Part 10 : Masuk

35 4 0
                                    

Author POV
Jam telah menunjukkan pukul 8 malam. Ibu Rena (mama Joyce) sedang mengerjakan tugas kantornya di ruang keluarga dekat dapur.

Kringgg.. kringg...

"Aduh malam-malam begini siapa yang telpon sih?" gumam Ibu Rena.

Kemudian berjalan menuju telepon rumah yang berada di meja tengah-tengah antara ruang dapur dengan ruang keluarga. Ibu Rena kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo" sapa Ibu Rena

"Malam tante" suara seseorang dari sebrang telepon

Terdengar suara berat seseorang yang seperti tidak asing baginya dan seperti pernah mendengar suara itu yang kini sedang menyapanya.

Ibu Rena pun seketika bungkam mendengar orang itu memperkenalkan diri. Ia tidak dapat mengucapkan kata apapun untuk saat ini. Terdengar orang itu terus mengucapkan kata-kata. Namun seakan ia tidak dapat mendengar apapun yang diucapkan orang itu dengan jelas. Pikirannya kini melayang entah kemana.

Setetes air mata mengalir membasahi pipinya, saat orang itu menyebutkan nama seorang perempuan.
Ibu Rena langsung mematikan sambungan telepon.

Ia kemudian berjalan menuju ruang keluarga dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Ia kemudian mengambil bingkai foto yang terletak di atas nakas ruang keluarga ini. Foto seorang perempuan remaja yang memakai seragam sekolah. Ia mengelus foto tersebut dan kemudian mendekapnya.

...

Joyce POV
Aku berjalan menuju tangga dan menaiki tangga menuju lantai tiga tempat kelasku berada.

Saat aku hendak masuk ke kelasku, langkahku terhenti karena ada tiga orang pria berpostur tinggi dihadapanku saat ini yang baru saja keluar dari kelasku. Aku seketika terdiam dan kemudian mendongakkan kepalaku menatap orang yang berada dihadapanku saat ini.

Pria tinggi berkulit putih dengan manik coklat matanya yang indah sedang menatapku juga. Aku melihat orang yang berada di sebelah kanan dan kirinya.

Orang yang kini berada tepat dihadapanku (berada di tengah) menundukan sedikit kepalanya melirik kakiku. Kemudian mendongakkan kembali kepalanya menatapku.

"Sudah sembuh?" tanyanya.

Siapa lagi kalau bukan Karry, si pemilik manik coklat yang indah.

Aku melirik kakiku kemudian meliriknya lagi dan menganggukkan kepalaku pelan.

"Sudah" ucapku sambil tersenyum. "Kan aku udah bilang ga usah bawa aku ke rumah sakit, yang ada buang-buang uangmu. Nih buktinya udah bisa sembuh" ucapku polos.

Karry hanya tersenyum miring. "Ya iya lah sembuh, itu karna aku membawamu ke rumah sakit. Kalau ngga mana mungkin kakimu bisa sembuh" ucapnya. "Bodoh" gumamnya pelan.

"Baguslah kalau kau sudah bisa berjalan" ucap Roy tersenyum manis.

Kemudian Karry dan Roy pun berlalu dari hadapanku. Kini tinggal Jackson yang masih disini. Jackson tersenyum melihatku.

"Syukurlah kau sudah membaik sekarang" ucapnya sambil mengulas senyuman manis, sangat manis.

"Nanti malam kau ada acara?" tanyanya menatapku serius.

Aku tersentak kaget mendengar pertanyaannya. Aku mendongakkan kepalaku kemudian. Menatapnya tak mengerti.

"Jika kau tidak ada acara, aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat, tempat favoritku yang kedua." Ucap Jackson menjelaskan.

"Emm.. sepertinya untuk hari ini aku ga bisa deh" uacpku pelan sambil menundukkan kepalaku.

Terdengar desahan nafas Jackson pelan. Aku kemudian mendongakkan kepalaku lagi.

"Tapi besok mungkin bisa" ucapku sambil tersenyum kikuk.

Tak lama kemudian Jackson tersenyum tipis ke arahku.

"Baiklah, gapapa. Besok juga boleh" ucapnya tersenyum manis ke arahku.

Aku membalas senyumannya. "Ya udah, aku duluan ya. Mau ikut?" tanyanya

"Kemana?" tanyaku balik

"Ke kantin" jawabnya

Aku menggelengkan kepalaku pelan. "Tidak. Kau pergi aja" ucapku tersenyum tipis.

Jackson menganggukkan kepalanya mantap dan kemudian berlalu dari hadapanku. Aku menghela nafasku dan kemudian berjalan masuk kedalam kelasku.

Saat aku baru saja menginjakkan kakiku ke dalam kelas, Gia, Allyn, dan Mimi langsung menghalangi jalanku.

"Joy, kakimu kenapa?"

"Kau kemarin ke rumah Karry?"

"Kakimu masih sakit? Mau aku pijitkan?"

"Kau ngapain dirumah Karry?"

"Kenapa kau bisa dekat dengan mereka, sampai-sampai cover dengan mereka. Duh aku jadi pengen."

"Iya nih, susah banget loh untuk dekat dengan mereka. Banyak cewek yang ditolak mentah-mentah."

"Itu karena Karry masih belum bisa melupakannya."

"Iya tuh, aku sebenarnya suka sama dia udah lama. Tapi, dia susah banget buat aku dekatin."

"Beruntung banget sih kau Joy, bisa kerumahnya lagi"

Yah, begitulah. Mereka menghujaniku dengan berbagai pertanyaan. Bagiku itu malah seperti pernyataan. Mereka tidak memberiku celah untuk menjawab.

Awalnya sih iya mereka bertanya kondisiku, tapi beralih topik malah membahas Karry.

Sampai segitunya kah, dia diidamkan oleh para perempuan.

~

15-09-20

Ini aku up ya
Maaf ya yang udah nunggu
Sebenarnya uda aku simpan di draft, cuma masih belum yakin, jadi ga di up deh :)

Terima kasih yang uda nunggu cerita ini
Jangan lupa vote n comment nya dong, biar aku lebih semangat ya

Thank you :)

You're Mine {TAMAT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang