MPG-12

1.7K 74 0
                                    

Zian menaruh kembali ponselnya dan melirik sekilas Deska yang sedang asik dengan ponselnya. Perjalan menuju kedai milik Deska tidak terlalu jauh, mereka pun tiba di kedai yang sepi. Deska segera turun dan menatap keadaan sekitar, ketika ia melihat sebuah motor terparkir tidak jauh disudut gang ia tersenyum tipis.

Azel tunggulah sebentar. Batinnya

Deska meraih kunci didalam tas dan membuka pintu kedainya. Betapa rindunya ia melihat kedainya ini, dimana ia selalu menghabiskan hari-harinya disini. Setelah puas melihat keadaan kedai yang masih terawat, ia melancarkan aksinya. Ia pun mengambil sebuah piring dan melemparnya ke lantai.

Praaangg

"nona!!"

Zian berlari kedalam kedai saat mendengar pecahan benda didalam kedai, dengan wajah panik ia pun mendekati Deska.

"zian, disana ada tikus.." ucap Deska panik

Zian menatap ke seluruh sudut, namun tidak menemukan seekor tikus pun.

"zian, keluarkan tikus itu. Aku tidak mau dia ada disini.." ucap Deska

"tidak ada tikus disini nona-"

"hei..kau. Bantu Zian mengeluarkan tikus itu"

Deska memerintahkan rekan kerja zian yang dibawanya, mendapat perintah dari kekasih atasannya ia segera masuk dan membantu Zian yang masih mencari keberadaan tikus.

Melihat mereka berdua yang sibuk memeriksa setiap sudut kedai, ia menggunakan kesempatan itu untuk keluar dari kedai dan menemui Azel.

"Azel, ayo kita pergi. Cepat.."

"De, ada ap-"

"nanti ku ceritakan. Sekarang cepatlah.." ucap Deska panik

"nona, tunggu anda mau kemana??"

Deska semakin panik saat melihat Zian dan rekannya sedang berlari menuju tempatnya. Ia pun memerintahkan Azel untuk segera menghidupkan motornya. Azel melakukan motornya dengan cepat, meninggalkan dua orang yang berada dibelakangnya. Membawa Deska yang sepertinya ketakutan dengan kedua pria itu, ia pun melajukan motornya menuju tempat favorit mereka.

Sebuah cafe ditengah kota, tempat yang menjadi favorit mereka setelah Deska memutuskan tinggal di kota itu. Mereka memasuki cafe tersebut dan menuju ke lantai dua.

"jadi apa yang terjadi sebenarnya, De??" tuntut Azel

Deska menghela nafas beratnya, ia merasa jika kebebasannya ini hanya bersifat sementara. Entahlah apa yang akan terjadi setelah ini, namun ia tidak akan membiarkan Gabriel melukai Azel.

"tidak ada apa-apa?? Mereka sepertinya salah orang.." jelasnya

"apa kau yakin, mereka sepertinya mengenalmu.." ucap Azel masih tidak percaya

"bisa tidak, kita tidak membicarakan masalah tadi. Lebih baik kita habiskan hari ini, bukankah lusa kau pulang??"

Melihat keengganan Deska menceritakan masalahnya, membuat Azel mengalihkan pembicaraan mereka. Deska kini merasa cukup aman, tanpa memikirkan seorang yang sedang menahan amarahnya. Di kedai waflenya, Gabriel menatap marah ke arah Zian dan anak buahnya. Setelah ia sampai dikedai tersebut, ia hanya  menemukan Zian dan anak buahnya saja. Keberadaan Deska tidak terlihat disana, sampai akhirnya Zian mengatakan jika Deska kabur dengan sahabat laki-lakinya.

"tuan, kita sudah menemukan keberadaan nona De, dia berada di jalan ini tuan.." ucap Samuel

"kita kesana. Dan kau ikut.." tujuk Gabriel pada Zian

Zian menelan ludahnya dengan susah payah, ia yakin jika saat ini Gabriel kecewa dengan pekerjaannya. Tanpa membuang waktu dan membuat tuannya semakin marah, ia segera menyusul dan duduk disebelah Samuel.

Mobil yang dikendarai Samuel terhenti didepan cafe yang cukup ramai pagi itu, Gabriel pun masuk kedalam cafe tersebut dan disusul dengan Zian dan Samuel.

Deska menikmati coklat panasnya dengan nikmat, diselangi dengan obrolannya bersama Azel. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu mereka berdua dengan menikmati hari di cafe.

"kapan kau akan kembali ke sini??" tanya Deska

"ya ampun De, jangan buat aku berat meninggalkan sahabat sepertimu.." keluh Azel yang mendapat kekehan dari Deska

"secepatnya, aku akan mengunjungimu. Karena cuma kamu sahabat sekaligus keluargaku.." ucap Azel

Hatinya terenyuh saat Azel menganggapnya seperti saudaranya, ia tahu cerita kehidupan Azel yang tidak memiliki siapa-siapa lagi. Setelah ditinggalkan sang adik, orang tua Azel pun menyusul adiknya saat kecelakaan mobil beberapa tahun lalu.

Deska tahu betapa terpukulnya azel waktu itu, di usia temajanya ia harus kehilangan semua keluarganya. Dan sejak saat itu Abyan membantu Azel dengan membiarkan Azel bekerja dikantornya. Sampai akhirnya Azel mendapatkan beasiswa dikampusnya. Dan sekarang Azel sudah bisa berdiri dikakinya sendiri, dengan pekerjaannya saat ini Azel bisa membuat dirinya bangga.

"kalau begitu, aku akan menunggu kedatanganmu.." ujar Deska

Azel tersenyum senang mendengar ucapan Deska, salah satu orang yang membuatnya bisa bertahan dikehidupannya. Dengan lembut ia mengusap wajah Deska, ia tidak akan membuat senyum wanita didepannya ini hilang.

Buuuukk

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang