"Baiklah, aku mengaku. Aku menyukai Gabriel, apakah kalian puas?" tanya Mia.
Leslie mengangguk. "Aku akan mengatakan pada Gabriel bahwa kau menyukainya,"
Mia mendelik terkejut. "Jangan katakan hal ini padanya! Aku mohon!"
"Tenang saja, Mia. Leslie hanya menggodamu. Kita bukanlah jenis teman yang akan membocorkan rahasia temannya," timpal Julia.
Zara menguap. "Aku harap tugas kita sebagai saintess cepat selesai. Aku ingin melanjutkan usaha ayahku,"
"Aku juga ingin berkelana ke kerajaan lain. Andai saja aku bukan saintess, aku sudah pergi dari kerajaan ini," sahut Julia.
"Aku ingin segera mematahkan kutukan Hardy dan Lucius. Setelah itu, entahlah. Aku belum memutuskannya," ucap Leslie.
Mia memandang jalanan. "Aku ingin hidup bahagia dan bebas dari tugas bangsawan. Tapi, sepertinya itu akan sedikit sulit,"
Mereka berempat terdiam, memikirkan keinginan masing-masing. Leslie mendesah dan melihat keluar. Sejak ia bisa menyucikan air sungai, perlahan-lahan masyarakat di wilayah utara mulai bersikap baik kepadanya, walaupun masih ada beberapa orang yang masih bersikap buruk terhadapnya. Kereta kuda itu mulai memasuki kerajaan. Mereka berempat turun dan menatap tangga menuju kerajaan.
"Sialan! Mengapa mereka harus membuat tangga sebanyak ini?!" pekik Mia.
"Aku juga heran, apa yang dipikirkan para leluhur kita," celetuk Alex yang tiba-tiba sudah berada di samping Mia. Hanya Mia dan Alex yang memiliki gelar bangsawan diantara mereka.
"Ck, merepotkan," ucap Gabriel sambil menatap tangga.
Mau tidak mau, mereka bertujuh menaiki tangga yang jumlahnya sekitar dua ratus tangga. Saat tiba di atas, napas mereka semua sudah tidak beraturan.
"Tuan muda dan nona bisa pergi ke ruang suci," ucap Adrian, perdana menteri raja.
Calvin mengangkat tangannya. "Tunggu, biarkan kami istirahat sebentar,"
Julia mengangguk setuju. "Sebentar saja, kaki kami sakit karena menaiki tangga itu,"
Adrian hanya mengangguk tanpa mengucapkan apa pun. Mereka bertujuh beristirahat selama lima menit. "Apakah sudah selesai? Ayo kita pergi ke ruang suci," ucap Adrian.
Leslie berjalan ke ruang suci yang terletak di lantai tiga kerajaan. Saat tiba, Leslie segera berdiri di tempatnya. Mereka berdiri di lingkaran itu sedangkan Julia berdiri di tengah lingkaran. Mereka berenam bertugas untuk mengumpulkan semua kekuatan suci yang ada di dunia ini dan menyalurkannya pada Julia, lalu karena Julia memiliki kekuatan suci paling banyak, ia bertugas untuk menyucikan kerajaan ini.
Leslie mulai menyalurkan kekuatan sucinya ke Julia. Ia menatap Mia yang berkonsentrasi penuh karena kekuatan sucinya paling sedikit. Mereka harus mengambil kekuatan suci dari alam karena kekuatan suci dari diri mereka saja tidak cukup untuk menyucikan kerajaan Shidor. Mereka perlu menyucikan kerajaan ini agar tidak ada monster yang bisa memasuki kerajaan ini.
Setelah semua telah selesai menyalurkan kekuatan suci pada Julia, Leslie bisa merasakan kekuatan suci yang amat besar. Julia segera meletakkan tangannya di sebuah bola bening dan menyucikan kerajaan.
"Prang!"
Sebuah guci yang berada di ruangan itu pecah. "Astaga, kekuatan suci Julia memang bukan main-main," ujar Alex.
"Sudah selesai, kini kalian bisa beristirahat di kamar yang sudah kami siapkan untuk kalian," ucap Adrian.
Mereka bertujuh segera meninggalkan ruangan. "Hei! Bagaimana bila kita bermain nanti malam?" ajak Calvin.
Gabriel melipat tangannya. "Memangnya pihak kerajaan akan mengizinkan?"
Calvin memutar matanya. "Untuk apa mereka melarang kita? Kita bukan akan melakukan ritual pemanggilan iblis kok,"
"Aku ikut!" Zara mengangkat tangannya.
"Aku juga," ucap Alex.
"Yang lain?" Calvin menatap teman-temannya dan mereka semua mengangguk.
Calvin menatap Gabriel dengan senyuman licik. "Kau tidak punya pilihan, Gabriel,"
"Ck, baiklah. Aku juga ikut," sahut Gabriel.
*
"Ayo kita bermain kartu!" pekik Julia.
Leslie dan yang lainnya mengangguk. Julia mengacak kartu yang berada di tangannya dan membagikannya.
"Apa yang akan kalian taruhkan?" tanya Mia sambil tersenyum.
Alex tertawa. "Jadi sekarang kita bermain judi?"
"Tentu, aku jago tentang hal itu," jawab Mia.
Gabriel tersenyum miring. "Oh ya? Bagaimana jika bertaruh siapa yang akan menang?"
Mia merasa tertantang. "Boleh saja, bersiaplah untuk kalah, Gabriel sayang,"
Leslie mendelik. "Mia itu sangat jago dalam berjudi, apakah kau yakin Gabriel akan menang?"
"Tentu saja! Gabriel itu merupakan raja judi yang kemungkinan menangnya sangat tinggi," jawab Calvin.
"Aku mempertaruhkan gelang ini, dan aku ada di pihak Mia," ujar Zara sambil menyodorkan gelang emasnya.
Julia mengambil hiasan rambutnya. "Walaupun ini keliatan remeh, tapi harga hiasan rambut ini sekitar seribu emas, jadi aku mempertaruhkan ini. Aku juga memihak Mia,"
"Aku akan mempertaruhkan belati ini. Belati ini memiliki roh dari monster yang membuat harganya sangat tinggi," Calvin meletakkan belati itu.
Alex mengernyit. "Apakah kalian yakin kalian hanya orang biasa? Kalian mempertaruhkan ini seperti mempertaruhkan permen," Alex berdehem. "Kalau begitu aku akan mempertaruhkan toko senjataku! Jika aku kalah, maka aku akan tetap menjalankan itu, namun keuntungan toko itu akan aku berikan kepada kalian,"
"Aku pasti menang! Aku mempertaruhkan nama keluargaku dalam ini!" ujar Mia.
"Oh ya?" Gabriel memegang rambut Mia dan mengecupnya. "Jangan menangis bila kau kalah,"
Leslie berdecak. "Aku belum mengeluarkan barang taruhanku!"
"Apa yang kau pertaruhkan?" tanya Alex penasaran.
"Aku memiliki mansion di wilayah selatan, dan aku akan memihak Mia!" jawab Leslie tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...