chapter 1

1.4K 65 8
                                    

Gadis cantik dengan sejuta misteri. Gadis yang sangat menyukai hujan. Menurutnya hujan adalah teman setia baginya. Disaat dia rapuh dibawah guyuran air hujan maka hujanlah yang akan menutupi semua kesedihannya. Dan sekarang gadis itu sedang menikmati tetesan demi tetesan air hujan yang mengenai tubuhnya.

"Hujan sampaikanlah kepada Tuhanmu, sampai kapan aku akan hidup" teriak gadis mungil itu di bawah guyuran hujan.

"Tuhanmu tidak pernah mendengar doa ku. Aku sudah lelah akan semua ini. Cukup sampai disini saja, aku sudah capek" lirihnya. Dia adalah Arvella Melody.

Tiba-tiba tangan Melody ditarik oleh laki-laki yang tidak dikenal. Melody berusaha melepaskan cekalan laki-laki yang tidak dikenalnya itu.

"Lo gila hahh, lo enggak lihat sekarang baru hujan. Dan dengan bodohnya lo malah berdiri dibawah guyuran hujan" teriak laki-laki itu. Melody menatap mata elang laki-laki itu dengan tatapan sayunya.

"Gue suka hujan" lirih Melody.

"Gadis bodoh" decaknya. Kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Melody sendirian. Melody menatap punggung laki-laki misterius tadi yang semakin lama hilang dari pandangannya. Melody menghela nafas sebentar kemudian melirik ke arah jam yang melingkar ditangannya.

21:23

Pantas jalanan sudah sepi. Dengan langkah gontai Melody berjalan pulang menuju rumahnya. Tempat yang paling ia takuti. Menurutnya rumah sudah seperti neraka baginya.

------

Dengan takut-takut Melody membuka pintu rumahnya. Melody yakin pasti semuanya sudah tidur. Dengan perlahan Melody membuka pintu rumahnya. Melody menghela nafas lega saat melihat lampu rumahnya dalam keadaan mati. Dengan segera Melody melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya. Tiba-tiba lampu menyala, tubuh Melody dengan spontan menegang.

"Bagus... Bagus... Jam berapa ini?" Suara bariton memenuhi ruangan. Melody memejamkan matanya sebentar kemudian menoleh ke arah suara.

Tubuh Melody bergetar melihat semua keluarganya sedang duduk di sofa ruang tamu. Disana sudah ada Papa, Mama, Kakak laki-lakinya dan kembaran Melody.

"Me-melody ta-tadi dari..."

"Dari mana hehh, habis jual diri" sinis wanita paruh baya yaitu Mama Melody. Hati Melody seperti diiris-iris mendengar penuturan mamanya.

"Melody enggak mungkin lakuin kaya gitu" Lirih Melody. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Banyak ngeles aja lo, ngaku aja pasti lo habis jual diri kan.  Dasar jalang" ucap kembaran Melody.

Melody menggeleng keras, dia tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu. Ditatapnya wajah semuanya satu persatu.

"Hukum aja pa, anak sialan ini lama kelamaan semakin nglunjak" sinis Mama Melody.

"Melody enggak mau, jangan pa. Melody salah sudah pulang larut malam. Tapi Melody enggak melakukan hal keji itu. Melody janji akan pulang lebih cepat lagi"

"Rentangkan tangan kamu ke depan" ucap Papa Melody dengan dingin. Melody menggeleng cepat. Dia  sudah tahu apa yang akan ia dapatkan.

"Rentangkan" Bentak Papa Melody. Dengan terpaksa Melody merentangkan kedua tangannya ke depan dengan ragu-ragu. Laki-laki paruh baya itu segera melepaskan ikat pinggangnya yang ada dipinggang. Kemudian mendekat ke arah Melody. Melody memejamkan matanya dengan erat. Entah sejak kapan air matanya mengalir deras di pipinya.

Ctar... Ctar...

"Akhhh... Sakit" erang Melody.

Ctar... Ctar...

MELODY RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang