Leslie mengerjapkan matanya dengan pelan. Ia melihat kamarnya yang telah berubah. Leslie mendesah pelan, ia menyadari bahwa ia sudah kembali ke dalam dunia manusia. Leslie melihat sebuah tangan yang berada di atas perutnya.
"Lucius?" ucapnya lirih. Leslie dengan cepat memeluk Lucius yang masih tertidur di sampingnya. Leslie menyadari bahwa sudah lima tahun terlewati, ia bisa melihat Lucius yang sudah jauh lebih besar darinya.
Lucius mengusap matanya dan terkejut. "Leslie? Kau sudah bangun?"
"Iya, maaf sudah membuatmu menunggu selama lima tahun," jawab Leslie sambil tersenyum.
Lucius langsung memeluk gadis itu dengan erat dan menangis. Leslie terkejut ketika laki-laki itu tiba-tiba memeluknya. Badan Lucius seakan memerangkap Leslie agar ia tidak bisa kabur. Leslie mencium pipi Lucius.
"Aku tidak akan pergi lagi, Lucius. Aku berjanji," ucap Leslie pelan.
"Kau memang tidak boleh pergi ke mana pun tanpa izinku," jawab Lucius.
Leslie menatap wajah Lucius dengan tatapan kagum. "Berapa umurmu sekarang? Kau terlihat sangat dewasa, dan kenapa ketampananmu berlipat ganda?!"
"Aku sudah dua puluh tahun, tentu saja aku lebih dewasa," sahut Lucius sambil menyeringai.
Leslie mencoba berdiri dan badannya langsung roboh. Lucius langsung mengangkat Leslie dan membaringkannya kembali ke ranjang. "Pendeta mengatakan bahwa kemungkinan tubuhmu akan lumpuh karena jiwamu sudah sempat menghilang,"
Leslie mengerucutkan bibirnya. "Tapi di alam roh aku sudah bisa berjalan! Tidak mungkin di dunia manusia aku tidak bisa berjalan, bukan?"
"Baiklah, aku akan menuntunmu untuk berjalan. Kita akan mulai belajar berjalan sekarang,"
"Kau membuatku seperti bayi!" pekik Leslie sambil tertawa.
Lucius mencium bibir Leslie. "Sekarang aku sudah lebih besar darimu dan aku sudah dewasa. Jadi aku boleh melakukan ini bukan?"
Leslie tersipu malu. "Boleh saja, tapi kau harus meminta izin dulu!"
"Baiklah, duchess," Lucius mengecup tangan Leslie.
"Tuan, sarapan sudah siap. Apakah tuan ingin saya mengantarkannya?"
"Bawa sarapan untuk dua orang, dan panggil para pendeta untuk segera ke sini," ucap Lucius.
"Baik tuan,"
Leslie menghela napasnya, ia mulai bisa menggerakkan kakinya untuk berjalan, tapi kakinya terlalu lemah. Lucius menghampiri Leslie yang sedang duduk di ranjang. "Aku sudah memanggil pendeta untuk memeriksamu,"
"Lucius, apa yang terjadi pada Samuel?" tanya Leslie penasaran.
Lucius mengeraskan rahangnya. "Aku sudah meminta pada kerajaan agar mereka menghukumnya di penjara bawah tanah. Dia bukan hanya membahayakanmu tapi juga seluruh kerajaan,"
"Padahal dia memiliki ingatan dari kehidupan masa lalunya, kasihan sekali. Aku merasa menyesal karena telah ikut andil dalam membuat hidupnya hancur," ucap Leslie.
"Apa maksudmu? Dia yang membuatmu hampir mati, Leslie!" pekik Lucius tidak terima.
Leslie mengelus rambut Lucius. "Dia adalah seseorang yang memiliki ingatan di masa lalunya. Kak Medeina mengatakan bahwa hanya ada orang sepertinya bisa mudah dikuasai oleh salah satu dari kekuatan suci atau kekuatan jahat,"
Lucius memasang wajah mengerti. "Sepertinya ia sudah bunuh diri karena tidak tahan berada di penjara bawah tanah,"
"Sayang sekali. Padahal aku dan dia sama-sama berasal dari dimensi yang sama," Leslie menghela napasnya.
"Dimensi yang sama?"
Leslie mengangguk. "Sebenarnya nama asliku di dunia ini bukanlah Leslie, tapi Chloe. Leslie adalah namaku di kehidupan sebelumnya. Entah mengapa jiwaku malah masuk ke dalam tubuh Chloe,"
"Pantas saja kau sering berbicara hal-hal yang aneh, tapi apakah itu benar-benar terjadi? Atau kau hanya mengarang saja?" tanya Lucius tidak yakin.
Leslie cemberut. "Jika kita berdua sudah meninggal aku akan mengunjungimu di neraka dan menunjukkan bahwa dimensiku itu benar-benar ada!"
"Sudahlah, aku tidak peduli dengan hal itu. Yang penting kini kau sudah kembali,"
Mereka berdua menoleh ketika mendengar suara pintu yang diketuk. Lucius segera menyuruh pelayan itu masuk dan membawa makanan. Pelayan itu hanya terdiam ketika melihat Leslie karena ia baru bekerja setahun di mansion Sullivan.
"Apakah kau mau aku suapi lagi? Kau sangat manja dulu," ujar Leslie.
"Kini aku yang menyuapimu, sayang. Kau hanya perlu diam dan mengunyah makanan,"
Wajah Leslie langsung memerah mendengar kata-kata Lucius. "Aku rasa waktu memang merubah segalanya,"
Lucius memotong daging itu dengan ukuran kecil dan mengarahkannya ke mulut Leslie. Leslie dengan cepat memakan daging itu dan tersenyum. Alis Leslie tiba-tiba mengerut, merasa ada hal yang aneh namun ia mengabaikan hal itu. Beberapa menit kemudian, mereka berdua telah menyelesaikan acara makan mereka.
"Tuan, para pendeta sudah datang,"
Lucius segera membuka pintu dan membiarkan pendeta itu masuk. Mata Leslie mendelik ketika melihat teman-temannya yang sesama saintess juga datang. Ia tersenyum dengan riang, tanpa menyadari wajah temannya yang merasa bersalah.
"Nona Leslie tampaknya bisa menggerakkan semua anggota tubuhnya, namun kita harus tetap memperhatikan nona Leslie, karena dia baru saja bangun dari koma akibat kehilangan jiwanya,"
Pendeta lain dan saintess mulai menyalurkan kekuatan suci mereka kepada Leslie. "Kalian selalu memberiku kekuatan suci, karena itu lah aku bisa pulih dengan cepat. Terima kasih," ucap Leslie tulus.
Para pendeta keluar dari ruangan setelah menyelesaikan tugas mereka. Mia dengan cepat memeluk Leslie dan menangis tersedu-sedu. "Aku merasa sangat bersalah karena kau mengorbankan nyawamu untuk kami! Aku merasa bahwa diriku sangatlah lemah!"
Leslie menepuk-nepuk bahu Mia. "Tidak apa-apa Mia. Aku tahu kalian selalu memberikanku kekuatan suci kalian, padahal itu bisa membuat badan kalian mudah lelah, dan wow! Mia, apakah kau hamil?"
Gabriel berdehem. "Mia sedang hamil anak kedua kami. Kami menikah empat tahun yang lalu,"
"Aku dan Zara juga sudah menikah! Kami sedang berencana untuk memiliki anak!" pekik Alex.
Leslie menoleh ke arah Calvin dan Julia. "Lalu bagaimana dengan kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...