Lucius mendelik mendengar hal itu. "Kau sudah hamil? Aku kira aku butuh pemulihan terlebih dahulu!"
Leslie meringis. "Aku rasa itu ada hubungannya dengan kekuatan suci yang aku gunakan untuk menetralkan obat itu,"
"Ah, aku akan menjadi ayah," Lucius menutup matanya dengan tangan.
Leslie tertawa kecil dan memeluk Lucius yang sedang menangis. "Ya, kita akan menjadi orang tua dari anak ini,"
"Kapan kau mengetahuinya, Leslie?" tanya Lucius.
"Dua hari yang lalu. Aliran kekuatan suci di tubuhku tiba-tiba sangat kacau dan entah mengapa ada sebagian kecil kekuatan suci di perutku. Aku bertanya pada pendeta dan ia mengatakan bahwa aku sedang hamil,"
Lucius kemudian menatap Leslie. "Leslie, selama kau hamil, jangan keluar dari mansion tanpa diriku. Kau harus bersamaku jika ingin keluar. Aku tidak bisa mempercayakanmu dengan orang lain,"
Leslie mengangguk mengerti. "Baiklah, aku akan menurutimu,"
*
Leslie membaca buku tentang kehamilan sambil memegang perutnya yang mulai membesar. Leslie terkadang masih merasa gugup dan takut apabila ia tidak bisa memperlakukan anaknya dengan baik.
"Leslie, apakah kau lapar?"
Leslie menggeleng. "Belum, tapi aku ingin memakan camilan,"
Lucius memerintah para pelayan untuk membawakan camilan. Lucius menatap Leslie yang sedang membaca buku. Ia mendengus, aura Leslie ketika hamil semakin terpancar. Leslie tidak terlihat seperti orang yang sudah menikah apa bila orang-orang tidak melihat perutnya yang mulai membesar itu.
Leslie tidak mengalami gejala yang aneh, tapi perasaan perempuan itu menjadi sangat sensitif. Lucius akan terbangun di malam hari karena tangisan gadis itu. Leslie hanya mengatakan bahwa ia sedang merindukan ayahnya.
"Lucius, apakah kau sudah mempunyai nama untuk L?" tanya Leslie.
Mereka berdua sepakat untuk memanggil bayi mereka yang belum lahir itu dengan sebutan L. Lucius dan Leslie memang dua orang yang tidak kreatif. Bahkan pelayan-pelayan di mansion bertaruh bahwa mereka akan memberikan nama pada anak mereka ketika telah berumur seminggu.
Lucius menggeleng. "Aku ingin memberikan nama yang memiliki arti yang bagus juga enak didengar. Aku juga tidak ingin nama itu ada banyak di kerajaan ini,"
"Benar juga. Aku tidak ingin memberikan nama yang pasaran untuk L," sahut Leslie.
Lucius merebahkan badannnya di ranjang dan mencium perut Leslie. "Kasihan sekali L, mempunyai orang tua yang memiliki banyak syarat dalam memberi nama,"
"L memiliki banyak sekali kekuatan suci," ucap Leslie.
"Benarkah? Apakah itu ada hubungannya karena mama L adalah saintess?" tanya Lucius.
Leslie mengernyit sejenak. "Tidak ada hubungannya. Saat Mia sedang hamil aku sama sekali tidak merasakan ada kekuatan suci pada anak yang ia kandung. Aku jadi sedikit takut,"
"Tidak apa, tidak akan terjadi apa pun pada L," Lucius menenangkan Leslie.
Leslie terdiam sejenak dan tiba-tiba ia mengingat kata-kata Undine. "Lucius, apakah ada buku tentang elf di perpustakaan?"
"Aku rasa ada. Apakah kau ingin pergi ke sana?" tawar Lucius.
Leslie mengangguk. "Aku harus membaca sesuatu,"
Mereka berdua pergi ke perpustakaan dan Leslie duduk di salah satu kursi. Sekitar dua bulan lagi Leslie akan melahirkan. Leslie menatap perutnya sendiri dan merasakan aliran kekuatan suci yang berputar-putar di sana.
"Aku hanya menemukan dua buku. Jika ini tidak cukup maka aku akan mencoba mencarinya di perpustakaan kerajaan," Lucius meletakkan dua buku.
"Aku rasa ini cukup, terima kasih, Lucius,"
Lucius duduk di sebelah Leslie. "Apa yang ingin kau cari, Leslie?"
"Saat aku berada di dunia roh, anak dari Divona mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa anak kita adalah seorang elf," jawab Leslie.
Lucius mendelik. "Bukankah elf sangat jarang terlahir? Kekuatan mereka juga sangat luar biasa,"
"Kekuatan mereka adalah setengah kekuatan dari roh penguasa alam, Lucius,"
"Astaga, itu adalah kekuatan yang sangat besar. Kau yakin L adalah seorang elf?"
Leslie terhenti di sebuah halaman. "Kekuatan elf sudah terlihat sejak mereka di dalam kandungan," bacanya.
Leslie dan Lucius langsung melihat satu sama lain. "Lucius, sepertinya L adalah anak yang akan sangat mengejutkan,"
Lucius mengangguk setuju. "Seperti yang diharapkan dari pasangan yang terkenal dengan pasangan yang memiliki banyak drama, bahkan anak kita pun ikut dalam drama itu,"
Leslie tertawa dan mengelus perutnya. "Aku pernah merawat anak manusia, tapi aku tidak tahu bagaimana cara merawat elf,"
"Aku pikir mereka mirip dengan manusia biasa dan aku yakin kita bisa membesarkannya,"
"Aku hargai kepercayaan dirimu, suami. Tapi jika kau sepertiku yang bisa merasakan kekuatan suci, maka kau tidak akan berbicara seperti itu,"
Lucius memegang perut Leslie. "Aku tidak peduli apakah dia manusia atau elf, yang jelas dia adalah anak kita. Tidak ada satupun yang bisa membantah fakta itu,"
Lucius merasakan tendangan di perut Leslie. "Bahkan L sendiri setuju dengan kata-kataku,"
Leslie tertawa. Ia kemudian lanjut membaca buku itu. "Elf memiliki pendengaran yang lebih tajam dari manusia biasa. Mereka juga memiliki fisik yang lebih kuat. Kekuatan suci mereka juga sangatlah besar,"
"Sepertinya kita harus menyiapkan kamar kedap suara agar L tidak terganggu," celetuk Lucius.
Leslie menggeleng. "Tidak perlu. Begini-begini aku juga adalah seorang elf di dunia roh. Walaupun pendengaran mereka tajam, tapi kita bisa memilih pada suara mana yang ingin kita dengarkan. Sama seperti telinga manusia saat berada di keramaian,"
"Benarkah? Padahal aku akan melakukan apa pun untuk L," ucap Lucius.
"L belum lahir saja kau sudah seperti ini, apalagi ketika dia lahir? Aku tidak bisa membayangkan seposesif apa kau kepada anakmu sendiri," ringis Leslie.
"Aku hanya menyayanginya, Leslie," balas Lucius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasia[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...