Takdir dan angan-angan

124 59 89
                                    

Pulang sekolah Syera mengajak Jisung kembali ke rooftop sekolah, entah lah mungkin tempat ini akan menjadi tempat yang berkesan bagi mereka. Syera hanya ingin merayakan pertemanannya dengan Jisung. Jisung hanya mengiyakan saja, karena ia tau rasanya...tak memiliki teman.

Dua kaleng soda dan beberapa keripik menjadi teman mereka sembari menatap senja yang sebentar lagi tergantikan malam.

" Sung, umm lo gak kepaksakan jadi temen gue?" Syera terlihat ragu saat menanyakan hal itu.

" Gue cuman mau ngasih lo sebuah kesempatan. Gak ada salahnya kan berteman" Jawab jisung sambil meneguk kaleng soda miliknya.

"  Iya sih, dan gue minta maaf buat yang tadi, gue gak sengaja dorong dia." Ujar Syera sambil menunduk, tidak biasanya ia meminta maaf hanya karena kesalahan kecil seperti itu.

" Lo harusnya gak minta maaf sama gue, tapi anak yang tadi. Pokoknya lo besok harus minta maaf sama dia." Seperti perintah yang tak terbantahkan, dan anehnya Syera merasa benar-benar menurut harus  dengan apa yang Jisung katakan.

" Iya, beso gue bakal minta maaf. Tapi..." Jisung mengalihkan pandangannya dari Senja ke arah Syera.

" Mengapa orang selalu terlahir dengan kesalahan, Mengapa tidak atau tanpa kesalahan? Bukankah itu akan lebih baik?" Tanya Syera yang sekarang beralih menatap senja.

" Agar, orang itu dapat mengetahui mana yang salah dan mana yang benar lalu memperbaikinya." Jisung menjawab dengan percaya diri.

karena itu yang ibunya ajarkan, dulu. bahwa orang harus memperbaiki kesalahan yang ia buat, walaupun itu tidak akan utuh seperti semula tapi setidaknya tidak membuatnya rusak.

" Tapi, Bagaimana jika orang itu tidak dapat mengetahui kesalahannya dan terus melakukannya? Bukan kah itu sangat buruk?" Kata-kata Syera membuat Jisung tercekat beberapa detik. Ia tak tahu harus menjawab apa, dan bagaimana.

" Umm, gue juga gak tau syer.."

" Dan kenapa, seseorang harus selalu disalahkan atas suatu hal yang bukan kesalahannya? Bisakah orang itu menanggungnya? hiks, Kenapa dunia sungguh kejam." Syera terisak beberapa kali lalu ia berusaha kembali tersenyum. Jisung juga ikut tersenyum, tanpa diketahui baik dirinya sendiri atau Syera.

" Lo cewek kuat, bahkan lebih dari gue." Ucap Jisung sambil memejamkan matanya, menikmati hembusan angin sore yang menenangkan.

" Barusan dia ngapain? Muji gue?" Pipi syera bersemu merah.

" Gak usah baper anjing, gue cuman bilang yang sebenernya. Gak mau muji!" Ck dasar cenayang, bagaimana ia bisa mengetahui apa yang Syera pikirkan.

" Jadi apa kesalahan terbesar lo?" Tanya Jisung.

" Mungkin terlahir di dunia ini, kalo lo?" Ucap Syera yang ikut memejamkan matanya sambil menikmati hembusan angin seperti Jisung.

" Menyianyiakan orang yang sayang sama gue. Gue tau mereka sayang sama gue, tapi kadang masalah buat gue lupa punya mereka."

" Lo beruntung sung, gue iri."

Obrolan mereka berlanjut hingga matahari tenggelam sempurna, tentang Takdir dan angan-angan. Dimana dua hal tersebut begitu berbeda, saling bertentangan membuat manusia terjerumus kedalam kekecewaan atau sebaliknya yaitu rasa pantang menyerah.

----------

" Kemana aja lo jam segini baru pulang?" Syera kaget saat ia tiba di rumah sudah ada Doyoung yang memegang sapu alat pembersih lain.

" Lo lupa, Minggu ini Lo yang  gantiin bibi bersih-bersih rumah? Jam segini baru pulang. Cih, ngejalang dimana lo?" Doyoung mendecih lalu melemparkan barang yang ia bawa ke hadapan Syera.

Can I Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang