Part 29 : Nenek

26 7 0
                                    

Sudah 1 hari Joyce tidak ada kabar, sejak kejadian itu. Karry kerumah, tapi Joyce mengurung diri dikamar dan tidak ingin bertemunya. Karry menelepon beberapa kali tapi tidak diangkat bahkan dipanggilan ke 21, nomor Joyce sudah tidak aktif. Mungkin ia mematikan ponselnya.

Karry frustasi. Ia bingung harus bagaimana. Ia tahu Joyce pasti masih memikirkan kejadian kemarin.
Ia hari ini berniat untuk kerumah Joyce lagi.

“Karry!”

Karry yang baru saja turun dari tangga dan hendak menuju pintu utama terpaksa berhenti. Karry tidak menoleh. Ia tahu siapa yang memanggilnya.

“Sini!”

Karry menghela nafas kasar. Ia terpaksa melangkahkan kaki menuju ruang tengah.

“Duduk!”

Karry diam, ia hanya melirik sofanya sekilas.

“Duduk Karry!” ucap Albert penuh penekanan.

Karry duduk disebelahnya.

“Kamu hari ini dengan Jenny pergi fitting baju”

Lantas Karry menoleh kesamping. Ditatapnya dengan pandangan bingung.

“Acara pertunangan kalian besok. Jadi sekitar 1 minggu lagi  acara pernikahan kalian”

“Tapi pa..”

“Tidak ada tapi tapi. Keputusan papa dan mama ga bisa diganggu gugat!”

“Ma..” Karry menatap mamanya dengan tatapan memohon.

“Ini yang terbaik buat kamu, Karry” suara lembut Lila tidak membuat Karry tersentuh.

Karry berdiri dengan tatapan tajam ditujukan ke orangtuanya.

“Aku ga mau!” ucapnya penuh penekanan.

Albert berdiri dan terkekeh sambil memegang pundak Karry.

“Hei! Harusnya kamu itu berterima kasih sama saya. Saya yang sudah membiayai sekolahmu. Saya yang sudah mau terima kamu menjadi anak saya. Jika kamu bersikap seperti ini, mana balas budimu kepada saya! Saya tidak minta banyak. Saya hanya menyuruh kamu! Untuk menikahi Jenny. Itu saja. Gampang dong?”

Hati Karry terasa meremuk. Ia rasanya pengen menangis mendengar semua perkataan yang keluar dari mulutnya.
Karry mengangguk pelan. Ia pasrah. Setelah semua kata yang diucapkan Albert, mampu membuat hatinya teremuk bahkan sangat-sangat terasa nyeri.

...

“Makasih ya, Kar. Aku senang banget hari ini” ucap Jenny ketika telah turun dari mobil Karry.

Karry menatapnya datar dan mengangguk sekilas.

“Oh ya mau masuk dulu ga?”

Karry menggeleng sebagai jawaban.

“Oh ya udah aku masuk dulu ya”

Lagi-lagi Karry hanya mengangguk. Sebelum Jenny masuk kedalam rumahnya, Karry sudah masuk kedalam mobilnya dan melaju meninggalkan pekarangan rumah Jenny.

Ishh.. kenapa sih dia? Bisu apa? ~Batin Jenny

Dengan perasaan kesal ia menghentak-hentakkan kakinya memasuki rumahnya.

...

“Awas!”

Joyce segera berlari menyelamatin nenek yang hampir ketabrak itu. Untungnya si pembawa truk cepat ngeremnya.

Dibawanya nenek itu duduk dikursi tepi jalanan, lebih tepatnya kursi taman.

“Nenek gapapa? Ada yang sakit? Atau ada yang luka?”

Nenek itu tersenyum sambil menggeleng pelan.

“Nama kamu siapa nak?”

“Aku Joyce Li, nek”

Nenek itu mengangguk. “Nama yang cantik, seperti orangnya”

Joyce terkekeh pelan. “Makasih, nek. Oh ya, kalau boleh tau, nenek mau kemana?”

“Nenek mau kerumah anak nenek. Soalnya cucu nenek udah mau tunangan besok”

Joyce mengangguk pelan. “Tapi nenek jalan kaki?”

“Iya, karena rumah nenek juga di ujung gang ini, jadi dekat”

“Oh kalau gitu, biar aku antar mau nek?”

“Tidak perlu, nak. Terima kasih atas kemurahan hatimu. Rumah anak nenek yang itu” ucap nenek sambil menunjuk sebuah rumah setelah lima rumah dari taman ini.

Joyce menatap rumah itu sesaat dan mengangguk kembali.

“Yaudah nenek pergi dulu ya. Tapi nenek boleh minta satu permintaan?”

Joyce terdiam sesaat. “Boleh, nek. Minta apa?”

“Nenek boleh peluk kamu?”

Joyce tertegun. Ia tidak mengenal nenek ini, tapi nenek ini ingin memeluknya. Sebenarnya ia juga ingin merasakan pelukan hangat dari seorang nenek. Karna selama ia hidup, ia hanya merasakan kasih saya dari kakek dan ibu yang bahkan bukan kandung.

Tapi, entah kenapa, perasaan Joyce saat ini benar-benar tersentuh mendengar ucapan nenek itu. Didalam lubuk hatinya yang terdalam juga menginginkan itu. Joyce mengangguk kemudian dan nenek itu langsung mendekap Joyce.

Perasaan hangat dari pelukan nenek itu membuat hati Joyce tenang dan menghangat. Aroma tubuh nenek ini sangat nyaman di indra penciumannya. Ia merasakan suatu perasaan didalam hatinya dan ntah apa itu. Tapi yang jelas membuatnya nyaman. Ia ingin dipeluk seperti ini terus.

Ia merasa tidak ingin melepaskan pelukan ini. Hampir sekitar dua menit, akhirnya nenek itu melepaskan pelukannya dan diciumnya kening Joyce dengan lembut.

“Nenek pergi dulu ya” nenek itu tersenyum hangat dan beranjak dari duduknya.

“Iya, nek. Hati-hati dijalan” Joyce membalas senyuman itu dan melambai ke arah nenek itu yang sudah berjalan menjauh.

~

08-11-20

You're Mine {TAMAT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang