XXIV - FROLIC

55 9 4
                                    

🍀

CHUN-GOO mencintai Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHUN-GOO mencintai Jimin.

Itu adalah kenyataan, bukan rekayasa ataupun pura-pura.

Jung Chun-goo memang menyatakan cinta dengan asal dan spontan. Alasan pun hanya karena Jimin mirip dengan pemain drama. Namun, siapa sangka, kalau kelakuan Jimin setelah momen itu benar-benar membuatnya, atau bahkan siapa pun, merasa nyaman.

Bagi Chun-goo, Jimin adalah manusia paling penyayang yang dia kenal. Pria itu selalu berlaku lembut kepadanya. Memberi hadiah, membuatkan puisi, mengirim cokelat setiap akhir pekan, menemani melukis, memeluk ketika tak bisa tidur, juga ketika menangis.

Chun-goo sungguh jatuh hati.

Akan tetapi, saat ini, Chun-goo sudah tak memiliki pria itu. Dia tidak lagi memiliki Jimin.

Keluar dari ruangan Jihyo, Chun-goo hanya memandang kosong ke depan, membuat Eunha yang berdiri di sisi salah satu bodyguard terkejut.

"Astaga! Apa yang terjadi?! Kenapa kau menangis? Apa yanga sudah Jimin lakukan?!" pekik Eunha, menghalangi jalan Chun-goo.

"Ayo pulang," balas si Jung lebih muda, dengan tatapan yang masih kosong.

"Tapi-- astaga, baiklah."

Eunha segera mengambil posisi, lalu mulai mendorong kursi roda si gadis yang baru ini mengalami patah hati itu. Dia terus mengomel sepanjang jalan, bersumpah akan menghajar Jimin sebentar lagi.

Di sisi lain, Chun-goo masih saja diam, bergeming dengan wajah datar yang entah sejak kapan muncul di waktu petang begini, padahal biasanya di malam hari saat akan tidur.

Tidak ada satu hal pun yang terlintas di kepala maupun batin. Tak ada hal yang dipikirkan, atau yang ingin disampaikan. Kedua mata bahkan tidak meneteskan apa-apa. Jantung juga sepertinya tak berdebar. Hanya ada setitik kesadaran, yang setidaknya membuat dia tetap duduk tegak dan melihat ke depan.

"Chumu!"

Terdengar suara Jimin dari belakang. Namun, seolah tuli, Chun-goo sama sekali tak merespons.

"Aish, si bodoh itu," dumal Eunha.

"Eunha berhenti! Chumu! Tunggu!"

Jimin melangkah, menyusul dua gadis yang kompak tak mendengarkannya. Dia agak berlari, hingga berada di depan mereka, membuat Eunha spontan berhenti mendorong.

"Tunggu dulu," ucap Jimin.

Jimin menghela napas beberapa saat, lalu berjongkok, memandang sosok yang masih saja melihat ke depan. Eunha pun refleks memutar bola mata, sebelum menjauh dari sana, memberi mereka waktu meski masih ingin mengomel-omel.

"Maaf," ucap Jimin sambil menyentuh tangan Chun-goo dengan lembut. "Ini demi kebaikan kita semua. Aku tidak bisa kehilangan Jihyo, atau bahkan membiarkan dendam di masa lalu berlanjut."

ON: Tomorrow of PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang