MPG-4

3.6K 156 0
                                    

Gabriel mendatangi sebuah rumah sederhana yang ada disebrang kompleknya, diteras samping rumah itu tampak seorang wanita paruh baya yang cukup dikenalnya.

"selamat sore, bibi.."

Susan menghentikan kegiatannya merajut syal miliknya, menatap bingung kearah pria yang berdiri didepannya.

"ada yang bisa aku bantu, nak??" tanyanya lembut

"perkenalkan saya Gabriel Reuel-"

"Gabriel???" tanyanya terkejut

Pasti dia Gabriel mantan pacar Deska yang kaya raya itu. Batinnya senang

Gabriel tersenyum tipis melihat Susan yang seolah tengah berpikir tentang siapa dirinya. Ia tahu jika Susan mengenal namanya, yang dulunya menjadi kekasih anaknya.

"kamu mantan pacar De-"

"kami masih berhubungan bibi. Maksud saya kesini, ingin memberitahu jika saat ini Deska akan tinggal bersama saya.." sela Gabriel pelan

"tinggal bersama?? Maksud nak Gabrie?"

"saat ini Deska marah dengan saya. Salah satu cara agar hubungan kami berdua kembali membaik, saya ingin Deska tinggal bersama denganku"

Dasar anak bodoh. Kenapa harus marah dengan pria kaya seperti Gabriel. Dasar anak tidak tahu diuntung. Tapi setidaknya aku harus memanfaatkan situasi ini, kan? Iblis dalam hatinya bersorak

"bibi setuju kalau itu memang demi kebaikan hubungan kalian. Bibi juga merestui hubungan kalian, tapi nak.."

"kenapa bi? Apa ada masalah??" tanya Gabriel

"bukan.. Tidak ada masalah apapun. Hanya saja, kamu tahu kalau Deska hanya punya bibi. Kita berdua hidup juga dari kerja keras Deska selama ini, kalau Deska ikut bersamamu. Apa Deska masih bisa bekerka?? Setidaknya membantu bibi yang sudah tua ini, nak.." ucap Susan dengan nada sedih

Gabriel tersenyum tipis mendengar ucapan Susan, ia pun memanggil Samuel yang ikut serta ke kediaman Susan.

"saya tahu, bibi. Bibi bisa tenang, masalah itu sudah saya urus. Setiap bulannya anak buah saya, yang akan mengirimkan uang ke rekening bibi. Jadi bibi tidak perlu sedih dengan masalah ini.." ucap Gabriel

Cukup mudah membujuk anak muda ini. Betapa beruntungnya Deska memiliki pacar seperti dia, tapi sayangnya anak itu masih saja bodoh seperti dulu.

"terimakasih ya nak Gabriel. Bibi bersyukur kalau Deska bisa mendapatkan seseorang yang begitu mengerti keadaan keluarganya.."

"iya bibi. Dan ini, semoga bisa bermanfaat. Bibi jangan tersinggung-"

"tentu tidak nak Gabriel. Bibi tahu maksud baikmu. Bibi lah yang seharusnya berterimakasih denganmu"

Susan pun mengambil selembar cek yang disodorkan Gabriel, dimana tertulis nominal yang cukup besar. Bahkan tiga kali lipat dari hasil penjualan di kedai Deska selama sebulan. Gabriel yang melihat tingkah Susan pun hanya bisa menghela nafas pelan, betapa menyiksanya hidup Deska yang terus dimanfaatkan ibunya sendiri. Tanpa memikirkan bagaimana susahnya Deska mengumpulkan uang dari kedainya.

Sore itu Gabriel yang didampingi Samuel pun memilih kembali ke kediamannya, untuk bersiap makan malam bersama Deska. Sudah setahun ini Gabriel berusaha mencari keberadaan wanitanya itu, dan akhirnya ia bisa menemukannya.

Sementara didalam ruangan, Deska sudah kehabisan tenaga karena beberapa kali berteriak dan menggedor pintu. Rasa pusing yang sedari tadi ditahannya pun semakin menyiksa, bahkan keringat dingin mulai muncul dan membasahi tubuhnya. Ia begitu menyesali karena memilih tidur ditaman, padahal sudah beberapa kali ia akan terserang sakit setelahnya.

Deska melangkahkan kakinya menuju sofa yang ada ditengah ruangan, ia pun merebahkan tubuh lemasnya dan berbaring disana. Mencoba mengurangi rasa pusing dikepalanya.

Gabriel yang baru saja sampai di kediamannya, memutuskan untuk menemui Deska yang sudah ia kurung diruang kerjanya. Hampir dua jam lebih ia meninggalkannya, untuk mengurus beberapa hal mengenai Deska, salah satunya Susan.

Ceklek

Pintu terbuka, namun Gabriel tidak melihat Deska disana. Dengan rasa panik yang menjalari hatinya, Gabriel masuk dengan tergesa. Namun helaan nafas lega terdengar saat mendapati Deska yang tengah tertidur di sofa. Dengan langkah pelan ia mendekati wanita yang begitu dalam dicintainya, memasati wajah lelapnya.

Mata Gabriel menangkap sesuatu yang aneh, dimana Deska yang tertidur dengan keringat yang membajiri keningnya padahal pendingin ruangan menyala. Dengan pelan diusapnya kening Deska, dan dari sana ia mengetahui jika Deska terserang demam. Suhu panasnya begitu terasa dan membuat Gabriel merutuki dirinya sendiri, dimana ia meninggalkan Deska yang sedang sakit.

"De, hei..bangun.. De.. Bertahanlah..."

Gabriel mengguncang beberapa kali tubuh Deska, namun tidak ada respon sama sekali darinya. Tanpa berpikir panjang ia pun membawa Deska menuju ke kamar yang sudah ia siapkan. Ia pun memerintahkan Zian untuk memanggilkan dokter.

"maaf.. Maaf.." sesal gabriel

Digenggamnya tangan Deska, seolah mampu membuatnya membuka mata. Tubuh Deska terasa begitu lemas, matanya terlalu berat saat ia memaksa untuk membukanya. Ucapan Gabriel pun sempat didengar olehnya, namun beberapa saat kemudian kegelapan merenggut kesadarannya.

Gabriel mengambil tempat dan mengisinya dengan air hangat, meletakan kain yang sudah dibasahi dan meletakannya di kening. Rasa panas yang cukup tinggi membuat Gabriel tidak bisa untuk tidak panik, dengan keadaan Deska saat ini.

"kalau malam itu, aku membawa mu. Pasti kejadian ini tidak akan menimpamu.." sesal Gabriel

Malam dimana Deska tertidur dibangku taman, setelah berdebat dengan Susan. Sejak Deska masuk ke taman itu dan tertidur dibangku taman, Gabriel menghampirinya menyelimuti tubuh Deska dengan mantel bulu miliknya. Bukan hanya itu, Gabriel juga terjaga disebelah wanitanya. Menjaga wanita itu tidur disana, dan tetap memandangi wajah lelap yang selalu menjadi pemandangan favoritnya.

Kasihannya deska, punya ibu yang selalu memikirkan uang, uang, uang, dan hidup mewah.

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang