MPG-41

1K 46 0
                                    

Tendangan itu mengenai wajah salah satu dari mereka dan membuatnya jatuh tersungkur, tidak sadarkan diri disana. Gabriel kembali mencarkan aksinya, diraihnya salah satu leher dari mereka. Memutarnya sampai menimbulkan bunyi krakk pada leher pria berkepala pelontos itu.

Tinggal satu lagi, dan pria berbadan besar itu dengan marah meraih balok kayu yang ada disudut ruangan. Dilayangkannya benda itu ke arah Gabriel, namun Gabriel yang sudah diliputi dengan aura kemarahan membuatnya semakin berang. Dengan mudahnya ia menahan balok kayu itu dengan tangannya, melemparkan asal dan menerjang tubuh pria didepannya.
Pria itu tidak berkutik lagi dilantai, Gabriel pun segera berlari ke arah Azel yang masih melakukan hal bejatnya.

Buukk

Azel terlempar jauh dari atas tubuh Deska yang sudah tidak sadarkan diri, melihat keadaan Deska semakin membuatnya gelap mata. Diraihnya kerah baju Azel, dan memukul pria itu bertubi-tubi.

"tuan.. Hentikan. Anda bisa membunuhnya.."

Zian menahan tubuh Gabriel yang masih memukuli Azel dengan gila. Nafas pria itu tersengal-sengal menahan amarahnya yang sudah tidak bisa ditahannya lagi.

"tuan, kita harus membawa nona ke rumah sakit.." teriak Delon yang sudah membuka ikatan pada tubuh Deska

Kesadaran Gabriel kembali, ia berlari ke arah Deska yang sudah tidak sadarkan diri. Balutan jas milik Zian pun sudah menutupi tubuhnya yang terbuka akibat ulah bejat Azel. Gabriel menggendong Deska dan meminta Zian serta Delon melajukan mobilnya ke rumah sakit, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada wanita itu. Gabriel menangis dengan Deska yang masih dipeluknya dengan erat, mengabaikan harga dirinya didepan bawahannya. Saat ini pikirannya tersita pada wanita yang tidak sadarkan diri dialam dekapannya, ia tidak akan pernah bisa memaafkan mereka yang sudah menghancurkan hidup wanitanya.

Gabriel mengabaikan luka pada tubuhnya, dan berlari menggendong Deska ke dalam ruangan tindakan. Disana, Nathan yang baru saja selesai memeriksa pesiannya, dikejutkan saat melihat Gabriel datang dengan berantakan. Wajah penuh luka serta kemeja yang penuh dengan noda darah.

"Gabriel?? Apa yang terjadi??" tanya Nathan yang sudah berdiri disebelah Gabriel

Gabriel menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan dan memilih tetap diam ditempatnya, mengabaikan Nathan yang terlihat bingung disampingnya. Tanpa menunggu penjelasan dari Gabriel, Nathan menerobos masuk dan mengabaikan teriakan Gabriel yang ditahan oleh Zian dan Delon.

"lebih baik tuan segera diobati, biar kami yang menunggu nona.."

Gabriel menghela nafas beratnya dan menuju ke ruang sebelah, dimana seorang perawat dan dokter sudah menunggunya.

Seperti tertimpa batu besar, ketika Nathan melihat Deska yang terbaring lemah di brankar. Bahkan kekerasan fisik yang didapatkan wanita itu membuatnya meringis, seolah merasakan sakit yang sama seperti Deska terima.

"dokter Nathan, pasien mengalami pendarahan. Kita membutuhkan persiapan kantong darah, sepertinya pasien mendapat tindakan pelecehan seksual, dokter.." terang salah satu dokter jaga di sana

"apa?? Pelecehan seksual, apa yang sebenarnya terjadi??" tanyanya panik

Dokter tersebut menjelaskan jika bagian intim Deska mengalami robekan yang cukup panjang, dan jika dilihat dari jenis robekannya bisa dipastikan jika dirinya mendapatkan pelecehan seksual. Apalagi dengan luka lebab dan sudut bibir yang robek, semakin menguatkan anamnesa tersebut.

"lakukan tranfusi darah, cari stok darah di bank darah.." ucap Nathan tegas

"baik dokter.."

Nathan meninggalkan ruangan dengan perasaan marah, ia tidak bisa diam saja saat Deska mengalami hal buruk seperti ini.

Buukk

"dokter Nathan, apa yang-"

Ucapan dokter yang sedang memeriksa Gabriel terhenti, saat Gabriel memintanya diam. Ia pun menatap tajam ke arah Nathan yang sudah dipenuhi emosi.

"tinggalkan kami, kalian boleh pergi.." ucap Gabriel dingin

Dokter dan asistennya pun meninggalkan ruangan itu, karena bagaimana pun ia tidak ingin mencari masalah dengan Nathan pemilik rumah sakit tersebut dan Gabriel orang yang berpengaruh di negaranya.

"apa yang sudah kau lakukan, hah??" bentak Nathan meraih kerah kemeja Gabriel dengan kuat

"sudah ku bilang kan. Jangan menyakitinya, atau aku akan mengambil dia darimu.." 

Gabriel mendorong kuat tubuh Nathan, dan membuat jarak diantara keduanya.

"aku tidak akan pernah memberikannya padamu. Jadi jangan pernah bermimpi" sinis Gabriel

Nathan mengepalkan tangannya dengan kuat disamping tubuhnya, ingin sekali ia menghajar Gabriel sampai sekarat. Namun ia tidak akan melalukan hal itu, jika ia melakukannya maka ia tidak ada bedanya dengan Gabriel.

"lalu apa katamu dulu. Kau tidak mencintainya-"

"jangan munafik, Nathan. Tanpa aku memberitahu dirimu atau yang lain, dunia pasti sudah tahu jika aku mencintai..sangat mencintai Deska melebihi diriku.." ujar Gabriel penuh penekanan

"tapi kau sudah melanggar janjimu padaku, dan kali ini aku akan menagih janji itu, Gabriel. Aku akan membawanya pergi setelah ia sadar nanti"

Nathan meninggalkan ruangan itu, dimana Gabriel masih meredam emosinya. Ia tidak akan pernah melepaskan Deska sampai kapan pun, apalagi Yuda masih berkeliaran diluar sana. Ia tidak ingin membuat kesalahan yang sama dengan membiarkan Deska diluar sana.

"tuan, tuan besar dan Evan sudah berhasil kami tahan. Kami menunggu perintah tuan selanjutnya.."

"tetap awasi mereka, aku akan pulang setelah melihat keadaan Deska.."

Zian pun memilih meninggalkan rumah sakit, dan kembali menjalankan tugasnya.

Nathan terlihat cemas didepan ruangan perawatan Deska, dimana ia saat ini sedang berbicara dengan dokter yang menangani Deska. Gabriel yang melihat itu pun segera mendekati dokter itu dan menanyakan keadaan Deska.

"bagaimana dengan Deska, dokter?? Apa dia baik-baik saja-"

"brengsek. Kau sudah menghancurkan hidupnya. Akan ku bunuh kau, Gabriel!!"

Lagi. Nathan menerjang tubuh Gabriel yang kembali tersungkur, Delon dan beberapa petugas rumah sakit pun melerai keduanya. Menghindari baku hantam diantara mereka.

""kau tidak pantas untuk Deska. Kau pantas disebut pria brengsek!!" umpatnya

"apa maksudmu, hah?? Aku bukan lelaki brengsek seperti yang kau katakan!!" bentak Gabriel

"aku akan membunuhmu, saat ini juga Gabriel-"

"cukup dokter Nathan, dan tuan Gabriel. Saya mohon jangan seperti ini, pasien dalam keadaan buruk.."

"apa maksudmu? Kenapa dengan Deska, dokter??" sela Gabriel panik

Dokter yang menangani Deska hanya menghela nafas beratnya, ia pun menjelaskan kondisi Deska saat ini.

"nona deska mengalami pendarahan yang hebat akibat pelecehan seksual yang didapatnya, bahkan janin yang berada dirahimnya tidak sanggup bertahan-"

"apa?? Janin?? Maksud dokter.."

"iya tuan Gabriel, nona Deska sedang mengandung. Usianya baru tiga minggu, dan usia tersebut begitu rentan dengan goncangan. Jika tidak dijaga dengan baik, maka bisa terjadi keguguran.." jelas sang dokter

Tubuh Gabriel merosot lemas dilantai rumah sakit, tatapannya begitu kosong dengan apa yang baru aja ia dengar.

Deska hamil. Deska mengandung anaknya. Anak mereka.

Kaliamat itulah yang terekam jelas dibenaknya, ia begitu bahagia saat ia akan memiliki anak dengan Deska. Namun harapan itu musnah saat mendengar penjelasan dokter, ia kehilangan calon bayinya. Dan lagi-lagi Yuda berhasil mengambil kebahagiaannya. Dulu ibunya, dan saat ini anaknya.

"kau puas sekarang??" sinis Nathan

Sini peluk dulu babang Gabriel, yg sabar yah bang😢😢😢

My Possessive Gabriel's (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang