Dia, park Jisung

164 75 73
                                        

Vote dan komen dulu gaes! Biar aku makin semangat bikin ceritanya hehe

• • •

"Setiap orang terlahir dengan sisi kelamnya masing-masing. Ada yang dalam, lalu tenggelam."
"Dapatkah mereka menggapai kebahagiaan?"

...

Dia Park Jisung, lelaki tempramental yang terkadang hangat, dan terkadang dingin tak tersentuh.

Seperti yang aku bilang tadi ' setiap orang terlahir dengan sisi kelamnya masing-masing'. Dia pasti juga begitu, mauku ceritakan?

...

" Kak tolong aku titip Jisung sebentar ya kak!" Ucap seorang wanita bermarga Park kepada kakak perempuannya.

" Memangnya kamu mau kemana?" Tanya kakaknya heran.

" Aku mau cari pekerjaan sebentar. Yah kak?" Tanyanya sekali lagi.

" Mamah mau kemana mah?" Tanya seorang anak laki-laki berusia 7 tahun. Ia merasa satu satunya orang miliknya itu akan pergi, jauh meninggalkannya.

" Bentar ya sayang, Mamah mau cari kerja buat kamu sekolah. Aku titip Jisung ya kak." Nadanya terdengar bergetar. Belum sempat nyonya Na menjawab, adiknya itu telah pergi. Perasaan nyonya Na tidak enak, ia merasa adiknya itu akan pergi, dan tidak kembali.

" Dadah mamah!" Seru Jisung kecil.

Jisung mengerti Ibunya harus mencari uang untuk dirinya. Karena ayahnya telah meninggal 1 bulan yang lalu.

Jisung tentu terpukul dengan kepergian ayahnya. Keluarga yang dulu selalu hidup bahagia kini telah rusak.

Semenjak kepergian ayahnya, ibunya memang selalu bersifat kasar dan mengancam akan pergi jika Jisung tidak menuruti Apa katanya. Tapi Jisung kini hanya memiliki ibunya, tentu ia harus menuruti kata-kata ibunya.

" Tante, Mamah pulang lagi kan?" Tanya Jisung dengan nada berharap.

" Iya sayang, Mamah pasti kembali." Ucap nyonya Na menenangkan.

" Jisung, kamu kesini? Ayo main!" Seru Jaemin kecil dari dalam rumah.

" Udah sana, main sama Jaemin." Ucap nyonya Na seraya mengelus puncak kepala anak dari adiknya itu.

Ia tau bagaimana kehidupan Jisung yang sekarang, Jisung yang masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar harus kehilangan ayahnya, dan sebentar lagi mungkin....ibunya.

" Iya ayo kak!" Wajah Jisung kembali ceria, ia berlari mengikuti Jaemin menaiki tangga.

" Semoga kamu benar-benar kembali, Yeoni." Ucap nyonya Na kepada Tuhan.

• • • 

" Tante, kok Mamah gak pulang-pulang sih?" Ini sudah yang kesekian kalinya seulgi mendapatkan pertanyaan yang sama dari keponakannya itu.

Seulgi hanya bisa mengelus puncak kepala anak itu dan memberi penjelasan agar anak itu tenang.

" Sabar ya sayang, mungkin mamah belum dapet kerjaannya."

" Tapi udah seminggu, masa Mamah belum dapet kerjaannya? Jisung udah kangen Mamah Tante."

Seulas senyum miris terpampang di wajah seulgi, namun dengan cepat ia menggantinya dengan senyum menenangkan. Ia tak ingin anak itu bersedih.

Hah, bahkan seulgi tak tahu apa yang akan terjadi jika Jisung mengetahui jika mamahnya telah meninggalkannya.

Tidak mendapat Jawaban dari seulgi, Jisung memilih untuk kembali bermain bersama Jaemin.

" Jisung!"

" Iya tante?" Jisung kembali berbalik karena seulgi yang tiba-tiba memanggil namanya.

" Emm, sini sebentar nak." Seulgi merentangkan tangannya seperti orang meminta berpelukan. Jisung sempat terheran, namun ia memilih untuk menghampiri seulgi lalu memeluknya. Nyaman... seperti pelukan Mamahnya, namun itu tetap berbeda.

" Jisung, lihat Tante." Seperti ini saat yang tepat untuk memberi tahukan Jisung perihal Mamahnya.

" Hmm" Bola mata polos itu menatap seulgi.

" Tapi Jisung janji ya, jangan benci sama Mamah?" Ucap Seulgi seraya mengacungkan jari kelingkingnya. Jisung terlihat bingung, namun sedetik kemudian ia menautkan kelingking kecilnya pada kelingking Seulgi.

" Memangnya Mamah punya masalah apa sama Jisung, tante?"

" Mamah...mamah kamu pergi sayang, ninggalin kamu, hiks... hiks" Seulgi segera menghamburkan pelukan kepada Jisung. Seulgi bahkan memejamkan matanya sembari menangis, ia tak ingin memandang wajah Jisung sekarang.

" Gak mungkin Tante, Mamah pasti bakal pulang nemuin Jisung." Perlahan Jisung mundur melepas pelukan Seulgi, Ia berusaha menampik fakta itu.

" Iya Jisung, nanti mamah pasti bakalan pulang. Tapi gak sekarang." Tangisannya pecah, Seulgi tak kuasa menahan tangis saat melihat wajah keponakannya itu. Umurnya masih belia, namun kedua orangtuanya telah meninggalkannya.

" Nggak than...thee..hiiks. ma mah pas thiih pul-hang huwaaa!" Ucapnya disela tangisan pilunya.

" Sini sayang, tante peluk kah mu. Sek hiks...karang, Tante yang jadi Mamah kamu, yah?" Seulgi berusaha tersenyum agar Jisung tenang.

Jaemin yang mendengar tangisan dari Mamah dan Jisung berlari sembari bertanya apa yang sedang terjadi.

" Mamah sama Jisung kenapa?!" Matanya ikut berair melihat Mamah dan Jisung menangis.

" Sih-ni sayang, khi-tah hiks peluk Jisung."

Jaemin lalu berjalan menghampiri mereka. ia ikut menangis, melihat Jisung menangis membuat ikut menangis.

" Seh-kharang, Jisung adhek kamu, yah?" Jaemin hanya menjawab dengan anggukan kecil.

" Jisung sekarang gak boleh sedih ya nak? Mamah sama kak Na bakal ada disini." Ucap Seulgi seraya menghapus air mata yang terus membanjiri pipi bocah kecil itu.

" Jah hiks nghan...thing hiks gahlihn jihsung." Bola mata nanar itu menatap Jaemin dan Seulgi bergantian dengan sangat berharap.

Seutas kalimat dari Jisung itu berhasil membuat Seulgi kembali merasakan kesedihan yang ia rasakan. Tangisannya kembali pecah diiringi tangannya yang memeluk dua bocah di hadapannya kedalam rengkuhannya.

" Iyah hiks Mamah gakh bahkal hiks tinggalin Jisung."

Jika kalian bertanya dimana Ayah Jaemin, ia sedang ada perkerjaan di luar kota.

• • •

" Menghirup udara didalam luasnya samudra, itu adalah hal yang mustahil.
Dan menggapai kebahagiaan di dalam keterpurukan bukanlah hal yang mustahil."





















Maaf ya kalo gak dapet feelnya, belum jago hehe
Jangan lupa vote coment nya!

Happy anniversary blackpink 🙌🎊🎊🎊

Can I Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang