36. Yang Menghilang

3.1K 456 9
                                    

Leslie terus merasa aneh saat ia sedang makan. Kini ia sedang memandang makanan yang berada di meja makan. Makanan yang dihidangkan adalah daging beserta sayuran yang terlihat sangat lezat, tapi Leslie tidak berminat memakannya.

Lucius menatap Leslie. "Ada apa Leslie? Akhir-akhir ini kau selalu tidak berminat untuk makan,"

"Entahlah," Leslie memotong daging itu dan mengunyahnya dengan pelan. "Daging ini terasa sangat hambar, bahkan aku tidak bisa mencium aromanya,"

Lucius yang memotong dagingnya langsung berhenti. "Apa maksudmu? Aku bahkan bisa mencium aromanya dari jauh. Daging ini menggunakan banyak rempah-rempah,"

"Aku tidak bisa mencium aromanya! Daging ini juga terasa sangat hambar. Semua makanan yang aku makan selama ini terasa hambar!" pekik Leslie.

Lucius menelan ludahnya ketika memikirkan kemungkinan yang ada. "Kita akan mencari tahu alasannya nanti, lebih baik kau makan terlebih dahulu,"

Leslie dengan terpaksa memakan daging yang terasa sangat hambar. Dengan cepat ia menyelesaikan kegiatannya itu. "Hambar sekali, seharusnya mereka menggunakan lebih banyak garam,"

Lucius yang juga sudah selesai makan segera berdiri. "Ayo kita cari tahu alasannya,"

Leslie mengangguk dan mengenggam tangan Lucius. Mereka berdua berjalan ke kamar Lucius. Lucius segera mencari kumpulan parfum yang pernah diberikan kepadanya. Ia meratakan parfum itu di pergelangan tangannya dan mencium aromanya. Lucius bisa merasakan aromanya.

"Coba kau cium aroma ini," Lucius mengarahkan pergelangan tangannya ke hidung Leslie.

Leslie menggeleng. "Aku tidak mencium aroma apa-apa,"

"Padahal aroma parfum ini kuat sekali. Tidak mungkin kau tidak mencium aromanya,"

Leslie mengernyit dan berpikir. Lucius melihat ekspresi kebingungan Leslie dengan rasa bersalah. "Leslie, aku rasa indra penciuman dan indra perasamu tidak berfungsi lagi karena kau sudah pernah kehilangan jiwamu,"

Leslie terdiam sejenak dan tertawa pelan. "Ah, memang hidupku selalu menyedihkan. Apa yang aku harapkan dari kehidupan ini,"

Lucius langsung memeluk Leslie dan menangis. Lucius merasa sangat bersalah karena ia telah membuat gadis itu menanggung banyak hal berat. "Maafkan aku, jika saja aku tidak lahir ke dunia ini mungkin kau sudah menjalani hidup yang lebih baik,"

Leslie mendesah pelan. Ia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya terasa sangat kosong sekarang. Pikiran gadis itu sangat kacau. Hal yang dia pikirkan kali ini hanyalah pergi menghilang dari dunia ini.

"Kau tidak bersalah Lucius, memang takdir hidupku yang seperti ini," jawab Leslie lemah.

Leslie segera pergi dari kamar Lucius dan kembali ke kamarnya. Ia merebahkan badannya di ranjang dan memejamkan matanya. Yang ingin dia lakukan kini hanyalah tidur, dan melupakan segalanya.

*

Lucius mengacak rambutnya dengan kasar. Pendeta sudah memeriksa Leslie dan mengatakan bahwa tak ada cara untuk menyembuhkan Leslie. Gadis itu akan hidup seperti itu sampai ia meninggal. Lucius menatap Leslie yang sedang menyembunyikan wajahnya dengan selimut. Walaupun gadis itu tidak menangis, tapi Lucius tahu Leslie merasa sangat sedih.

"Leslie.."

Lucius memeluk Leslie dan mengusap rambut Leslie. "Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah padaku,"

Leslie hanya terdiam dan memejamkan matanya. Lucius mengecup dahi Leslie. "Aku akan mencicipi makananmu terlebih dahulu, agar kau tidak perlu takut bila ada racun atau tidak,"

Leslie memukul kepala Lucius. "Biar pun ada racun biarkan saja aku memakannya,"

"Mana bisa begitu? Leslie, sudah berapa kali aku mengatakan bahwa rasanya aku sangat gila karena kehilanganmu saat itu. Kau hanya milikku, Leslie," ucap Lucius.

"Posesif sekali, aku bukan milik siapa-siapa! Aku adalah milik diriku sendiri,"

"Terserah saja, setelah kita menikah kau adalah milikku, Leslie," Lucius menyeringai.

Leslie menatap mata merah Lucius. "Kau juga akan menjadi milikku!"

"Tentu saja, aku tahu kau sudah menahan rasa cintamu padaku sejak kau berumur lima belas tahun. Dipikir-pikir kembali saat itu kau sangat payah dalam menyembunyikan perasaanmu. Walaupun kini kau juga masih payah dalam menyembunyikan perasaanmu,"

"Kau juga sama payahnya, Lucius. Aku tahu kau selalu melihatku dengan tatapan penasaran. Bahkan saat dulu aku masih menjadi pelayan, kau akan mengintip di ruang makan pelayan hanya karena kau ingin melihatku. Benar bukan?" balas Leslie.

Lucius memalingkan wajahnya. "Matamu itu membuatku sangat penasaran denganmu! Mungkin karena itu juga aku menyukaimu,"

"Kau dulu masih sangat kecil tapi pikiranmu mesum sekali, ckck. Syukur saja semua orang yang ada di sini tidak menyadari hal itu kecuali diriku,"

Lucius mengecup bahu Leslie dengan pelan dan memberikan tanda di sana. "Itu karena aku sangat mencintaimu. Kapan kita akan menikah, Leslie?"

"Lucius! Kenapa kau tambah mesum sih!" teriak Leslie saat menyadari bahwa bahunya kini berwarna kemerahan. "Entahlah, aku merasa kita tidak bisa menikah,"

Lucius langsung terduduk. "Apa maksudmu? Dulu kau mengatakan bahwa kau akan menikah denganku bila kau sudah benar-benar sembuh,"

"Aku berubah pikiran. Indra penciuman dan indra perasaku sudah mati, Lucius. Aku tidak bisa memberikanmu keturunan. Jika aku hamil maka aku akan membahayakan bayiku karena aku tidak bisa mengetahui makanan itu bahaya atau tidak," jawab Leslie.

"Kau tidak perlu memberikanku keturunan, Leslie! Aku tidak pernah peduli dengan hal itu karena sejak kecil aku sudah berpikir untuk tidak memiliki keturunan. Aku tidak mau keturunanku menanggung kutukan menyebalkan ini," sahut Lucius.

Leslie langsung menatap Lucius. "Benarkah? Tapi jika kau menikah denganku kutukanmu akan menghilang. Bisa saja kau berubah pikiran bukan?"

"Tidak akan dan tidak pernah. Jika kau ingin memiliki anak maka aku akan mengubah pikiranku. Tapi aku tidak akan pernah memaksamu untuk melahirkan keturunanku,"

Mendengar jawaban itu, Leslie langsung memeluk Lucius dengan erat. "Maaf sudah meragukanmu. Seharusnya aku sudah tahu bahwa Luciusku pasti punya pemikiran yang dewasa,"

"Haha, kehilangan orang yang aku sayangi membuatku harus berpikiran dewasa, jika tidak maka aku hanya akan larut pada kesedihan," jawab Lucius.

"Lucius, mengapa kau tidak mengerjakan tugasmu sebagai duke?" tanya Leslie tiba-tiba dan Lucius hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.

Lucius's Poison [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang