MPG-15

2K 80 0
                                    

Deska mengerjapkan matanya dengan pelan, menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Selama tidur siangnya ia merasa jika seseorang tengah memeluknya dan mengusap punggungnya. Tetapi ketika ia terbangun, ia tidak mendapati siapapun, bahkan ia masih didalam kamarnya yang terkunci.

Jam sudah menujukan pukul delapan malam, rupanya ia tertidur sangat lama. Rasa lapar pun menyerang perutnya, ia mengedarkan pandangannya kearah nakas dekat tempat tidurnya. Sebuah nampan dengan makan malamnya, ia meraih piring itu dan memakan makan malamnya. Makanan itu masih terasa hangat, dan sepertinya baru saja diantar oleh Laila atau Zian. Setengah porsi sudah berpindah ke dalam perutnya, rasa lapar pun terganti dengan rasa kenyang. Tidak lupa ia menghabiskan orange juice yang ada di nampan sebelah piringnya.

Langkah Deska mendekati pintu kamarnya, memeriksa apakah ia masih dikunci atau tidak. Rupanya Gabriel sengaja mengunci dirinya malam itu, entah sampai kapan ia bisa keluar dari kamarnya. Dering ponsel miliknya menggema diseluruh ruangan, dengan segera ia menerima panggilan dari nomor baru.

Zian yang baru saja menyerahkan berkas meeting ke dalam ruangan kerja Gabriel terkejut saat mendengar dobrakan serta teriakan Deska dari dalam kamarnya. Dengan langkah lebar ia menghampiri dan membuka pintu itu.

"Zian, antarkan aku ke kedaiku..hiks.."

Zian yang baru masuk pun terkejut saat Deska terlihat terguncang dengan air mata yang membasahi wajahnya.

"nona ada apa-"

"polisi mengabariku, kedaiku kebakaran. Aku mohon antarkan aku kesana, Zian..hikss.." jelasnya disela isakannya

Kebakaran. Zian pun segera membawa Deska menuju ruang kerja Gabriel, tanpa mengetuk terlebih dahulu Zian membawa Deska masuk ke dalam.

Gabriel menatap bingung saat melihat kedatangan Zian yang terburu, dengan Deska yang berada dibelakangnya. Namun aura wajahnya berubah khawatir saat melihat Deska yang terisak didekat bodyguardnya, ia pun mendekati Deska dan menariknya dalam dekapan.

"hei...jangan menangis. Ada apa?? Kau mimpi buruk??" tanyanya dengan lembut

Deska masih terisak didalam dekapan Gabriel, ini bukan mimpi tetapi memang kejadian buruk yang menimpanya.

"kedai ku..hiks... Kedai.ku... Terbakar, Riel..hiksss.."

"apa??" tanya Gabriel syok

Gabriel menatap ke arah Zian yang mengangguk membenarkan ucapan Deska, tanpa mengatakan apapun Zian seolah tahu jika permintaan tuannya. Dengan cepat ia menyiapkan mobilnya dan pergi kesana, memeriksa apa yang terjadi sebenarnya.

"aku ikut.."

"kau tetap dirumah, biar aku dan Zian yang mengurus ini-"

"aku akan tetap ikut, karena itu kedai ku.." keukehnya

Gabriel pun meminta Deska mengganti pakaiannya dan segera menuju ke kedai. Selama diperjalanan Deska masih terisak pelan, ia tidak tahu harus berbuat apa jika kedainya benar-benar terbakar. Usahanya untuk berjuang membangun kedia itu dari nol sampai memiliki pelanggan setia, tidak mudah butuh perjuangan meraih semuanya.

Deska merasakan gerakan Gabriel yang menyandarkan kepalanya didada pria itu, bahkan dekapan Gabriel membuat hatinya sedikit tenang. Pria itu memang bisa membuatnya merasa nyaman dan aman, meskipun terkadang pria itu suka bersikap pemaksa dan posesive.

"tenanglah, semua akan baik-baik saja.."

Deska mengangguk pelan didalam dekapannya, menyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja. Ia akan berusaha kembali dari nol untuk membangun kedainya kembali.

Mobil Gabriel berhenti dipinggir jalan, karena jalanan dipenuhi dua mobil pemadam kebakaran, mobil polisi dan beberapa warga yang menonton kejadian itu. Deska dibantu Gabriel melewati beberapa warga yang memenuhi jalanan itu, terlihat kobaran api yang besar tengah melalap bangunan minimalis itu. Deska kembali terisak didalam dekapan Gabriel, melihat kedai miliknya terlalap api. Asap hitam membumbung tinggi, beberapa petugas pemadam kebakaran pun sedang berusaha memadamkan apinya.

Seorang petugas polis menghampiri Gabriel, menjelaskan kronologis kebakaran yang membakar kedai itu.

"dugaan sementara, dipicu akibat konsleting listrik. Tapi kami masih memeriksa kebakaran ini, pak Gabriel.."

"terimakasih pak, saya mohon tangani kasus ini sampai tuntas.." ujar Gabriel

"baik pak, pak Gabriel jangan khawatir. Kami akan membantu menyelidiki kasus ini. Kalau begitu saya permisi.." ucap petugas tersebut

Gabriel masih mendekap Deska yang terisak disampingnya, menyaksikan kobaran api yang mulai padam. Bangunan itu hangus dan tidak satu pun barang yang bisa diselamatkan oleh petugas. Deska tidak bisa menahan tangisnya melihat hal itu. Ia tidak sanggup jika harus menerima cobaan itu, ia tidak ingin kehilangan tempat yang selama ini sudah membantu perekonomian keluarganya. Kedai miliknya adalah satu-satunya tempat untuk bertahan hidup selama ini.

Seseorang tengah menatap sinis ke arah Deska yang berada didalam dekapan Gabriel, ia pun kembali menutupi wajahnya dengan topi yang ia kenakan lalu pergi dari sana.

Gabriel mengedarkan pandangannya ke sekeliling, seolah merasa seseorang tengah mengawasinya dari jauh. Zian yang berdiri tidak jauh dari Gabriel pun merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan Gabriel.

"ayo kita pulang, kau butuh istirahat.."

Deska yang masih merenungi nasib kedainya pun mengikuti ucapan Gabriel, dengan Gabriel yang menopang tubuh lemasnya menuju ke mobil. Masih dengan keheningan yang menyelimuti ketiganya, Gabriel membiarkan wanitanya yang sedang membutuhkam ketenangan.

Sesampainya dirumah, Deska tidak menolak saat Gabriel menggendongnya dan masuk kedalam kamar. Direbahkannya dengan pelan tubuh Deska diatas ranjang, dengan perhatiannya Gabriel membuka mantel yang dikenakan Deska. Menyelimuti dan mengusap lembut punggungnya, memberikan kenyaman untuk wanitanya yang sedang bersedih.

Deska yang mendapatkan perlakuan hangat Gabriel tidak menolak, ia larut dalam kenyaman yang diberikan oleh pria didepannya ini. Tangisannya pun sudah terhenti sejak mereka tiba, meskipun terkadang masih sesegukan. Ia memejamkan matanya yang berat, akibat pergolakan dalam dirinya yang tertekan dan syok ketika mendengar kejadian itu.

"tidurlah, aku akan menjagamu.." bisik Gabriel lembut

"terimakasih, Riel.."

Gumam Deska sebelum rasa kantuk itu merenggut kesadarannya, meresapi usapan lembut yang Gabriel berikan. Senyum tipis tersungging diwajah tampan itu, meskipun hanya ucapan terimakasih yang terlontar dari bibir wanitanya, sudah cukup membuat hatinya menghangat.

Melihat Deska yang sudah terlelap, membuat gabriel ikut berbaring disebelahnya dan memeluk tubuh wanitanya dengan hangat. Mencoba melupakan sejenak kejadian demi kejadian dihari itu, hanya dengan seperti ini ia merasa bisa tidur nyenyak. Akhirnya ia menyusul Deska yang sudah larut dalam dunia mimpinya.

Hay guyss...
Jangan lupa vote n coment ya..

Author juga mau dipeluk sama ditenangin abang gabriel..
Disini visualnya aku pakai foto michele morrone, karena menurut aku dia sexi banget😁😁😁

Bonus...

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang