"Wow, kau bisa menjadi baron jika kau memiliki tempat judi di kerajaan," celetuk Alex.
Gabriel mendengus. "Aku tidak tertarik, menjadi bangsawan itu merepotkan,"
"Jadi, mana barang taruhan kalian?" tanya Mia sambil menyodorkan tangannya.
Calvin dengan berat hati memberikan belatinya. "Gunakan belati ini dengan baik. Jiwa yang ada di dalam belati ini merupakan monster tingkat tinggi,"
"Hm, terima kasih," Julia tanpa tahu malu mengambil belati itu. Mia mengernyit menatap itu.
"Kita gagal mendapatkan mansion!" pekik Alex frustasi.
Leslie tertawa. "Kau bisa menginap di mansion itu jika kau ingin,"
"Hei, apakah kalian ingat saat pertama kali kita dipanggil ke ibu kota? Itu menakutkan sekali!" ucap Zara. Mendengar kata-kata Zara, ingatan Leslie kembali ke masa lalu.
*
"Leslie, ada surat untukmu," kata Lucius.
Leslie yang sedang membaca buku tentang sejarah kerajaan terdiam. "Surat dari siapa? Hardy?"
"Bukan, ini dari kerajaan,"
"Hah?!" Leslie menjatuhkan buku yang sedang ia baca. "Apakah aku melakukan kesalahan? Bangsat! Dunia ini memang bangsatt!" maki Leslie.
Lucius berdecak. "Leslie, ingat etiket bangsawan. Kau tak bisa memaki sesukamu,"
Leslie mengambil surat itu dari tangan Lucius. Tanpa sabar, ia membuka surat itu dengan kasar, bahkan hampir merobek surat itu. Ia membacanya dengan cepat lalu mengernyit. "Lucius, apa itu saintess?"
Lucius yang sedang mengerjakan tugasnya terkejut dan merebut surat itu. "Astaga Leslie, ternyata kau adalah seorang saintess!"
"Lalu? Apakah itu penting?"
"Tentu saja! Kau pasti sering mendengar ada monster yang masuk ke dalam wilayah kerajaan bukan? Tugas saintess adalah menyucikan kerajaan, sehingga para monster itu tidak bisa masuk ke dalam kerajaan!"
"Hah? Apa hubungannya? Bukankah monster juga tetap bisa masuk?"
Lucius menggeleng. "Monster adalah makhluk yang tercipta dari jiwa yang jahat. Karena itu, monster akan merasa kesakitan bila masuk ke dalam area yang telah disucikan,"
"Bagaimana cara saintess menyucikan kerajaan?" tanya Leslie penasaran.
"Mereka memiliki kekuatan suci di dalam diri mereka, namun itu tidaklah cukup. Mereka harus mengumpulkan semua kekuatan suci dari dunia ini untuk menyucikan seluruh kerajaan,"
Leslie terdiam sejenak. Ia menatap tangannya dan memikirkan kekuatan suci itu. Leslie tersentak ketika mendapati sebuah cahaya berwarna putih di tangannya.
"Leslie! Itu adalah kekuatan suci!" pekik Lucius semangat.
"Apa?" Leslie tahu hidupnya akan menjadi semakin rumit setelah ini.
*
Leslie masuk ke dalam kereta kuda yang berlambang kerajaan. Leslie menatap kereta kuda itu dengan kagum. Tentu saja kereta kuda milik Hardy dan Lucius tidak ada apa-apanya dibanding ini. Setelah beberapa jam, Leslie tiba di kerajaan.
"Nona Leslie?" tanya seseorang yang tampaknya adalah bangsawan. Leslie mengangguk.
"Saya akan mengantar nona ke ruang temu," sambungnya.
Tanpa banyak bertanya, Leslie mengikuti perempuan itu. Leslie menyadari bahwa tangga yang ia naiki tidak habis-habis. Napasnya mulai tidak beraturan dan Leslie terpekik riang di dalam hatinya ketika ia sudah sampai di atas.
"Nona, anda bisa masuk dan bertemu dengan saintess yang lainnya, saya undur diri,"
Leslie memasuki ruangan itu. Di dalam, sudah ada dua laki-laki dan dua perempuan. Leslie melangkah dengan ragu, ia yakin mereka semua sudah mengetahui ramalan itu.
"Hai! Siapa namamu?" seorang gadis bertanya dengan semangat.
"L-leslie," jawab Leslie ragu.
Perempuan itu menepuk bahu Leslie. "Jangan terlalu kaku! Di sini, tidak ada orang bodoh yang percaya dengan ramalan salah itu!"
Leslie meringis. "Ramalan itu tidak salah, mereka yang salah mengartikannya,"
Gadis itu menguap. "Ah, itu sama saja. Oh iya! Namaku adalah Mia Duffy!"
Leslie hanya mengangguk tanpa menyahut. Ia duduk di salah satu kursi yang kosong dan membiarkan Mia terus berbicara.
"Perempuan ini bernama Julia, lalu laki-laki yang di sana bernama Alex Wilcox dan Calvin!"
"Ck, Mia. Kau ini terlalu banyak omong. Lebih baik kau duduk dengan tenang dan diam," jawab laki-laki yang bernama Alex.
Tanpa sadar, Leslie menyukai suasana ini. Selama tinggal di sini, Leslie tidak pernah berbicara dengan orang lain seperti saat ia berbicara dengan teman sekolahnya dahulu.
"Kita semua berumur tujuh belas tahun bukan?" tanya laki-laki yang duduk di sebelah Alex, Calvin.
Gadis yang bernama Julia mengangguk. "Syukurlah kita semua seumuran, aku akan canggung bila ada seseorang yang lebih tua dariku,"
Mereka berempat menoleh ketika mendengar suara pintu yang berdecit. Seorang laki-laki dengan ekspresi datar dan dingin masuk dan duduk di dekat Alex dan Calvin.
"Hai! Siapa namamu?" tanya Mia. Leslie melihat Mia dan menyadari tatapan Mia yang berbinar saat melihat Gabriel.
"Gabriel," jawabnya.
"Salam kenal, Gabriel!" sambung Mia.
Pintu lagi-lagi terbuka dan seorang gadis masuk dengan tergesa-gesa. "Maaf! Aku terlambat!"
Mia tertawa ramah. "Tenang saja, tidak akan ada yang memarahimu. Jadi, siapa namamu?"
Perempuan itu tersenyum. "Aku Zara! Siapa nama kalian semua?"
Mia dengan ramah memperkenalkan semua orang yang berada di ruangan. Leslie mengucapkan pujian kepada Mia di dalam hatinya karena gadis itu tampak sangat ramah untuk kelas bangsawan. Bangsawan yang berada di dunia ini hampir separuhnya memiliki kepribadian yang menyebalkan.
"Apakah kalian sudah bisa menggunakan kekuatan suci kalian?" tanya Julia.
Alex mengangguk. "Aku bisa, namun sangat sedikit,"
Leslie menatap tangannya dan fokus, lalu cahaya berwarna putih mulai keluar dari telapak tangannya. "Maksudmu seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...