Sorry

90 21 39
                                    

Annyeong hasseo!(bener tulisannya gini?)

Kembali lagi dengan author yang ceritanya mbulet dan rumeettt kayak soal aljabar ini. Aku sadari kalo ceritaku kyak gak nyambung gitu 😕, maklum ya baru belajar. Makasih buat dukungan selama ini, makasih buat yang mau masih baca. Aku akan berusaha buat cerita ini makin baik, diperbaiki (tapi nnt klo dah tamat aja)

Sebenarnya beberapa Minggu ini aku kayak kehilangan ide dan semangat nulis. Gak se semangat dulu lah.
Knp ya? 😥

Oke, udah bacotnya

• Can i love you? •

" Walaupun lo disakiti, di bentak, dan di acuhkan. Dan lo berfikir buat lupain dia.. tapi disaat kata maaf dan perkataan manis itu hadir. Jangan munafik untuk tetap menaruh harapan. Akan dirinya, yang membuat hati ini selalu bertanya. 'Bolehkah aku mencintaimu?' "

Tuing!

Sebuah kaleng bekas minuman mendarat pelan di dahi Syera. Syera memekik kesal, kemudian wajahnya terangkat mencari sang pelaku.

" Lo! Park jisoong!" Teriak Syera penuh kekesalan. Dengan santainya Jisung malah bersandar pada pohon rindang disebelahnya

" Kenapa?" Potong Jisung sebelum Syera meneruskan pekikannya. Ia menatap tajam Syera.

Syera ciut dipandang seperti itu, ia memilih menunduk, " Sakit lah!" Syera mengelus dahinya yang sedikit perih.

" Balasan buat lo!" Kata Jisung sebelum duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan tersebut.

" Dih, gue salah apa lagi? " Syera kembali menyapu lapangan sekolah itu tanpa minat, luasnya hampir menyerupai lapangan bola asli.

Tadi, memang Syera benar-benar dipanggil keruang BK. Ini untuk pertama kalinya ia masuk ruangan itu. kenakalan yang sebelumnya, korban Syera tak pernah berani melapor guru. Tapi kali Yeji, tentu ia akan berakting seolah-olah menjadi korban.

Syera tak ingin Guru Kang memanggil orang tuanya. Oleh karena itu Syera ingin dihukum saja, yaitu menyapu lapangan dan membersihkan toilet setelah pulang sekolah. Syera benar-benar tak tahu caranya menyapu, apalagi membersihkan toilet.

" Hehe, gue bantu sini." Jisung beranjak dan segera merebut sapu yang ada ditangan Syera. Syera memandang tak percaya, seorang Park Jisung membantunya?

" Lo kesurupan?" Tanya Syera memandang Jisung ngeri.

" Gak mau, yaudah."

" Eh eh eh, iya-iya! Bantuin gue." Syera menahan Jisung yang hendak pergi, lalu tangannya berubah seperti memuja.

Jisung tersenyum simpul lalu mulai menyapukan dedaunan kering yang memenuhi lapangan luas itu. Tapi ia tak mendengar suara manusia dibelakangnya.

" WOI!" Jisung tak habis pikir dengan Syera. Sekarang gadis itu malah berbaring di bangku sambil menutup matanya. Dasar tak tahu terima kasih.

" Ha?" Jawab Syera datar. Bukannya tak tahu terima kasih, tapi Syera tak ingin menyia-nyiakan sisi Jisung yang baik hati seperti ini. Sangat jarang lelaki itu mau menolongnya. Lagi pula Syera sudah lelah menyapu setengah lapangan, biar setengahnya Jisung saja.

" Astaga! Lo dibantuin malah ngelunjak!" Jisung menghela nafasnya lelah, menyesal menawarkan gadis itu bantuan.

" Sapunya cuma satu!" Ucap Syera tak mau kalah. Acara rebahannya terganggu oleh oknum cerewet bernama Park Jisung.

" Ya lo ambil lagi di ruang kebersihan!" Perintah Jisung.

Syera tersenyum penuh arti, "...Oke!"
Ia segera melenggang pergi meninggalkan Jisung yang masih setia menjalankan hukuman Syera.

Can I Love You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang