28. Jiwa yang Menghilang

3.1K 510 0
                                    

Lucius terus memacu kudanya hingga ia menemukan sebuah mansion tua. Beberapa saat lalu, tiba-tiba hawa menusuk dari hutan itu menghilang. Seharusnya Lucius senang, tapi ia tidak bisa berpikir dengan tenang setelah mengingat bahwa Leslie belum ditemukan.

Tanpa ragu, Lucius masuk ke dalam mansion itu dan mendobrak satu-satu ruangan yang berada di sana. Lucius merasa janggal karena jika dilihat dari luar mansion ini terlihat kotor. Siapa sangka di dalam mansion itu sangat bersih.

Lucius bisa mendengar derap langkah kuda dari prajurit yang menyusulnya, namun Lucius mengabaikan hal itu. Lucius mendobrak salah satu pintu kamar dan terkejut melihat Leslie dan seorang laki-laki yang tidak sadarkan diri.

"Mereka ada di sini!" teriak Lucius kepada para prajurit itu.

Lucius mendekati Leslie dan menyadari ada yang janggal. Di leher Leslie ada bekas tangan yang tampaknya mencekiknya. Lucius mendelik ketika menyadari sesuatu. Ia menelan ludahnya dengan kasar dan mendekatkan jarinya ke hidung Leslie. Gadis itu tidak bernapas.

"Hardy! Tolong aku!" teriak Lucius panik. "Tidak, tidak, tidak akan ada yang terjadi pada Leslie, ia akan baik-baik saja,"

Hardy yang menyadari situasi langsung ikut memastikan. "Lucius, dia sudah tidak bernapas,"

"Dia masih hidup!" teriak Lucius sambil berusaha menahan air matanya yang jatuh. "Dia pasti masih hidup!"

Hardy melirik para prajurit untuk membawa tubuh Samuel. Hardy berusaha memertahankan pikiran rasionalnya. "Kita harus segera kembali untuk mengecek keadaan Leslie,"

Lucius mengangguk pelan. Sungguh, tubuhnya terasa lemas setelah mengetahui bahwa Leslie tidak bernapas. Hardy membantu Lucius untuk membawa tubuh Leslie. Hati Lucius hancur ketika melihat wajah Leslie yang sangat damai.

Mereka berdua segera memacu kuda dengan kecepatan diatas rata-rata. Selama perjalanan, Lucius terus mengecup dahi Leslie. Mencoba memberitahu pada gadis itu bahwa ia mencintainya.

Mereka akhirnya tiba di kerajaan. Para pendeta segera mengecek keadaan Leslie. Lucius terus menggigit kukunya. Hardy yang melihat itu mendesah dan merangkul Lucius.

"Tenanglah,"

Seorang pendeta mengangkat tangannya. "Sepertinya nona Leslie terkena kekuatan jahat untuk mengambil jiwanya,"

"Lalu apa yang akan terjadi? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Lucius.

Para pendeta menatap satu sama lain dengan ragu. "Nona Leslie telah kehilangan jiwanya. Jika seseorang telah kehilangan jiwanya, dia bahkan tidak akan bereinkarnasi kembali,"

Lucius menatap para pendeta itu dengan tatapan tidak percaya. "Dia pasti masih hidup bukan? Dia tidak akan mati semudah itu!"

Hardy yang berada di sebelah Lucius mengeratkan genggaman tangannya. "Bahkan sampai seperti ini pun tidak ada yang bisa aku lakukan,"

"Nona Leslie masih bisa hidup jika ia tidak menggunakan kekuatannya untuk melawan kekuatan jahat yang mempengaruhi jiwa Samuel. Nona Leslie sudah menyelamatkan semua orang di kerajaan ini,"

Lucius berusaha menahan amarahnya. "Apakah laki-laki yang bernama Samuel itu yang mencekik Leslie? Jadi dia yang membuat Leslie berhenti bernapas? Dimana dia?!"

"Hentikan, Lucius," Hardy menahan pundak Lucius. "Leslie sudah meninggal, ia sudah kehilangan jiwanya,"

"Dia tidak meninggal, Hardy! Dia hanya berhenti bernapas!" pekik Lucius tidak bisa menerima kenyataan.

Semua orang yang berada di sana hanya bisa terdiam melihat Lucius. Lucius terjatuh ke lantai, dan menangis. 'Leslie tidak mungkin meninggal,' batinnya.

*

Sudah tiga hari sejak kejadian itu. Lucius menemukan sebotol darah di kamar Leslie. Gadis itu menulis surat dan mengatakan bahwa darah itu akan digunakan pada pernikahan Hardy, karena ia tidak yakin bisa kembali dengan selamat.

Seharusnya, mayat Leslie sudah dikremasi sejak ia meninggal, namun Lucius menolak. Ia meletakkan gadis itu di kamarnya dan Lucius akan pergi setiap hari, hanya untuk melihat wajah Leslie.

Tidak ada yang berani mengatakan apa pun. Amber menangis tersedu-sedu ketika mengetahui bahwa sahabatnya itu meninggal sedangkan para pelayan lain hanya bisa memahami perasaan Lucius.

"Tuan, sebaiknya tuan makan terlebih dahulu. Tuan sudah tidak makan selama tiga hari,"

Lucius hanya menatap para pelayan dengan tatapan kosong. Amber yang melihat itu mendesah pelan, ia juga merasa kehilangan Leslie. Zora menatap Lucius dengan sedih. "Nona Leslie tidak akan suka jika melihat tuan menyiksa diri sendiri,"

Mendengar kata-kata Zora, Lucius bangkit dari tempat tidur Leslie dan berjalan menuju ruang makan. Semua pelayan berusaha menyajikan makanan yang lezat, namun tampaknya hal itu tidak membuat Lucius berselera makan. Arrie dan Felix kembali datang. Namun kondisi Lucius lebih parah daripada saat ia kehilangan ibunya.

"Lucius, aku tidak mempersalahkan jika kau tidak mau mengkremasi Leslie. Tapi setidaknya coba ikhlaskan dia. Hidupmu tidak akan berhenti di sini," bujuk Arrie.

"Dia adalah hidupku, untuk apa aku hidup jika dia sudah tidak ada di sini?" tanya Lucius.

Felix mendengus. "Lucius, aku tahu kau tidak rela jika Leslie meninggal karena kutukan keluargamu akan tetap berjalan, nam-"

"Aku tidak peduli dengan kutukan keluargaku!" teriak Lucius sambil menangis. "Aku tidak peduli jika aku akan meninggal di usia muda, yang aku inginkan hanyalah agar dia kembali! Aku tidak peduli jika pada akhirnya ia menikah dengan orang lain,"

Arrie dan Felix terkejut mendengar teriakan Lucius. Arrie segera memeluk Lucius dan mendelik kepada Felix. Arrie tidak mengerti kenapa Felix bisa berpikir bahwa Lucius tidak rela Leslie meninggal karena kutukan keluarganya. Dalam sekali lihat saja Arrie sudah mengetahui bahwa Lucius benar-benar jatuh cinta dengan Leslie, dan itu bukan karena Leslie adalah gadis yang akan mematahkan kutukan Lucius.

Lucius kemudian kembali berjalan ke kamar Leslie. Ia duduk dan menatap Leslie yang menutup matanya. "Kenapa kau menyiksaku seperti ini, Leslie? Padahal kita saling mencintai, tapi mengapa kau bisa sekejam ini padaku?"

"Jika saja aku tahu, aku akan mengurungmu di mansion. Aku tidak akan mengizinkanmu keluar dari sini. Dengan begitu kau akan selamat," ucap Lucius.

Lucius mengenggam tangan Leslie dan mengecupnya. "Jika aku mengurungmu di sini, kau akan tetap menjadi calon istriku, Leslie,"

Pikiran Lucius sangat kacau. Ia bahkan tidak bisa berpikir dengan benar hingga mengatakan hal seperti itu. Lucius menatap perut Leslie dan kembali menyadari sesuatu. Leslie bernapas.

Lucius's Poison [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang