MPG-9

2.5K 104 1
                                    

"nona!!" teriak zian

"kau tidak apa-apa?? Maafkan aku, aku tidak sengaja-"

"diam kau brengsek. Bebaskan aku, sekarang.."

Deska menatap marah ke arah Gabriel yang masih berdiri didepan pintu, tanpa mempedulikan tatapan tajam Gabriel, ia mendorong tubuh pria itu dengan kuat dan berjalan meninggalkannya.
Namun lagi-lagi cekalan ditangan Deska kembali membuatnya terhenti.

"kau tidak akan kemana-mana. Sudah ku bilang ini tempatmu.." geram Gabriel

Deska menghentakan tangannya dengan keras, berharap cekalan Gabriel terlepas. Namun cekalan itu cukup kuat dan membuat pergelangan tangannya terasa ngilu. Tanpa mempedulikan luka dikaki Deska, Gabriel menarik Deska dengan kasar kembali kekamarnya. Melihat hal itu Zian memilih menyingkir dan meninggalkan lantai dua, karena tidak ingin menganggu Gabriel ataupun Deska yang sedang bersitegang.

Brruukk

Deska terlempar ke atas ranjang dengan keras, serta pergelangan tangan yang memerah dan terasa ngilu. Sementara Gabriel masih menatapnya dengan tajam, nafasnya pun naik turun karena pergolakan emosinya.

"Riel, aku mohon bebaskan aku. Aku ingin hidup tanpa bayang-bayangmu.." lirih Deska

Mendengar permintaan wanitanya membuat emosi Gabriel semakin memuncak, dengan kasar Gabriel menindih tubuh kecil Deska diatas ranjang. Gerakan tiba-tiba Gabriel membuatnya memekik keras, ia pun tidak bisa mengelak ketika kedua tangannya dicengkram kembali oleh Gabriel.

"apa yang kau lakukan, lepas-"

"aku akan menunjukan posisimu yang sebenarnya. Dengan begitu kau akan mengerti posisimu dirumah ini.."

Teriakan Deska teredam saat bibir Gabriel melumat kasar bibirnya, bahkan ketidaksiapannya membuat ia terbelalak dengan tindakan yang ia dapatkan. Gabriel melumat bibir Deska dengan kasar, seolah tidak ada hari esok. Kemarahan serta rasa khawatir menjadi satu, ia lampiaskan dengan tindakan kasarnya saat ini.

Deska yang tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar seperti ini pun hanya bisa menangis, mengutuk Gabriel yang tega menyakiti dirinya. Gabriel seolah lupa dengan janjinya, untuk tidak menyakiti dirinya. Namun perlakuan saat ini menggores hati dan mengikis kepercayaannya.

Gabriel mengganti lumatan kasarnya dengan lembut, ketika isakan Deska mendobrak kesadarannya. Hanya beberapa menit Gabriel melepaskan pagutannya, memberikan peluang bagi Deska mengambil oksigen.
Deska pun menghirup udara dengan rakus, pasokan oksigen dalam paru-parunya terasa kosong. Menahan rasa nyeri disudut bibirnya, yang terluka akibat tindakan kasar Gabriel.

"kau pria brengsek. Aku membencimu!! Hikkss.." isak Deska kencang

Deska menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, meredam isakan dan menghindari tatapan penyesalan Gabriel.
Melihat kesedihan dan sorot kebencian wanitanya, membuat Gabriel semakin frustasi. Dengan kasar ia meremas rambutnya sendiri, ia menarik tubuh Deska yang masih bergetar akibat tangisannya kedalam dekapannya. Mengusap lembut punggung wanita yang sudah ia lukai hatinya, menggumamkan kata maaf dan penyesalan akan tindakan kasarnya.

"maaf, aku berbuat kasar padamu.." lirih Gabriel

Deska masih terisak didalam dekapan Gabriel, ia marah dengan sikap Gabriel yang seperti tadi.

Gabriel mengusap punggung Deska, mencoba meredakan isakanny. Sampai beberapa lama kemudian Deska sudah terlelap ke alam mimpinya, akibat lelah memangisi perbuatan kasar Gabriel. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuhnya dan Deska, mencoba melupakan permasalahan yang masih memenuhi benak Gabriel. Didekapnya dengan erat wanitanya, dan mengaringi mimpi indahnya.

💋💋💋💋

Sementara didalam ruangan kerja Gabriel, Nathan dan Samuel masih menunggu kedatangan Gabriel. Namun sudah hampir satu jam lebih mereka menunggu tidak ada tanda-tamda kedatangannya.

"Sam, aku harus pergi. Sampaikan salam ku pada boss mu yang pikun itu.." ujar Nathan menahan kesalnya

"maafkan tuan, dokter Nathan. Mari saya antar anda ke bawah.."

Nathan dan Samuel pun meninggalkan ruangan kerja Gabriel, menunda pembicaraan mereka yang cukup penting. Nathan sadar jika Gabriel pasti sedang menghukum wanitanya itu, karena mencoba kabur dari penjagaannya.

"dokter Nathan, tuan Gabriel berpesan. Beliau akan menemui anda besok di rumah sakit.."

Nathan yang hampir masuk ke dalam mobil pun hanya mengangguk pada Zian yang baru saja menghampirinya. Tanpa mengindahkan keduanya, Nathan kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediaman Gabriel.

"Zian, bisakah besok kau memeriksa toko nona Deska.." tanya Samuel

"ok.. Ayo kita istirahat, tuan Gabriel pasti sudah berhasil menenangkan wanitanya.." ujar Zian

"wajar saja, kalau tuan melupakan dokter Nathan.." ejek Samuel

Mereka pun kembali masuk ke dalam rumah, menuju ke kamar masing-masing karena besok mereka masih memiliki tugas berat dari tuan mereka.

🏥🏥🏥🏥

Gabriel ditemani Samuel memasuki sebuah ruangan yang berada diatas gedung rumah sakit terbesar dikota itu. Tanpa mengetuk pintu, Gabriel memasuki ruangan serba putih itu.

"kau sepertinya lupa dengan kata salam, sebelum masuk ke ruangan. Atau tanganmu terluka sampai tidak bisa mengetuk pintu.." sinis Nathan

Gabriel hanya mendengus mendengar sindirian halus sahabatnya ini. Tanpa mengindahkan tatapan kesalnya, Gabriel mendudukan dirinya didepan meja kerja.

"jadi, informasi apa yang kau dapatkan??"

Nathan mengambil sebuah dokumen yang sejak semalam sudah ia siapkan, namun karena Gabriel asik dengan wanitanya maka ia tidak sempat memberikannya.

"itu hasil otopsi yang sebenarnya, sementara yang mereka dapatkan adalah hasil yang palsu.." terangnya

Gabriel membuka dokumen tersebut dan membacanya.

"salah satu dokter forensik, berhasil di bungkam oleh orang suruhan. Jadi mereka menyembunyikan hasil yang sebenarnya, jadi kasus itu dianggap seperti kasus bunuh diri akibat overdosis obat.." tambah Nathan

"dimana dokter itu??" tanya Gabriel datar

Hayooo...
Yang semakin penasaran, baca chapter selanjutnya ya...

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang