support me juseyo ^^
🍀
SEMUSIM telah berlalu.
Meski sudah memasuki musim semi, angin yang berembus di Geoul masih terbilang dingin. Beberapa orang pun masih mengenakan mantel dan syal. Namun, apa pun itu, Chun-goo tidak merasa masalah, karena musim semi tetap musim semi, dan bunga-bunga pasti bermekaran.
Di antara semua tempat di rumahnya, Chun-goo paling suka taman bunga di bagian samping. Taman yang luas itu asri, sejuk, dan indah. Hoseok sengaja menanam bunga-bunga karena Yerin menyukainya, dan di musim semi ini semua bunga itu mekar begitu indah.
Chun-goo duduk di salah satu bench. Gadis bergaun hitam itu bersandar sambil menikmati suasana yang tenang.
"Ini lebih baik dari taman di rumah sakit, 'kan?" celetuk Jimin yang datang dari belakang.
Chun-goo menoleh. "Benar, tapi yang di rumah sakit sudah cukup bagus untukku saat itu."
Dari arah dalam, muncul Daeji yang memang ingin bertemu dengan nona muda di rumah ini. "Jung Chun-goo!"
"Kak Daeji?"
"Hei, aku pamit dulu. Aku harus ke kampus, dan kemudian harus segera pulang untuk membantu ibu packing. Toko pakaian online kami ramai sejak tahun baru."
Chun-goo mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Semoga lain kali kita bisa ke makam bersama-sama lagi."
Beberapa jam lalu, mereka memang berangkat ke makam bersama untuk menemui mendiang keluarga Jung juga Daera, Adik Daeji.
"Iya. Ah, kau tidak mau pesan celana bersaku lagi?"
"Astaga, kenapa menanyakannya secara langsung begitu?" sela Jimin dengan nada sedikit kesal.
Daeji memampang wajah polos. "Ah, maaf kalau tidak sopan. Aku hanya bertanya."
Chun-goo tertawa malu. "Aku akan ke rumah kalian saja lain waktu. Oh, iya. Kameramu ada di meja depan. Fotoku jangan dihapus, ya!"
"Iya. Ya sudah, aku pergi dulu."
Setelah Daeji pergi, suasana di antara Chun-goo dan Jimin kembali tenang. Jimin yang masih berdiri, sekarang duduk di samping Chun-goo.
"Ada yang kaupikirkan?" tanya Jimin.
"Hm? Tidak ada."
"Kau yakin?"
"Mm, ah, sebenarnya aku masih ragu mengambil pendidikan kesetaraan."
"Kenapa ragu? Itu adalah pilihan yang tepat untukmu."
"Aku tidak yakin bisa melakukannya dengan cepat. Aku bahkan tidak bisa perkalian. Hm, separuh dari hidupku adalah kegilaan."
Jimin tidak bisa menahan tawa. "Apa? Ya ampun, kau berkata seperti tokoh utama di drama-drama itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ON: Tomorrow of Past
FanfictionJungkook pikir, gadis yang tidur di trotoar ketika hujan turun itu hanya gadis acak yang dikirim Tuhan untuk membuat hidupnya makin kacau. Ternyata, gadis itu bukan orang lain. Gadis belia yang baru saja kabur dari rumah sakit jiwa itu, sama sekali...