35. Kita

3.2K 486 1
                                    

Calvin dan Julia melihat satu sama lain dengan tatapan canggung. Sifat mereka memang sangat bertolak belakang, Julia lebih pendiam sedangkan Calvin seperti ember yang bocor. Walaupun Alex mirip seperti Calvin, tapi sifatnya lebih bagus karena dia adalah seorang bangsawan.

"Entahlah. Jangan tanyakan aku," jawab Julia.

"Hebat sekali di satu angkatan semuanya berpasangan," dengus Leslie.

Calvin mengernyit. "Aku tahu kamu iri, tapi kamu sudah punya Lucius, bukan?"

"Belum satu hari aku terbangun, Calvin. Jadi lebih baik kamu diam," ucap Leslie.

Zara memegang tangan Leslie yang kurus karena tidak mendapat asupan gizi selama lima tahun. Satu-satunya alasan Leslie bisa bertahan hanya karena kekuatan sucinya dan kekuatan suci teman-temannya.

"Aku sedih sekali karena kau tidur selama itu. Kami tetap dirundungi rasa bersalah dan ketakutan bila kau tidak bangun," ucap Zara sedih.

Leslie tersenyum kecil. "Jika aku tidak bangun, mungkin itu sudah menjadi takdirku,"

Mia cemberut. "Jangan bilang begitu dong! Kau harus bertemu dengan anak-anakku dahulu sebelum meninggal,"

"Santai, Mia. Aku tidak ingin melihatmu melahirkan di sini," Leslie menatap perut besar Mia.

"Mereka berdua ini memang hobi sekali reproduksi anak," sindir Calvin.

Gabriel sontak memukul kepala Calvin dengan kencang. "Jika kau belum menikah lebih baik kau diam saja, Calvin,"

"Mia bahkan sudah mengajarkan anak mereka cara berjudi walaupun ia masih berumur tiga tahun," ucap Alex dengan tatapan aneh.

Julia mendesah. "Apa yang kita harapkan dari raja dan ratu judi. Herannya, keberuntungan mereka sangatlah tinggi,"

Leslie tertawa. "Penampilan kalian semua sudah sangat berubah, aku nyaris tak mengenali kalian,"

"Penampilanmu tidak berubah, Leslie. Kami sudah terlihat seperti umur dua puluh lima tahun sedangkan kau masih terlihat seperti dua puluh tahun," sahut Zara.

"Ah, kita harus ke kerajaan sekarang. Leslie, setelah kau sehat, kau harus ikut kita pergi ke kerajaan!" pekik Alex dan Leslie mengangguk.

Mereka kemudian keluar dari kamar Leslie. Leslie menatap dirinya di cermin dan menyadari bahwa memang tidak ada yang berubah dari dirinya. Leslie terkekeh pelan, ia merasa seumuran dengan Lucius.

"Apa yang kau tertawakan?" tanya Lucius.

"Temanku mengatakan bahwa wajahku masih terlihat seperti berumur dua puluh tahun, bukankah itu berarti kita seumuran?"

Lucius mengerucutkan bibirnya. "Jujur saja, kau terlihat lebih muda dariku, dan itu membuatku kesal. Aku rasa aku harus melakukan perawatan wajah,"

"Aku lebih khawatir jika wajahku terlihat lebih tua, yang ada kau akan diejek karena menikahi tante-tante sepertiku," kekeh Leslie sambil memeluk Lucius.

Lucius yang mendapatkan perlakuan seperti itu malah merebahkan badannya dan meletakkan kepalanya di paha Leslie. Ia menatap wajah Leslie. "Jadi kapan kau ingin kita menikah?"

Wajah Leslie memerah ketika Lucius mengatakan hal itu. Leslie tidak pernah berpikiran untuk menikah dengan Lucius, tapi sepertinya Tuhan mengizinkannya untuk memenuhi impiannya itu di kehidupan sebelumnya.

"Aku rasa aku butuh waktu sampai aku benar-benar sehat. Kau mau menungguku bukan?"

"Kau meremehkanku? Aku sudah menunggumu selama lima tahun. Aku hampir gila karena jantungmu sudah tidak berdetak selama tiga hari. Aku bersyukur karena aku adalah orang yang keras kepala. Aku tidak mengizinkan mereka untuk mengkremasi tubuhmu," jawab Lucius.

Leslie langsung mengerti, pantas saja dia bisa kembali ke tubuhnya ini. Leslie mengecup bibir Lucius. "Terima kasih,"

Lucius menyeringai. "Dulu kau mengatakan bahwa kau tidak mau mencium anak di bawah umur, tapi kini kau yang memulainya duluan,"

"Jelas saja, bisa-bisa aku masuk penjara karena melecehkan anak di bawah umur, apalagi anak itu adalah seorang duke," gerutu Leslie.

"Kau selalu menggunakan alasan itu," sindir Lucius.

Leslie tertawa. "Apakah kau bisa menceritakanku apa saja yang terjadi selama lima tahun?"

Lucius langsung berdiri dan menyandarkan kepalanya di bahu Leslie. "Ada banyak sekali yang terjadi. Kau mau aku cerita dari mana?"

"Tentu saja dari aku meninggal! Eh, maksudku koma," jawab Leslie ketika melihat tatapan tajam Lucius.

"Para saintess kritis, lalu pendeta menyelamatkan mereka dengan darahmu yang kau tampung di botol kaca itu. Lalu Samuel mendapat hukuman di penjara bawah tanah karena perbuatannya itu. Satu tahun kemudian, Hardy dan Victoria menikah. Aku mengiris jarimu dan memberikan darah itu kepada Hardy dan Victoria,"

Mata Leslie berbinar. "Mereka sudah menikah? Akhirnya! Aku sudah menunggu itu!"

Lucius berdehem. "Lalu dua tahun kemudian, aku resmi diangkat menjadi duke karena sebelumnya aku hanya memegang posisi duke, namun kerajaan belum meresmikannya karena aku belum berumur delapan belas tahun,"

"Yay! Lucius akhirnya resmi menjadi duke! Dia lagi bukan bocah kurang ajar yang mengambil ciuman pertamaku," sindir Leslie.

"Oh ya? Kini aku sudah bisa membuat bocah denganmu," Lucius menyeringai.

Leslie yang mengerti kata-kata Lucius langsung memalingkan wajahnya. "Lanjutkan ceritamu!"

"Arrie dan Felix menikah bulan lalu. Mereka terus mengejekku karena kau belum terbangun juga. Tapi kini aku bisa balik mengejek mereka dan memamerkan bahwa Leslieku sudah bangun," ucap Lucius bangga.

Leslie memutar matanya. "Kita saja belum menikah, kenapa wajahmu bangga sekali?"

"Aku bisa merencanakan pernikahan kita hanya dalam waktu tiga hari, Leslie. Tapi aku menghormati keputusanmu karena aku mencintaimu," dengus Lucius.

Leslie memegang rahang tajam Lucius dan mengecup pipi laki-laki itu. "Aku juga mencintaimu, tapi hanya sebagai adik, hehe,"

Lucius langsung mendorong badan Leslie dan mengurung gadis itu. Posisi Leslie kini tertidur di ranjang dan Lucius berada di atasnya. "Aku tahu kau berbohong, Leslie. Mana mungkin kau hanya mencintaiku sebagai adik sedangkan kau selalu menatapku dengan tatapan membara seperti itu,"

"Jangan katakan hal itu!" pekik Leslie malu dan Lucius terkekeh.

Lucius's Poison [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang