Leslie meletakkan tumpukan kertas itu di meja Lucius. Akhir-akhir ini kembali terjadi kekeringan di beberapa wilayah. Wilayah utara juga mengalami dampaknya. Mau tidak mau, Lucius dan Leslie harus mengecek wilayah itu secara langsung untuk menemukan solusinya.
Leslie mendesah dan mengambil salah satu kertas. "Permohonan dana untuk wilayah yang terjadi kekeringan. Sial, aku rasa ini akan sulit,"
"Besok kita akan pergi ke wilayah itu. Raja sudah memerintahkan para bangsawan untuk memperhatikan wilayah yang dimiliki. Dari semua wilayah di utara kenapa hanya wilayah Sullivan yang terkena itu," keluh Lucius.
"Tidak apa. Aku sudah memiliki beberapa solusi. Tapi tentu saja kita harus pergi ke sana secara langsung untuk memastikannya," ucap Leslie.
Lucius mendesah. "Tidak terasa kita sudah menikah selama setahun,"
"Waktu memang berjalan dengan sangat cepat," ucap Leslie.
"Tuan, para pengungsi sudah tiba di tempat pengungsian,"
Saking keringnya, para warga tidak bisa memanen makanan mereka. Mau tidak mau Leslie mengambil keputusan untuk mengungsikan mereka ke dekat mansion Sullivan agar distribusi makanan menjadi lebih mudah.
"Segera beri mereka fasilitas yang sudah aku catat dan berikan kepadamu. Kita harus segera menyelesaikan masalah ini," perintah Lucius.
Leslie memegang keningnya. Wilayah yang dimiliki oleh Sullivan setara dengan beberapa provinsi. Jika diibaratkan, luas kerajaan Shidor seperti luas negara Amerika. Leslie meletakkan tangannya di meja. Mereka memang harus segera menyelesaikan masalah ini.
*
Leslie menatap tanah di hadapannya dengan tatapan terkejut. "Di mana sumber air terdekat?"
"Di sungai itu, nyonya. Jaraknya sekitar dua ratus meter,"
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Lucius.
Leslie berlari ke sungai itu dan mengeluarkan kekuatan sucinya. "Ada banyak pohon yang mati dan mata air mulai mengering. Jika dibiarkan, wilayah ini tidak akan selamat,"
"Divona, tolong aku untuk menyelamatkan wilayah ini," ucap Leslie lirih.
Lucius segera membawa air itu dan menyiramnya kepada pohon-pohon yang mulai mengering. Ajaibnya, pohon-pohon itu langsung terlihat hijau kembali. Beberapa bawahan Lucius juga ikut membantu atasannya itu.
"Yang harus kita lakukan adalah menyiram pohon-pohon yang tersisa ini. Pohon akan mengalirkan air ke tanah dan itu bisa menjadi persediaan selama musim panas. Argh, mengapa pohon-pohon ini bisa menjadi sekering ini?" pekik Leslie.
"Kau tampak tahu banyak tentang pohon," celetuk Lucius.
"Tentu saja. Kau ingat bukan kalau aku mengingat kehidupanku yang sebelumnya?" bisik Leslie.
Lucius hanya tertawa kecil mendengar itu.
"Kita harus menginap di sini selama beberapa hari, aku harus memastikan bahwa wilayah ini terbebas dari kekeringan yang parah ini," putus Leslie.
Lucius mengangguk setuju. "Baiklah, kita akan menginap di sini selama beberapa hari,"
Selama beberapa hari menginap di sana, Leslie terus menggunakan kekuatan sucinya agar air yang ada di sana bisa berfungsi lebih baik. Leslie juga merasakan bahwa perlahan-lahan air yang ada di sungai itu menjadi lebih banyak.
"Sebenarnya masalah utama dari hal ini adalah tidak adanya hujan. Tapi kita tidak bisa menurunkan hujan bukan?" ucap Lucius.
"Andai saja kita bisa menurunkan hujan, tidak mungkin ada kekeringan," gerutu Leslie.
Leslie menanam beberapa bibit pohon di tanah yang kering dan menyiramnya dengan air suci. Leslie mendesah kelelahan dan tersenyum. Usahanya beberapa hari di sini tidak sia-sia. Wilayah Sullivan menjadi wilayah pertama yang bisa mengatasi kekeringan.
"Aku rasa sudah saatnya kita pulang," ucap Lucius.
"Ayo kita pulang," sahut Leslie.
*
"Ah, aku malas sekali pergi ke pesta seperti ini. Padahal aku ingin menghabiskan waktuku dengan tidur," keluh Leslie.
Lucius mencium kening Leslie. "Kita harus pergi ke sana,"
Lucius dan Leslie berjalan berdampingan dengan karisma yang luar biasa. Semua bangsawan melihat pasangan yang sangat fenomenal itu. Sebenarnya, banyak yang meragukan cinta Lucius ke Leslie saat mereka menikah. Mereka berpikir Lucius hanya menikahi Leslie untuk mematahkan kutukan keluarganya.
"Leslie, aku tidak suka mereka melihatmu dengan tatapan penuh cinta seperti itu. Bisakah kita pulang sekarang?" rengek Lucius.
Leslie mencubit pinggang Lucius. "Tadi kau memaksaku untuk pergi ke sini, tapi kini kau yang merengek ingin pulang,"
"Aku cemburu, Leslie. Mereka tidak mengalihkan pandangan mereka sedetik pun. Aku tahu istriku memang cantik tapi apakah mereka tidak bisa menjaga pandangan mereka di hadapan suami dari perempuan yang mereka lihat?" ucap Lucius.
Leslie tertawa. "Lebih baik kau mengobrol dengan para orang tua di sana. Aku ingat kau perlu memperluas bisnismu itu,"
"Baiklah. Kau cari Arrie atau Mia saja. Jangan berdekatan dengan bangsawan lain. Mereka seperti ular," bisik Lucius.
"Aku tahu, Lucius. Pergilah," usir Leslie. Lucius segera berjalan ke arah bangsawan lain.
"Duchess Sullivan! Aku tidak menyangka kau akan pergi ke pesta ini mengingat kau tidak menyukai pesta," ucap Mia yang tiba-tiba datang.
Gabriel sudah diangkat menjadi Baron karena kekayaan yang dia miliki. Otomatis Mia juga menjadi baroness. "Apakah Gabriel datang ke sini? Aku tahu suamimu itu juga tidak suka datang ke tempat ramai seperti ini,"
"Dia terpaksa datang karena raja mengundang kami. Ah, Leslie, aku mendengar kau bisa mengatasi kekeringan di wilayah Sullivan. Bagaimana kau bisa melakukan itu?" tanya Mia.
"Aku menggunakan kekuatan suci pada air yang tersisa dan menggunakan air itu pada pohon yang ada di sana. Kau tahu bukan, pohon menyimpan cadangan air di tanah. Aku juga menanam pohon di tanah yang kering agar mereka bisa menjadi subur lagi," jawab Leslie.
Mia mengangguk pelan. "Aku rasa bangsawan yang lain akan sulit melakukan hal itu karena hanya para saintess yang mempunyai kekuatan suci,"
"Tentu saja. Tapi biarlah, biarkan bangsawan lain mencari tahu cara mereka sendiri untuk mengatasi kekeringan," jawab Leslie sambil tertawa.
*
ini chapter filler doang, nyeritain gimana si Leslie kalau udah jadi duchess.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucius's Poison [END]
Fantasy[Sudah terbit dengan alur cerita yang berbeda] 'Ada yang aneh,' Leslie membuka matanya yang terasa berat. Ia terus mengedipkan matanya hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Leslie menoleh dengan panik, ia menyadari bahwa dia sedang berada di sebua...