Vote and comment please.
***"Semua bahan sudah aku masukan ke kulkas, kita akan masak apa?"
Nathaniel berdiri setelah menata bungkusan terakhir berisi buah serta sayur yang mereka beli dari supermarket ke dalam kulkas Sera.
Wanita yang sedang mencuci kentang, brokoli, buncis dan bawang bombai itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah Nathaniel. Dia mengangguk kemudian tersenyum tipis.
"Terima kasih, tapi aku saja yang memasak. Kau bisa mandi lebih dulu."
"Aku bisa membantu."
Nathaniel melepaskan jas yang dia kenakan, meletakannya ke tempat duduk pantry dapur Sera dan menggulung lengan kemejanya hingga ke siku.
Sera menggeleng. "No, please. Kau mandi saja."
"Aku bisa memasak."
Nathaniel berkata dengan agak telalu percaya diri, sehingga Sera mau tidak mau tertawa geli.
"Aku tahu, tapi kau sudah membayar semua belanjaanku tadi dan sekarang aku tuan rumahnya. Jadi tamuku yang bisa memasak, kau lebih baik mandi dulu."
Nathaniel masih tidak mau setuju dengan perkataan Sera, tapi sepertinya Sera tidak akan membiarkannya ada di dapur lebih lama lagi, jadi lebih baik Nathaniel mengalah dan tidak mendebat perkataan wanita itu lagi.
"Ah..." Nathaniel teringat. "Aku tidak punya baju ganti."
"Huh?"
"Kita ke sini pakai mobilmu. Baju gantiku di mobilku."
Sera ikut tersadar. Dia ingat Nathaniel pernah berkata asistennya sesekali menyiapkan baju ganti dan keperluan pribadi di mobilnya, tapi tadi sore mereka pulang dari rumah sakit menggunakan mobil Sera. Dia tidak mungkin mandi dan menggunakan baju yang sama lagi, malam ini.
"Apa kau mau pakai sweater dan celana trainingku saja?" tanya Sera. "Aku selalu beli sweater dan celana training ukuran L tipe unisex, mungkin sedikit pas-pasan, tapi ku rasa masih bisa muat untukmu."
Nathaniel diam-diam terteguh, wajahnya lantas memerah karena seumur hidup tidak pernah menduga Sera akan menawari hal seperti itu.
Padahal Nathaniel bisa saja meminta asistennya untuk datang dan mengantar baju ganti serta keperluan pribadinya, tapi Sera benar-benar serius dengan perkataannya untuk mencoba mempercayai Nathaniel, mulai memikirkan Nathaniel, dan berusaha menerima Nathaniel... itu sudah lebih dari ekspektasi Nathaniel dalam kesepakatan mereka, dan sejujurnya itu sangat mendebarkan.
"Baiklah."
Nathaniel tersenyum, lalu mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi di dekat kamar utama. Sementara Sera segera menggulung lengan kemejanya, mengenakan apron dan mulai memasak.
***
Nathaniel datang beberapa puluh menit berikutnya, mengenakan sweater serta celana training hitam yang diletakan Sera di depan pintu kamar mandi tadi.
"Apa aku masih bisa membantu?"
Sera yang baru meletakan mangkuk masakan terakhirnya di meja makan, menoleh pada Nathaniel.
Rambut pria itu sedikit acak-acakan, seperti baru selesai dikeringkan menggunakan hairdryer, namun dia terlihat sangat segar dan menguarkan aroma sampo serta sabun milik Sera—blueberry, yang membuat wanita itu cepat-cepat mengalihkan tatapannya ke arah lain karena jantungnya mendadak berdetak kuat.
Belum ada teman atau orang lain yang menggunakan sampo serta sabun yang sama dengan Sera—termasuk keluarganya saat berkunjung ke rumahnya, tapi ini sudah kedua kalinya Nathaniel menggunakan sampo serta sabunnya, bukankah sudah seharusnya Sera menganggap itu hal biasa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's test all the Borderlines
RomanceArvino #01 [full 18+ chap on my KaryaKarsa] 𝐍𝐚𝐭𝐡𝐚𝐧𝐢𝐞𝐥 𝐀𝐫𝐯𝐢𝐧𝐨. Dia putri sahabat ayahku. Wanita keras kepala yang terus berkata bahwa dia membenciku. Dokter bedah umum yang angkuh, dingin dan sama sekali tidak mempunyai hati. Siapa dia...