MPG-7

2.8K 106 1
                                    

I never give up

Seorang pria tengah menatap penuh cinta, wanita yang ada didalam dekapannya saat ini. Dengan pelan diulurkan tangannya menyentuh pipi wanitanya, dan beralih mengusap rambut sebahu itu dengan pelan. Senyumnya tidak pernah lepas dari wajah tampannya, kebahagiaan itu begitu membuncah dalam hatinya, wanita yang selama ini ia cari sudah berada dihadapannya.

Tok tok tok

Dihentikannya kegiatan yang menyenangkan hati, diliriknya sekilas ke arah wanitanya yang masih tertidur dengan nyenyak sore itu. Dengan pelan ia pun beranjak dari ranjang dan membuka pintu.

"ada apa??" tanyanya datar

"maaf tuan, Ada hal penting tentang tuan besar.."

"tunggu diruangan kerjaku.."

Setelah mendapatkan perintah tuannya, Samuel menuju ke ruang kerja Gabriel. Sementara Gabriel kembali masuk kedalam kamarnya dan memakai pakaiannya. Setelah memastikan Deska masih terlelap, Gabriel meninggalkan kamarnya dan menuju ke ruang kerjanya.

"jadi apa yang ingin kau bicarakan??"

Samuel mendekati meja kerja Gabriel dan menyerahkan sebuah amplop coklat. Di bukanya dan menunjukan beberapa gambar seorang pria paruh baya sedang berbincang dengan seorang pria yang jauh lebih muda darinya.

Gabriel menarik sebuah foto dan menatapnya dengan teliti. Disana tampak mereka berdua tengah membicarakan sesuatu, bahkan ada raut kemarahan di wajah pria yang menjadi lawan bicaranya.

"siapa pria ini??" tunjuk Gabriel pada sosok pria yang berusia beberapa tahun dibawahnya

"dia Azel Ditia, sahabat dekat nona. Dia lulusan terbaik di universitas yang sama dengan nona, dan saat ini ia sedang bekerja disalah cabang perusahaan tuan Yuda.." terang Samuel

"apa kau tahu, apa yang mereka bicarakan??"

"maaf tuan, saya belum mendapatkan petunjuk apapun. Karena saat ini Azel menghilang begitu saja, dan sepertinya tuan Yuda mengetahui keberadaan nona De.." tambah Samuel

Gabriel mencengkram lengan kursi kerjanya dengan kuat, rasa takut kehilangan wanitanya kembali menyeruak ke relung hatinya. Bagaimana pun Yuda tidak akan bisa mengambil Deska dari sisinya, kalau pun ia harus menyembunyikan keberadaannya sampai keujung dunia maka akan Gabriel lakukan. Asal keselamatan Deska menjadi hal utama baginya.

"tetap awasi mereka.."

"baik tuan.. Tapi apa sebaiknya tuan melepaskan nona. Mungkin dengan itu, tuan Yuda tidak-"

"urusan itu biar aku yang urus. Kau boleh pergi sekarang.."

"baik tuan, saya permisi.."

Gabriel hanya menatap datar kepergian Samuel dari ruang kerjanya, dengan kasar ia meremas amplop yang masih ada dihadapannya dengan penuh emosi. Ia tidak akan membiarkan salah satu orang pun melukai Deska, meskipun sampai saat ini ia tidak mengetahui penyebab Yuda yang ingin mencelakainya.

"aku tidak akan membiarkan mereka mengusik kebahagiaanku.."

🥞🥞🥞🥞🥞

Menjelang malam Deska baru terbangun dari tidurnya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tatapan bingung pun begitu tampak diwajahnya yang terlihat masih mengantuk. Dengan pelan ia keluar dari kamar yang tidak dikatahui milik siapa, namun kesan maskulin begitu kental disana.

"nona De, anda ingin kemana??"

Deska memghentikan langkahnya saat melihat Laila yang berdiri disana dengan nampan berisikan makanan.

"aku... Aku ingin pulang.." ujar Deska

Tanpa menghiraukan panggilan Laila, Deska menuju ke lantai bawah dan segera membuka pintu utama. Dengan langkah cepatnya ia menuju ke gerbang utama, dimana disana terdapat dua orang bodyguard yang sedang berjaga.

"permisi, bisakah kalian membukakan pintu ini.." pinta Deska

"maaf nona, anda tidak bisa keluar dari sini tanpa persetujuan tuan Gabriel.." ucap salah satu bodyguard

Tanpa menghiraukan ucapan para bodyguard tersebut, Deska memaksa keluar dari rumah itu. Para bodyguard itu pun mencoba menghalanginy yang ingin membuka paksa gerbang itu.

"lepaskan aku... Lepaskan. Aku ingin pulang!!" teriaknya

Deska kembali meronta saat kedua bodyguard itu mecengkal kedua tangannya, menahan dirinya yang ingin membuka paksa pintu gerbang. Dengan kasar Deska menggigit tangan salah satu bodyguardnya, dan menendang kearah vital bodyguard satunya. Disaat kedua bodyguard itu menahan kesakitan akibat perbuatannya, ia menggunakan kesempatan itu untuk kabur dari sana.

"nona.."

Deska berhasil membuka pintu gerbang utama kediaman Gabriel, ia berlari menuju pintu depan komplek perumahan. Berlari sekuat tenaga meninggalkan kediaman Gabriel, mengabaikan telapak kakinya yang terasa perih akibat goresan aspal jalanan.

Tiiinnnnn

Tiiinnnnn

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang