Lucius bisa merasakan ketegangan yang ia rasakan tiga tahun yang lalu. Tapi Lucius bisa sedikit lega karena kini raut wajah Leslie tidak menampakkan sakit yang sama seperti saat Leticia lahir. Lucius memegang tangan Leslie, berusaha meyakinkan bahwa Lucius akan tetap bersamanya.
Suara tangisan bayi memenuhi seisi ruangan. Lucius berkali-kali mengecup dahi Leslie. "Lenard sudah lahir, Leslie,"
Leslie tersenyum. "Setidaknya kali ini kita sudah menyiapkan nama untuk anak kedua kita,"
Leslie menggendong Lenard. "Rambutnya hitam sepertiku, dan matanya merah sepertimu. Dia tidak ada mirip-miripnya dengan Leticia,"
Setelah para pelayan membersihkan ruangan itu, Leticia segera berlari ke dalam. "Lenard! Sekarang kau sudah bisa melihat dunia ini bukan?"
Lucius memegang telinga Lenard yang runcing. "Lihat, Leticia. Lenard juga adalah elf, sama sepertimu. Kini kau bukan satu-satunya elf yang ada di sini,"
"Iya, Undine sudah memberi tahu Leticia saat itu. Sayang sekali Lenard sedang tidur, Leticia tidak bisa berbicara dengannya," ucap Leticia.
"Sekarang keinginan Leticia sudah terpenuhi bukan? Jangan menginginkan hal yang aneh-aneh lagi ya," celetuk Leslie.
Lucius menahan tawanya mendengar hal itu. "Karena Leticia sekarang sudah menjadi kakak, jadi Leticia harus menjaga Lenard dengan baik. Jangan merasa mama dan papa lebih menyayangi Lenard dari pada Leticia, rasa sayang mama dan papa terhadap Leticia dan Lenard sama, okey?"
"Baik papa!" Leticia tersenyum senang.
Lucius melihat Leslie dan menyadari bahwa perempuan itu sudah tertidur. Lucius mengangkat tubuh Leticia. "Karena mama sedang tidur, bagaimana jika ayah yang menemani Leticia bermain?"
"Ayo kita bermain, papa!"
*
Leslie terbangun saat tengah malam ketika mendengar tangisan Lenard. Saat Leslie ingin menenangkan Leslie, Lucius terlebih dahulu mengangkat tubuh Lenard dan menenangkannya. Leslie menatap pemandangan itu sambil tersenyum.
"Lucius, berikan Lenard kepadaku. Aku tahu kau lelah karena kau pergi ke wilayah timur kemarin," ucap Leslie.
Lucius menggeleng. "Rasa lelahku akan hilang ketika melihat anak-anak. Bukankah kau juga merasakan hal seperti itu, Leslie?"
Tangisan Lenard akhirnya berhenti. Lucius kemudian meletakkan Lenard di ranjang. Kini Leslie yang menenangkan Lenard dalam pelukannya. Bayi berumur enam bulan itu tertidur pulas dalam pelukan sang ibu.
"Kau terlalu memaksakan dirimu. Lebih baik kau tidur," ucap Leslie.
"Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuanganmu saat melahirkan Leticia dan Lenard. Belum lagi kau harus menyusui Lenard. Aku tahu itu lebih berat dari pada sekedar pergi ke wilayah timur," sahut Lucius.
"Tetap saja. Aku tidak suka kau memaksakan dirimu seperti itu. Kau sudah membahagiakan kami bertiga. Kau juga perlu membahagiakan dirimu sendiri,"
Leslie meletakkan Lenard di sebelah Lucius. Lucius memegang tangan kecil Lenard. "Kalian bertiga lah yang merupakan kebahagiaanku. Untuk apa aku mencari kebahagiaan jika aku sudah memiliki kalian bertiga?"
Leslie tertawa. "Leticia dan Lenard sangat beruntung memiliki ayah sepertimu,"
"Mereka lebih beruntung karena memiliki ibu sepertimu," balas Lucius.
Lucius dan Leslie saling bertatapan. Leslie memegang rahang Lucius yang tajam. "Kapan terakhir kali kita melakukan sesi 'pacaran'? Aku rasa selama ini waktu kita hanya dihabiskan untuk menjaga Leticia dan Lenard,"
Lucius memegang tangan Leslie yang berada di rahangnya "Bagaimana jika kita melakukan sesi itu sekarang? Tapi kita harus tenang karena pendengaran Lenard lebih tajam dibandingkan Leticia,"
Leslie tertawa. "Baiklah,"
*
"Mama! Banyak sekali temanku yang menyukai Lenard! Apa yang bisa disukai dari bocah itu?" pekik Leticia.
Lenard mengangkat satu alisnya. "Aku memang tampan, kau tidak mau menerima fakta itu?"
Kini, Leticia sudah berumur tiga belas tahun dan Lenard berusia sepuluh tahun. Mereka berdua sangatlah terkenal karena keunikan dan kecerdasan mereka. Leslie sendiri tidak mengerti mengapa mereka bisa secerdas itu.
"Bilang saja kau tidak menerima jika banyak perempuan yang mendekatimu, bukan? Laki-laki yang mau berteman dengan kakak hanyalah Zander," ucap Lenard meremehkan Leticia.
Leticia menyeringai. "Oh ya? Walau pun teman laki-lakiku hanyalah Zander, tapi dia sudah melamarku!" Leticia menunjukkan cincin yang ada di jari manisnya.
Lucius menyemburkan air yang ia minum. "Anak itu.. berani sekali! Lenard, ayo kita hancurkan mansion Cawley sekarang juga!"
"Ayo lah, kalian tahu bahwa Zander hanya memberikan cincin itu sebagai kado ulang tahun Leticia. Kalian berdua mau saja dibohongi Leticia," desah Leslie.
Leticia tertawa geli. "Tapi Zander memang mengatakan bahwa ia ingin melamarku. Tingkahnya yang malu-malu itu membuatku semakin menyukainya,"
"Ayo ayah, aku sudah tidak sabar membunuh laki-laki sialan itu," jawab Lenard.
Leslie menggebrak meja dan tersenyum. "Bisakah kalian duduk dan makan dengan tenang? Hari masih pagi dan kita bisa menikmati hari ini dengan damai,"
Mereka bertiga terdiam ketika Leslie sudah seperti itu. Leslie tersenyum melihat keheningan itu dan kembali memakan makanannya. "Ah, aku ingin mengganti beberapa perabotan. Apakah di antara kalian ada yang mau ikut denganku?"
Sontak Lucius, Leticia, dan Lenard mengangkat tangan mereka.
"Aku akan ikut denganmu, Leslie! Aku tidak bisa membiarkan Leticia dan Lenard memilih perabotan yang buruk!" pekik Lucius.
Leticia mendelik. "Enak saja! Aku pergi ke sana untuk melihat para laki-laki yang tampan! Sudah lama sekali aku tidak mencuci mataku!"
"Tidak boleh! Jika Leticia pergi ke sana maka dia hanya membuat kehebohan. Jika aku ikut dengan mama maka mereka akan menurunkan harganya! Mereka takut dengan wajahku!" teriak Lenard.
"Lucius, selera anak-anak kita tidak seburuk itu. Leticia, apakah kau yakin di sana ada laki-laki tampan? Lenard, kau akan membuat kita diusir dari sana. Aku akan pergi sendiri," putus Leslie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...