Takdir yang sama

149 61 127
                                    

Vote komennya kawan!

" Kok mendung sih? Tapi kan ini jadwalnya gue jenguk Mamah." Gumam seorang gadis yang sedang berjalan sendirian sehabis dari toko bunga terdekat. Sebenarnya Syera membawa mobil, tapi ia menitipkannya ke penjaga toko dan memilih untuk berjalan kaki.

Tinggal beberapa belokan lagi dan Syera akan sampai di kediaman ibunya, ya makam tengah kota, tempat ibunya tinggal setelah meninggalkan Syera... seorang diri.

" Assalamualaikum mah, Syera kangen banget sama Mamah." Ucapnya sambil mengelus nisan marmer itu, tertulis nama ibunya yang masih terukir rapi.

" Mah, Syera mau curhat nih sama Mamah, hihihi." Tawa itu terdengar menyedihkan, tawa yang keluar bersamaan dengan tangisan Syera yang pecah.

Andai-andai kembali terpikir di kepala Syera.

Andai Mamahnya masih hidup,

Andai Syera tidak lahir saat itu.

Pasti keluarganya akan hidup bahagia, walau tanpanya.

Dan andai saat itu Syera yang tiada dan Ibunya tetap hidup, setidaknya...ia dapat melihat keluarganya bahagia.

Haahhh, kejadian itu telah berlalu. Syera seharusnya bersyukur ia dapat terlahir kebumi, seharusnya ia menghargai ibunya yang telah rela mati demi Syera.

" Gue emang bodoh, tapi gue udah gak kuat. Gu-gue pengen semua ini udah, gue juga mau bahagia."

" Syera gak boleh nangis, iya kan mah?" Tak ada sahutan, Apakah sekarang Syera seperti orang gila?

" Sekarang Syera mau cerita yang bahagia-bahagia aja deh, kemarin kan mah..." Syera menceritakan bagaimana acara pertemuannya dengan Jisung.

ia bercerita bahwa Jisung itu orang yang mampu membuat Syera suka padanya dalam satu detik. Ia menceritakan juga bagaimana Jisung menolaknya, dan itu membuat Syera sedih.

Bolehkah Syera seperti ini?
Bercerita kepada ibunya tentang drama percintaan seperti gadis gadis yang lain?

Walau tak ada kalimat yang akan memberi semangat kepada Syera, tapi setidaknya ia dapat menumpahkan segala keluh kesahnya.

Tapi jika takdir berkata lain, Syera juga ingin dibelai oleh seorang ibu saat dia bercerita seperti ini, di beri kalimat nasihat dan ahhh

Sudahlah, ini sudah cukup... Syera harus bersyukur, masih banyak orang yang tidak memiliki orang tua seperti Syera. Salah satunya adalah orang yang sedang berada di pojok area pemakaman itu.

Sebenernya sedari tadi Syera dapat mendengar tangisan dan beberapa isakan dari orang itu, tapi ia berusaha acuh.

Kini urusannya dengan Mamah sudah selesai, rasa penasaran mendominasi
Syera sekarang.

Suara itu kini mulai berangsur menghilang. Membuat Syera dapat memberanikan diri untuk mencari sumber suara itu. Pemakaman ini cukup luas, membuat Syera hanya bisa melihat manusia yang menggunakan pakaian hitam dan topi merah.

Tolong yakinkan Syera bahwa itu benar-benar manusia, bukan yang kini sedang Syera 'mungkinkan' dalam otaknya.

Author:cek cek, bisa tolong tebak itu siapa?

Semakin mendekat Syera semakin yakin bahwa itu benar-benar manusia, huuhh untung saja. Tunggu sebentar, bukan kah dia-

....
































" Pah, kalo Jisung ikut Papah kesana boleh gak pah?" Seukir senyuman miris bersama setitik cairan bening menghiasi wajah Jisung sekarang.

Ya, dirinya rindu dengan papahnya...dulu saat ayahnya masih hidup kehidupannya jauh lebih bahagia, sangat malah.

Can I Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang