanya " ucap Sean seraya melepaskan seltbeltnya, tapi dicegah Dengan tangan lembut Ana.
"Sayang , tenang. Biar mom yang mengurusnya, aku tak ingin kamu terkena masalah apalagi dengan emosimu yang tak terkendali" ucap Ana mengusap bahu Sean lalu memindahkan caty ke pangkuan Sean.
"Tapi, mom. Itu bahaya. " kata Sean dengan sangat khawatir.
"Tidak. Ada penjaga yang akan menemani Mom. Bahkan mereka sudah ada didepan tanpa kita suruh" ucap Ana lalu turun menghampiri kumpulan orang yang tengah adu pukul dijalan.
Dengan langkah cepat Ana menghampiri beberapa bodyguardnya yang tengah adu pukul didepan. Dan Ana bisa lihat bahwa mereka akan kalah karena dilihat dari jumlahnya 1:3 dan yang pasti Anak buahnya adalah jumlah yang sedikit itu.
"Miss, Anda sebaiknya masuk kembali kedalam mobil , ini berbahaya bagi Anda" ucap salah satu bodyguard yang menghampiri Ana, Ana hanya menepuk pundak pria kekar tersebut.
"Tidak apa. Aku akan menyelesaikannya , mungkin ada kesalahan pahaman disini." ucap Ana kemudian berlalu kearah kerumunan yang menyita perhatian dijalankan ini.
Tapi tak seperti perkiraan Ana sebelumnya, saat ia tiba di kerumunan itu , adu pukul itu berhenti dan kemudian berbaris mengelilingi Ana beserta bodyguardnya.
Ana berdehem membenarkan suaranya.
"Ada apa ini?_mungkin ada kesalahan" ucap Ana dengan dagu terangkat menatap para semua pria berbaju hitam dengan tubuh yang dua kali besarnya dari Ana dan tatapan tak berekspresi tersebut. Sebenarnya Ana sangat takut kali ini, oh, ayolah dia hanya perempuan yang berpura-pura tegar dibalik ketidak mampuannya.
"Aku bisa melaporkan kalian ke polisi. Biarkan kami lewat" ucap Ana dengan lantang . masih tak ada jawaban membuat Ana kesal bukan main.
"SIALAN KALIAN. Siapa yang menyuruh kalian hah? " ucap Ana. Kata-kata kasarnya barusan membuat bodyguardnya menatapnya. Sungguh baru kali ini mereka mendengar wanita tersebut berkata kasar setelah berapa tahun bekerja di rencana.
"Miss---" ucap salah satu bodyguard yang berniat menenangkan Ana , tapi malah dipotong.
"DAMN It!! Buatkan aku jalan keluar,Lakukan apapun , aku tak masalah kalau kalian dengan kekerasan. Jika berhasil , setelah sampai di Australia . menghadap padaku aku akan berikan kalian hadiah besar . Sh*t aku ingin meledak rasanya" ucap Ana kasar. Dia sudah jengkel berhadapan dengan orang suruhan seperti mereka, jangan salahkan ia berlaku kasar.
"Baik" ucap mereka serempak .
Belum sempat mereka bergerak suara seseorang menghentikan mereka. Membuat Ana membalik badan.
"Nona" panggilan itu membuat Ana harus menahan air matanya. Itu adalah orang yang membantu Ana disaat kesusahan bahkan terpuruk ,orang yang telah menyelamatkan nyawanya dan bayi dalam perutnya walaupun hanya satu yang mampu selamat dari kejadian menyedihkan itu
"Albert." ucap Ana. Albert nama orang itu. Yang kini telah berubah dengan tanda penuaan yang begitu kentara di wajah penuh wibawa itu.
"Maafkan saya nona. Kami harus melakukan ini , ini perintah" ucap Albert dengan tertunduk , ia tak kuasa melihat wajah wanita cantik yang menyiratkan begitu banyak luka yang berdiam di rencana.
"Oh" ucap Ana singkat, sejak awal melihat Albert ia tahu dalang dibalik kehebohan itu.
"Dimana brengsek itu?" tanya Ana tajam.
Dengan otomatis para pria yang mengelilinginya tadi membuka jalan menamoilkan mobil mewah dengan merek terkenal itu membuatnya berdecih. Ia muak.
Ana mengadakan tangannya kesalahan satu bodyguard disampingnya.
"Miss" ucap bodyguard tersebut. Ia paham apa yang diminta majikannya.
"Berikan! Jangan membuat aku marah" ucap Ana kesal lalu merebut pistol ditangan pria tersebut membuat semua orang terkejut.
Tanpa ragu Ana mengarahkan pistol itu kearah kaca depan mobil tersebut, yang ia tahu anti peluru itu. Dia akan menunjukkan bahwa ia tak takut sama sekali pada pria itu.
Dorr
Suara tembakan tersebut membuat orang sekitar terkejut bukan main , bahkan sudah berlarian
Dorrr.
Tembakan kedua Ana arahkan pada ban mobil tersebut, membuat ban itu kempes seketika. Ia tersenyum. Ia berhasil ,walaupun jujur ia sangat takut.
"Nona" ucap Albert dengan mata menatap tak percaya pada perempuan muda tersebut. Ia tahu perempuan itu telah berubah bahkan sampai sangat sulit untuk dijangkau lagi.
Ana membenarkan posisinya dengan badan tagak dan dagu terangkat tinggi. Ia menatap pria yang turun dari mobil tersebut. Pria yang dengan santai berjalan dan bersandar didepan mobil tersebut dengan kedua tangan bersedekap . serta senyum mengejek.
"Menjijikkan, Christian. Aku tak menyangka kau akan melakukan cara menjijikan seperti ini" ucap Ana menatap Christian remeh.
"Ha ha ha, sayang. Tak ada yang menjijikan dalam cinta " ucap Christian tertawa, tapi tawa itu tak sampai dimatanya. Ada kesakitan yang kentara dalam mata itu. Ana tahu itu. Ana sangat tahu, tapi ia telah bertekad tak akan pernah peduli lagi.
Egoiskah dia jika ingin menjadi jahat, salahkah ia ingin membuang cinta dalam hatinya walaupun sampai sekarang ia tak mampu. Hanya kebencian yang ia biarkan tumbuh dalam hatinya untuk menghalangi cinta itu tumbuh kembali. Ia tak ingin merasakan sakit yang sama.
"Ha-ha-ha. Cinta Christ? Cinta tak pernah cocok untukmu Chris. Simpan obsesi yang kau anggap cinta itu. AKU MUAK. " ucap Ana dengan air mata yang tak mampu ia tahan lagi , tapi ia biarkan ia masih mempertahankan posisi penuh wibawanya. Tapi kekesalannya tak mampu ia sembunyikan ia melempar senjata yang ia pegang kearah Chris dan mengenai dada bidang pria itu. Tapi Chris tetap tak bergeming.
"AKU MUAK CHRIS!!Jalani hidupmu dan aku juga begitu. Pergi dengan tenang. Aku sudah memaafkanmu" ucap Ana dengan gusar.
" buka jalannya , biarkan aku pergi" ucap Ana lalu membalikkan badannya.
" AKU TAK BUTUH MAAFMU. AKU. TIDAK PEDULI,AKU HANYA MAU. KAMU" teriak Chris membuat Ana terpaku sekejap lalu kembali berjalan dengan air mata yang membasahi matanya, ia menerobos tubuh pria tegap tersebut dan berhasil. Ia membulat ketika melihat kedua Anaknya menatapnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Millionaire
RomanceDILARANG KERAS MENGUTIP, MENYUNTING, MENYIMPAN DAN MENYEBARLUASKAN DALAM BENTUK APAPUN, SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI KARYA TULIS INI TANPA IZIN DARI PENULIS. HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG. THOR PINDAH LAPAK!!! SEBAGIAN CERITA DI PRIVAT!!! HARAP...