Leslie melirik Lucius yang sedang bekerja. Leslie kini sedang menemani Lucius di ruang kerjanya karena pria itu tiba-tiba merengek padanya. Mau tak mau, Leslie harus menemani Lucius sampai ia selesai bekerja.
"Lucius, sekarang sudah jam sebelas malam," celetuk Leslie.
"Sedikit lagi,"
Leslie memeluk bantal sofa dan menatap langit-langit ruangan. Leslie menaksir bahwa harga lampu yang tergantung di sana pasti sangat mahal. Leslie menguap dan menutup matanya, ia sangat mengantuk.
"Sebentar, sedikit lagi," ucap Lucius saat melihat Leslie yang memejamkan matanya.
Leslie mengangguk pelan. Ia terkejut ketika seseorang mengangkat tubuhnya. Leslie langsung membuka matanya dan melihat Lucius yang membawanya ke kamar yang berada di sebelah ruang kerja itu.
"Kita tidur di sini saja, aku juga sangat mengantuk," ucap Lucius lirih.
"Baiklah, selamat malam Lucius,"
*
Leslie membuka matanya dengan pelan. Ia mengecup bibir Lucius dengan pelan. Leslie terkadang memukul laki-laki itu agar dia bangun, tapi kali ini suasana hati Leslie sedang dalam keadaan yang baik.
"Seharusnya kau melakukan itu sedikit lebih lama," gerutu Lucius.
"Untuk apa aku melakukan itu? Jelas-jelas kau sudah bangun sejak tadi," cibir Leslie.
Leslie terkejut ketika Lucius tiba-tiba memeluknya. Lucius meletakkan lehernya di bahu Leslie dan kembali memejamkan matanya. "Leslie, apakah kau tahu bahwa Felix dan Arrie sudah melakukan 'itu' sebelum mereka menikah,"
"Lalu? Kau juga ingin melakukan itu juga? Lebih baik kau selesaikan tugas-tugasmu dulu,"
Lucius menggigit bahu Leslie. "Dasar kau tidak peka,"
Leslie terpekik. "Itu sakit Lucius! Awas saja aku akan menggigit seluruh badanmu dan memakanmu!"
"Coba saja, aku tahu kau sangat mencintaiku," ucap Lucius angkuh.
Leslie memutar matanya. "Aku akan membersihkan diriku terlebih dahulu,"
Leslie segera masuk ke dalam kamar mandi dan menyembunyikan wajahnya yang memerah. Bisa-bisanya Lucius membicarakan hal itu dengan santai. Leslie segera membersihkan dirinya dan memakai baju yang ada di sana. Leslie memang menyiapkan baju di kamar mandi yang terletak di kamar itu agar ia tidak perlu kembali ke kamarnya untuk mengambil pakaian. Leslie juga sangat benci apa bila ada pelayan yang membantunya saat mandi.
"Leslie, apakah kau bisa membantuku menyelesaikan tugasku? Semakin lama tumpukan kertas itu semakin banyak," keluh Lucius.
"Hm, baiklah," jawab Leslie. Leslie juga penasaran apa saja yang berada di laci meja Lucius.
Leslie tersenyum kecil ketika Lucius menutup pintu kamar mandi. Dengan cepat ia membuka laci-laci itu dan menemukan sebuah belati yang ia hadiahkan dahulu. Leslie mengambil beberapa surat dan membacanya.
"Ini surat yang Lucius tulis," gumamnya.
Leslie membaca itu dan menyadari bahwa Lucius menulis surat itu untuknya. Hati Leslie terasa sakit ketika membaca bagaimana hancurnya Lucius tanpa seseorang yang ia sayangi di sisinya. Lucius juga terus berdoa agar Leslie bisa terbangun, dan menerima kondisi Leslie dengan ikhlas karena ia tahu bahwa setelah Leslie kehilangan jiwanya gadis itu tidak akan kembali seperti semula.
Dada Leslie terasa sesak. Laki-laki itu benar-benar tulus, dia tidak pernah memandang Leslie hanya sebagai seseorang yang bisa mematahkan kutukannya. Leslie menjadi semakin sedih karena hal itu, ia merasa Lucius tak pantas mendapat dirinya. Lucius seharusnya mendapat seseorang yang lebih baik dari Leslie. Leslie langsung memasukkan surat itu ke dalam laci ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.
"Apakah ada yang membingungkan?" tanya Lucius.
Leslie menggeleng. "Aku rasa tidak,"
Leslie membaca kertas yang mengatakan bahwa seseorang ingin membeli tanah di wilayah utara. Leslie mendesah, tentu saja inilah tugas duke. Mereka berdua kemudian mengerjakan tugas-tugas itu dengan tekun. Tanpa terasa, matahari sudah berada di barat. Leslie merenggangkan badannya karena ia duduk seharian.
"Leslie, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," ucap Lucius.
Leslie menoleh dengan tatapan tertarik. "Apa yang ingin kau tunjukkan?"
Lucius menyerahkan sebuah jubah kepada Leslie. "Pakai itu, aku tidak ingin kita menarik perhatian masyarakat,"
Mereka berdua memakai itu dan berjalan menuju kandang kuda. Lucius menaiki seekor kuda dan menjulurkan tangannya ke Leslie. Leslie menerima itu dan ia bisa merasakan tubuhnya langsung terangkat. Lucius langsung melangkahkan kudanya keluar mansion. Leslie bisa melihat masyarakat yang melakukan transaksi jual beli di jalan. Kuda Lucius berlari menuju ke arah barat. Beberapa menit kemudian, mereka berhenti.
Leslie berdecak kagum ketika melihat matahari yang terbenam di tebing tersebut. Lucius merangkul bahu gadis itu. "Aku menemukan tempat ini saat aku berumur lima belas tahun, namun kau tertidur sebelum aku menunjukkannya padamu,"
Leslie menatap langit yang berwarna oranye keunguan. "Aku suka sekali melihat matahari yang terbenam. Untuk sejenak, aku melupakan semua masalahku,"
"Leslie, berjanjilah bahwa kau tidak akan menyembunyikan semua masalahmu sendiri. Kau tahu kau bisa mempercayaimu, bukan?" ucap Lucius.
Leslie mengangguk. "Sejak awal aku memang sudah mempercayaimu, Lucius. Kau adalah satu-satunya orang yang aku cintai,"
Lucius berdehem dan menatap Leslie dengan pandangan penuh cinta. Leslie terbius ketika melihat tatapan itu. Lucius merogoh sesuatu dari kantongnya dan membuka itu. "Leslie, maukah kau menikah denganku?"
Leslie terdiam, ia sangat terkejut namun juga sangat senang. Dengan pelan ia mengangguk. "Ya, aku mau menikah denganmu,"
Lucius memakaikan cincin itu ke jari Leslie. Leslie menatap cincin berwarna putih itu dengan kagum. "Astaga, Lucius. Kau memang cocok dinobatkan sebagai laki-laki yang romantis,"
Lucius tertawa kecil. "Aku sangat gugup karena membayangkan apa bila kau menolakku. Aku bahkan tidak bisa berbicara dengan baik kepadamu pagi tadi,"
"Kau ini memang sangat imut, Lucius," Leslie menarik rahang Lucius dan melumat bibir Lucius.
Lucius memeluk Leslie. "Terima kasih, Leslie. Aku mencintaimu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...