MPG-32

2.3K 53 0
                                    

Deska mengerang pelan saat sinar matahari menganggu tidurnya, tubuhnya terasa ngilu dibeberapa tempat. Bahkan rasa menyengat jelas terasa dipusat kewanitaannya, dimana dirinya sudah menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Gabriel.

"aaww.."

Gabriel terjaga dari tidurnya saat mendengar pekikan Deska, yang ingin beranjak dari ranjang.

"kenapa tidak membangunkan aku??" ucap Gabriel sembari memakai celana panjangnya dan menghampiri Deska

"aku tidak mau menganggu tidurmu.." liruh Deska

Gabriel menggendong Deska bridal style, tanpa membalut tubuh polosnya dengan selembar kain. Deska menyembunyikan wajah merahnya didepan dada Gabriel.

"sepertinya mandi bersama tidak buruk.." ucap Gabriel mendudukan tubuh Deska diatas closed

Deska menutupi payudaranya dengan memeluk tubuhnya sendiri, menatap garang ke arah Gabriel yang tengah tersenyum menggoda.

"bahkan semalam kau tidak membiarkanku tidur dengan nyenyak, Riel.." sungutnya

Gabriel terkekeh pelan dan mengecup kening Deska lembut.

"salahkan punyamu, yang membuat ku gila.." bisiknya

"dasar mesum.." umpat Deska kesal

Gabriel hanya tertawa renyah menanggapi kekesalan Deska, ia pun meninggalkannya dikamar mandi dan menuju ke kamarnya sendiri.

Sementara Deska masih mematung didepan kaca kamar mandinya, wajahnya kembali merona mengingat kejadian semalam. Tidak bisa dipungkiri rasa kebahagiaan itu membuncah didalam hatinya, mengingat wajah Gabriel yang semakin tampan saat mendapat pelepasannya. Dengan langkah pelannya ia menuju ke bathtub, merendam badannya yang terasa pegal dan ngilu setelah pergulatannya semalam.

"nona, apa nona sakit??"

Deska menghentikan kegiatannya membuat adonan pancake, menatap Laila yang baru saja turun dari lantai dua.

"memangnya aku kenapa?? Aku baik-baik saja Laila.." ujarnya dengan senyum

"maafkan saya nona, saya pikir anda sakit karena melihat anda memakai baju panjang" ujar Laila dengan kikuk

Deska tersenyum kecil ke arah Laila, dan kembali sibuk dengan adonan pancake yang akan ia siapkan untuk hidangan piknik sore harinya. Saat ini Deska memang memakai baju dengan model tartle neck, hanya baju itu yang bisa menutupi bekas kemerahan yang diciptakan Gabriel.

"nona, anda baik-baik saja. Muka anda memerah?? Apa perlu saya panggilkan tuan Zian??" tanya Laila cemas

Deska menghentikan niatan Laila yang ingin memanggil Zian, ingin rasanya ia tertawa kencang melihat kepanikan Laila saat ini. Wajah memerahnya muncul karena mengingat pergulatannya semalam dengan Gabriel.

"tenanglah Laila, jangan panik. Aku baik-baik saja.. " ucap Deska pelan

"saya hanya tidak mau dimarahi tuan Gabriel, nona.."

Deska mengenggam tangan Laila, ia tahu jika Laila pasti takut melihat kemarahan Gabriel. Apalagi jika hal kecil yang menyangkut dirinya, Gabriel akan memarahi bawahannya dan bersikap kasar jika pekerjaan mereka tidak benar.

" jangan takut, aku tidak apa-apa. Gabriel tidak akan memarahimu.." tambahnya

"oh..iya Laila. Bisa kau membantuku, siapkan beberapa barang untuk acara kita sore nanti. Aku akan mencari Zian untuk membantumu.."

"baik nona.."

Sore harinya tamu yang ditunggu-tunggunya pun akhirnya datang. Dokter Xavier melangkah mendekat ke arah taman belakang kediaman Gabriel, Deska tidak sendiri disana. Ada Laila, Delon, serta Zian yang ikut serta dalam acara piknik mereka sore itu.

"selamat datang dokter Xavier, akhirnya anda datang. Awalnya aku pikir, kau tidak mau datang.." sambut Deska

"tidak nona De, saya sudah berjanji dengan anda. Maka saya harus menepatinya.." ujar dokter Xavier

"mari dokter.." sapa Zian menyilahkan dokter Xavier duduk diatas alas tebal yang sudah disiapkan

Suasana sore hari yang terasa sejuk dengan angin berembus sepoi-sepoi, membuat suasana piknik mereka semakin nyaman. Beberapa makanan serta minuman tersaji diatas alas, canda tawa pun tercipta dengan natural.

Deska tidak henti-hentinya tertawa saat melihat Zian dan Delon menampilkan kekonyolan mereka. Semua beban seakan menguap tidak tersisa didalam hatinya, ia tidak pernah merasa sebahagia ini setelah Abyan meninggalkannya.

"ada apa nona??"

Deska tersentak dari lamunannya, dokter Xavier yang didepannya menatap bingung ke arahnya.

"tidak apa-apa dokter, aku hanya merasa sudah lama tidak menikmati suasa seperti ini.."

"nona jangan sungkan, kalau anda ingin berpiknik lagi dengan kami. Kami pasti akan membantu anda menyiapkan semuanya, dan meluangkan waktu kami untuk nona.." ucap Delon

"terimakasih, kalian semua sudah memberi kebahagian untukku.."

Deska tersenyum lembut ke mereka, mengungkapkan rasa bahagianya saat ini. Kebahagiaan yang dirasakan Deska seolah mengalir juga pada diri Gabriel, dimana ia ikut bahagia melihat senyum manis Deska saat ini. Dibalik jendela ruang kerjanya ia mengawasi Deska dalam diam, berharap kebersamaan yang diciptakan bawahannya mampu membuat Deska melupakan kesedihannya.

Sepertinya keputusan yang benar, menghadirkan Nathan saat ini, meskipun hatinya tidak rela melihat kedekatan keduanya. Namun demi bisa membalikan kebahagiaan Deska, ia rela melakukan apapun.

Hari semakin senja, matahari mulai menenggelamkan dirinya digantikan oleh sang rembulan. Deska dan lainnya memilih untuk menyudahi acara piknik sore itu, walaupun sulit bagi Deska karena ia tidak tahu kapan bisa melakukannya kembali.

"terimakasih nona, untuk kesempatannya bisa piknik dengan anda dan yang lainnya.." ujar dokter Xavier ramah

"sama-sama dokter, saya yang seharusnya berterimakasih dengan dokter.."

Dengan langkah lebarnya Deska mengantar dokter Xavier menuju ke teras, tentunya diikuti Zian yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"kalau begitu, saya permisi. Sekali lagi terimakasih untuk jamuannya.."

"oh..ya. Wafle buatan anda adalah wafle terenak yang pernah saya rasakan.." tambah dokter Xavier

"anda terlalu memuji dokter.."

Dokter Xavier pun berpamitan dengan Deska, meskipun cukup berat meninggalkannya.

Tunggu, De. Aku akan menjemputmu saat Gabriel tidak mampu melindungimu. Batinnya

"Zian, dimana Gabriel?? Apa dia sudah pulang??" tanya Deska

Hampir malam namun ia belum melihat keberadaan Gabriel. Ia khawatir saat ini dengan keadaan Gabriel, dimana ia yang harus mengatur keperluannya sendiri tanpa bantuan Samuel. Sejak kepergian Samuel, Gabriel merekrut pendamping baru untuk menggantikan pekerjaan Samuel. Awalnya Deska meminta Zian untuk menggantikan Samuel, hanya saja Gabriel menolaknya karena Zian sudah cukup akrab dengannya.

"tuan sebentar lagi sampai nona, apa ada sesuatu yang anda ingin lakukan nona??"

"tidak ada, aku akan memasak buat makan malam. Kau dan Delon ikut makan malam bersama.." ujar Deska

Zian hanya mengangguk pasrah mendengar permintaan kekasih tuannya, mana mungkin dirinya dan Delon makan satu meja dengan tuan mudanya. Meskipun tidak pernah terucap larangan itu dari Gabriel, tetap saja Zian atau yang lainnya tidak berani makan dimeja bersama. Tidak akan sopan jika bawahan dan tuannya makan dimeja yang sama.

Deska membantu Laila menyiapkan makan malam, beberapa hidangan pun tersaji dengan aroma yang mengundang selera. Selesai menyiapkan masakannya, ia kembali ke kamarnya untuk membersihkan dirinya.

Chapternya yang seneng2 dulu ya guys, kasian Deska kalau sedih mulu 😁😁

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang