'Ada yang aneh,'
Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebuah kamar.
"Dimana aku?!"
Pintu kamar terbuka perlahan. Seorang wanita menatap Leslie dengan khawatir. "Bagaimana keadaanmu, nak?"
Leslie mengernyit melihat wanita itu. "Anda siapa?"
Wanita itu tersenyum kecil. "Perkenalkan namaku adalah Glenna Sullivan. Kami menemukanmu tak sadarkan diri di kebun anggur milik keluarga Sullivan. Jika aku boleh tahu, siapa namamu?"
"Leslie," jawabnya tegas.
Glenna tersenyum. "Apakah kau mengingat di mana tempat tinggalmu?"
Leslie terdiam sejenak. Tanpa sadar ia menoleh dan melihat dirinya di cermin. Leslie terkejut ketika melihat seorang gadis yang memiliki rambut hitam serta mata biru. Leslie seketika menyadari bahwa itu adalah dirinya sendiri.
Leslie kemudian menoleh pelan ke Glenna. "Aku... tidak mengingat apapun,"
Glenna tersentak, kemudian tersenyum. "Bagaimana jika kau tinggal di sini hingga kau mendapatkan ingatanmu kembali?"
Leslie mengangguk. "Um.. nyonya, mungkin kau bisa menjadikanku pelayan di sini,"
"Baiklah jika itu yang kau mau," jawab Glenna sambil tersenyum. "Beristirahatlah terlebih dahulu, kau akan bekerja menjadi pelayan ketika kamu sudah sehat,"
Leslie menghembuskan napasnya ketika Glenna keluar dari ruangan. Leslie dengan cepat berdiri dan bercermin. Leslie yakin sekali bahwa jiwa gadis ini mungkin saja sudah meninggal sehingga Leslie bisa masuk ke dalam tubuhnya. Leslie mendesah kasar.
"Sullivan.. Sullivan.."
Leslie mendelik ketika ia menyadari sesuatu. "Aku berada di cerita buku?! Sialan!"
Leslie ingat, buku itu menceritakan tentang cinta segitiga antara Lucius Sullivan, Arrie Hoddle, dan Felix Cawley. Arrie adalah putri dari Count Hoodle yang sangat terkenal karena bakatnya dalam berbisnis. Bahkan Count Hoodle sendiri ingin menjadikan Arrie sebagai penerusnya.
Leslie kembali melihat dirinya di cermin. Leslie akui, gadis ini lumayan cantik. Matanya berwarna biru namun entah mengapa ada yang aneh dengan mata biru gadis itu. Leslie menduga gadis ini berumur sekitar 15 tahun.
"Sial, aku tidak bisa mengingat apapun tentang gadis ini. Lagipula kenapa aku harus ke dalam tubuh gadis ini?! Kenapa aku tidak masuk ke dalam tubuh Arrie Hoodle saja?!" pekik Leslie kesal.
Leslie mendengus kesal. Ia kemudian berjalan keluar dari kamarnya dan pergi menuju taman yang berada di mansion Sullivan. Berbekal ingatannya, akhirnya Leslie tiba di taman itu. Leslie bersyukur karena penulis itu membuat denah ketiga mansion tokoh utama. Leslie bisa melihat beberapa pekerja yang bekerja di taman. Leslie memutuskan untuk membantu salah satu perempuan yang sedang menyiram tanaman.
"Halo, apakah aku bisa membantumu?" tanya Leslie sopan.
Gadis itu menoleh dan wajahnya tampak terkejut ketika melihat Leslie. "Bukannya kau adalah gadis yang ditemukan pingsan di kebun anggur?"
Leslie mengangguk pelan.
Gadis itu memandang Leslie dengan kagum. "Kau tak sadarkan diri selama dua minggu. Aku sangat khawatir karena kamarmu bersebelahan dengan kamarku. Aku takut terjadi sesuatu denganmu,"
Leslie tersenyum tipis. "Tenang saja, tidak terjadi apapun,"
"Itu bagus! Oh iya! Namaku adalah Amber. Siapa namamu?" Amber mengulurkan tangannya.
Dengan cepat Leslie membalas uluran tangan itu. "Panggil saja aku Leslie,"
"Baiklah Leslie! Tadi kau mengatakan bahwa kau ingin membantuku bukan? Ayo bantu aku menyiram tanaman ini!"
*
Leslie memandang langit yang berubah warna menjadi oranye. "Hidup di sini tidak terlalu buruk,"
Bisa dibilang, kehidupan Leslie di masa lalu tidak begitu buruk. Namun Leslie sudah muak dengan segala aturan di rumahnya yang membuat hidupnya terkekang. Leslie sudah menginginkan ini sejak dahulu, tinggal jauh dari keluarganya dan mencari uang sendiri. Leslie membereskan bajunya dan segera pergi untuk mandi.
"Apakah kau melihat gadis dengan mata biru itu?"
"Tentu saja! Sial, semoga ramalan itu tidak menjadi nyata. Aku langsung merinding ketika melihat matanya,"
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Tidak ada nyonya!"
Leslie dapat mendengar orang-orang itu langsung meninggalkan tempat itu. Leslie terdiam sejenak. Ia memikirkan ramalan apa yang mereka maksud. Pantas saja kemana pun Leslie pergi orang-orang akan segera menjauhinya kecuali Amber. Leslie segera bersembunyi ketika Nyonya Sullivan berjalan ke arahnya.
"Apa yang kakak lakukan di sini?"
Leslie terkejut ketika mendengar suara itu. Ia menoleh dan melihat seorang laki-laki yang tampaknya masih berumur 10 tahun menatapnya dengan polos. Leslie tersenyum tipis, mungkin dia bisa menanyakan anak ini.
"Um.. apakah kau tahu ramalan tentang mata biru?" tanya Leslie penasaran.
Anak itu terdiam sejenak lalu mengangguk. "Akan muncul seorang gadis yang memiliki warna mata biru yang langka dan dia akan membawa bencana ke dunia ini,"
Leslie mendelik. "Hah?! Yang benar saja?! Sial.. aku tak akan memaafkanmu penulis bangs*t!" maki Leslie.
Anak itu terkekeh pelan melihat Leslie. Leslie kemudian menyadari bahwa dia sudah mengatakan hal yang tidak-tidak di depan anak kecil.
"Maaf, kata-kataku tadi sebaiknya tidak usah kau dengarkan. Namaku adalah Leslie, siapa namamu?" tanya Leslie.
Anak itu menyeringai. "Lucius Sullivan, panggil saja Lucius,"
"Oh sh*t,"
Leslie segera menoleh ke arah Lucius. "Maaf tuan muda, bukan maksudku untuk bersikap kurang ajar kepadamu,"
Lucius menggeleng. "Panggil saja aku Lucius. Aku yakin ibuku juga akan menyuruhmu untuk memanggilku dengan nama depanku,"
Leslie menunduk. "Apakah kamu tidak takut denganku? Kau mengetahui sendiri bukan tentang ramalan itu?"
Lucius menggeleng. "Untuk apa? Aku sendiri yang akan mengubah ramalan itu,"
"Hah?" Leslie tidak mengerti apa yang dimaksud Lucius.
Lucius tersenyum melihat Leslie. Dengan cepat Lucius menangkup wajah Leslie dengan kedua tangannya.
"Matamu sangat indah,"
Leslie meringis mendengar kata-kata itu. "Tapi mataku akan membawa bencana,"
"Jangan hiraukan ramalan bodoh itu," jawab Lucius.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...