MPG-33

1.9K 60 0
                                    

Gabriel menatap bingung kearah Deska, diedarkannya pandangannya dengan datar ke arah Zian dan Delon. Bisa dilihat jika Zian dan Delon menegang, mendapati tatapan Gabriel yang penuh kebingungan. Sementara Deska masih menyusun makanan dan piring diatas meja bersama dengan Laila.

"kalian kenapa berdiri, ayo duduk.." ucap Deska meminta Zian dan Delon mengambil tempat

Zian dan Delon mencuri pandang kearah Gabriel, seolah meminta persetujuan dari tuannya sebelum mengikuti permintaan kekasih tuannya itu. Gabriel hanya mengangguk pelan, seolah memberi izin kepada keduanya, dan hal itu membuat Zian dan Delon segera mengambil tempat yang berada agak jauh dari Gabriel dan Deska.

"kenapa kalian duduk disana?" tanya Deska bingung saat Zian dan Delon duduk paling ujung

Meja makan itu terdiri dari sepuluh kursi, Gabriel dan dirinya menempati salah satu ujung dari meja itu. Zian dan Delon memilih untuk duduk diujung satunya, seolah menjauh dari keduanya.

"sayang, biarkan mereka duduk disana.." ucap Gabriel pelan

"kursi yang kosong masih banyak, Gabriel. Mereka bisa duduk disebelah  kita, ayo..kesini kalian. Kenapa menjauh seperti itu.."

"tapi-"

"turuti saja.." sela Gabriel penuh penekanan

Zian dan Delon pun memilih untuk mendekat, selang satu kursi disebelah Deska. Karena tidak mungkin Zian atau Delon berani untuk duduk disebelah Deska, bisa saja tangan atau kaki mereka yang dipatahkan oleh tuannya.

"selamat makan.." ucap Deska riang

Malam itu Deska menyiapkan menu kesukaan Gabriel, dengan senyum yang mengembang ia melayani Gabriel dengan baik. Ia hanya ingin mengucapkan terimakasih pada Gabriel, yang sudah memepertemukannya dengan dokter Xavier dan keluarga barunya dirumah itu.

Selsai makan malam, Zian dan Delon memilih mengundurkan diri, meninggalkan tuan dan kekasihnya menikmati suasana disana.

"Gabriel, kamu terlihat lelah. Sebaiknya kau memerintahkan Zian untuk mengambil alih pekerjaan Samuel.."

Deska menggegam tangan Gabriel dengan lembut, ia tahu Gabriel begitu lelah dengan pekerjaannya akhir-akhir ini. Samuel memang orang yang kompeten, Ia bisa mengerjakan beberapa urusan Gabriel dengan baik. Dan kehilangan Samuel membuat mereka seoalh kehilangan keluarga mereka sendiri.

"tidak perlu, sayang. Aku masih bisa mengatasinya.."

Wajah Deska memanas saat mendengar panggilan sayang terucap dari bibir pria itu, walaupun panggilan itu sering diucapkan Gabriel. Namun setelah kejadian semalam, membuat Deska kembali merasa malu saat berhadapan dengan Gabriel.

"sayang, aku ke ruang kerja dulu ya. Ada berkas yang harus aku pelajari buat meeting besok.."

Cup. Tidak lupa kecupan lembut dikening Deska selalu menjadi ritual baginya, sebelum meninggalkan deska. Meskipun hanya untuk meninggalkannya ke ruang kerjanya. Mendapat perlakuan manis dari Gabriel, kembali membuatnya tersenyum dan wajahnya memanas akibat eforia didalam dirinya.

🌺🌺🌺

Tangan itu mulai bergerak, setelah beberapa hari ini tidak menunjukkan kemajuan beberapa hari. Luka bakar yang hampir mengenai enam puluh persen, membuat sang pemilik tubuh kesulitan untuk sadar. Butuh waktu lama untuk membuatnya kembali pulih, meskipun luka bakar itu akan meninggalkan bekas diseluruh tubuhnya.

"pasien masih belum sadarkan diri. Benturan dikepalanya cukup keras, dan luka bakarnya juga cukup parah.." terang seorang pria dengan jas putihnya
Membaca sebuah laporan yang diberikan seorang perawat yang memantau keadaan pria itu.

"lalu bagaimana keadaan pria yang diruangan sebelah, apa dia juga terluka parah??"

Sang dokter membalik catatannya dan membaca resum medis dari pasien yang sama-sama mengalami luka bakar.

"Bahkan pasien yang kedua ini juga cukup parah, tulang rusuk, tulang kering dan lengan kirinya patah. Butuh waktu lama untuk mengembalikan fungsi tubuhnya.." jelas sang dokter

Helaan nafas berat pun terdengar dari pria bertubuh kurus itu, merasa sedih dengan keadaan salah satu orang yang dikenalnya. Setelah memastikan keadaan kedua orang tersebut, pria itu kembali meninggalkan rumah sakit agar tidak ada yang mencurigai dirinya disana.

🌺🌺🌺

Deska melirik ke arah jam dinding yang ada didalam kamarnya, dimana waktu sudah menujukkan pukul sepuluh malam. Gabriel yang ditunggu pun tidak kunjung mendatangi kamarnya, padahal ia tahu jika pria itu cukup lelah.
Tanpa menunda waktu lagi, ia menghampiri Gabriel diruang kerjanya. Dan tidak lupa membawakan secangkir kopi kesukaan Gabriel.

Diketuknya dengan pelan pintu ruangan itu, menunggu sahutan dari dalam sebelum ia masuk kedalam.
Setelah mendapat sahutan dari dalam, ia masuk ke dalam ruangan. Disana, pria yang menggetarkan hatinya, pria yang memporakporandakan hatinya, sedang tersenyum lembut menyambut kedatangannya.

"aku bawakan kopi kesukaanmu.."

"terimakasih, sayang.."

Gabriel menarik tubuh Deska ke pangkuannya, menyingkirkan kacamata dan menjauhkan laptopnya.

"Gabriel.." cegahnya saat melihat Gabriel membuka kancing piyamanya

Gabriel menarik tengkuknya dengan pelan dan mencium bibir manis itu, bibir yang akan menjadi candu dan akan tetap menjadi miliknya. Ia bahagia saat menjadi pria pertama untuk Deska, bahkan ia menggeram kecil saat mengingat betapa ketatnya milik Deska mencengkram dirinya. Ia begitu ingin menikmatinya lagi dan lagi, merasukinya dan menghujaminya dengan keras dan nikmat.

"emmhh.." Deska mendorong dada Gabriel saat pasukan oksigennya mulai menipis

Menatap pria yang dibawahnya dengan mata berkabut gairah, Gabriel seolah membangunkan sisi lain dari dirinya yang belum pernah diketahuinya. Gabriel mendudukan Deska diatas meja kerjanya, dan ia pun bangkit lalu mencium bibir deska kembali.

Deska hanya bisa mengikuti permainan Gabriel saat ini, dengan mengimbangi gerakan Gabriel yang melumat setiap sudut dalam bibirnya.
Gabriel membuka paksa piyama Deska, dan menyebabkannya robek dibagian depan. Payudara ranum itu menyembul dan meminta Gabriel untuk diremasnya, memberikan sensasi nikmat pada sang pemilik tubuh.

Tubuh Deska memberikan reaksi yang cukup dasyat didalam dirinya, membusungkan dadanya seolah menantang Gabriel untuk melumatnya.

"Gabriel.." desahnya memanggil nama pria yang saat ini menjamahi tubuhnya

"kau begitu nikmat, sayang.."

"please... Gabriel.. Aahh.."

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang